Bebaskan Penyihir Itu

Kekuasaan yang Terancam



Kekuasaan yang Terancam

3Saat musim semi sudah hampir berakhir, musim panas akan segera tiba. Tingkat pertumbuhan populasi di Kota Tanpa Musim Dingin mencapai puncak populasi tertinggi untuk yang pertama kalinya.     1

Misi untuk menarik para pengungsi dari wilayah selatan dan timur mulai dijalankan. Dengan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, kinerja tim utusan delegasi meningkat dengan pesat. Setiap hari, ratusan pengungsi berkumpul di Kota Air Merah dan Kota Willow, sambil menunggu kapal-kapal yang datang dari Wilayah Barat untuk membawa mereka ke Kota Tanpa Musim Dingin, yang konon merupakan sebuah kota yang makmur dan stabil.     

Untuk mengakomodir para pengungsi ini dengan baik, Balai Kota juga menugaskan para pengusaha untuk menyewakan barak perkemahan sementara di tempat berkumpul para pengungsi, mereka menyediakan bubur dan air bersih, untuk mencegah para pengungsi itu kelaparan atau jatuh sakit sebelum mereka tiba di Wilayah Barat.     

Dermaga di Area Perbatasan telah menjadi lokasi yang paling sibuk di Kota Tanpa Musim Dingin. Sembilan puluh persen petugas polisi dikirim untuk menjaga ketertiban dan mendaftarkan penduduk yang baru datang. Selalu ada antrean panjang para pengungsi untuk mendapatkan pemeriksaan medis. Para petugas yang bertanggung jawab atas penyediaan tempat tinggal membagi para pengungsi yang berkerumun itu ke dalam beberapa kategori dan memindahkan mereka ke sebuah lahan kosong yang ada di tepi sungai, atau ke rumah gua di bagian barat kota, atau ke sebuah perumahan resmi.     

Karena itulah, Balai Kota kini berubah menjadi sebuah tempat yang selalu ramai setiap harinya.     

"Tiga kapal layar dari Kota Air Merah baru saja tiba di dermaga, ada 126 orang pengungsi di kapal itu, sebuah bendera biru berkibar di tiang kapal, dan Bob yang akan bertanggung jawab untuk mengurus kapal-kapal itu."     

"Ada kapal yang datang lagi? Berapa banyak kapal yang akan tiba hari ini?"     

"Empat atau lima kapal lagi, mungkin? Berhentilah menggerutu. Pergilah dan urus mereka."     

"Yah, lalu siapa yang akan mengambil alih pekerjaan Bob dan pergi ke Kota Air Merah?"     

"Aku yang akan melakukannya. Tunggu, aku akan segera bersiap-siap."     

"Bawalah sabun ke kota itu. Kamu tidak bisa menemukan sabun di sana."     

Mendengar semua percakapan orang-orang yang berisik di luar kantornya, Barov merasa tertekan, bukan karena ia terlalu sibuk. Biasanya, ketika Barov sedang bekerja di Balai Kota, semakin banyak pekerjaan, ia akan merasa semakin senang.     

Namun belakangan ini, situasi di Balai Kota menjadi agak rumit.     

Masalahnya adalah kehadiran Edith Kant di Balai Kota.     

"Tuan Barov, Kementerian Kehakiman mendesak kita untuk menambah personil lagi," seorang asisten masuk ke kantor Barov dan melaporkan. "Tuan Carter meminta kita untuk merekrut 100 orang lagi sebagai polisi cadangan. Tuan Carter mengatakan jika ia tidak mendapatkan lebih banyak personil baru, ketertiban kota akan kacau. Jika terjadi sesuatu yang buruk dan Yang Mulia bertanya apa penyebabnya, kita bisa terkena masalah juga."     

"Karena Carter adalah seorang Pemimpin Kesatria, ia bisa memerintahkan orang-orang lebih banyak daripada Yang Mulia." pikir Barov dalam hati. Tetapi untuk hal-hal kecil seperti ini, Barov tidak punya waktu untuk menangani masalah itu saat ini. Sambil tetap menulis sebuah dokumen, Barov menjawab pertanyaan asistennya tanpa menoleh, "Letakkan saja berkasnya di meja. Aku akan menangani masalah itu nanti."     

"Baik, Tuan!" jawab asisten itu.     

Ketika asisten itu meninggalkan ruangan, suara Edith terdengar di telinga Barov. "Apakah itu sebuah permintaan untuk merekrut orang baru? Karena Anda sedang sangat sibuk, biar aku saja yang mengerjakan tugas itu."     

"Wanita ini lagi!" Barov menggerutu dalam hatinya. "Wanita ini bahkan tidak memanggilku dengan sebutan kehormatan."     

"Tentu saja, Edith adalah putri seorang Adipati Wilayah Utara, status sosialnya tentu jauh lebih tinggi daripada aku. Sebelum aku menjadi tangan kanan raja yang sesungguhnya, Edith bisa memanggilku dengan nama tanpa menggunakan sebutan kehormatan. Tetapi bagaimanapun juga, aku ini bagaikan seorang guru bagi Edith, karena Yang Mulia telah menempatkan wanita ini untuk menjadi asistenku untuk mempelajari kerangka kerja departemen dan mempelajari proses pemerintahan Balai Kota di kantorku. Namun, sepertinya Edith tidak berpikir sama seperti yang aku pikirkan." gerutu Barov dalam hatinya.     

"Hm … baiklah, tidak apa-apa," jawab Barov.     

Tidak peduli seberapa tidak sukanya Barov terhadap Edith, ia tidak dapat menemukan kesalahan dalam perilaku Nona Kant. Jika Barov terus menolak tawaran bantuan dari Edith, Barov akan dinilai sebagai orang yang serakah. Terutama pada saat-saat seperti ini, Barov tidak bisa mengambil risiko dan meninggalkan kesan buruk di mata Yang Mulia.     

Seharusnya Barov menyadari bahwa Yang Mulia Roland Wimbledon adalah seorang pria yang berwawasan luas dan pandai menilai orang.     

"Terima kasih." kata Barov lagi.     

Tidak lama kemudian, suara goresan pena di atas kertas terdengar dari meja Edith.     

Beberapa menit kemudian, Edith mengembalikan berkas itu ke atas meja Barov.     

"Jika dilihat dari rancangan kerja yang aku baca belakangan ini, permintaan rekrutmen seperti itu biasanya meminta personil yang dapat diandalkan dan memiliki catatan kelakukan yang bersih, tetapi tidak ada banyak kandidat yang tersisa di Area Perbatasan. Dibandingkan jika kita memasang iklan rekrutmen di alun-alun dan menyuruh para kandidat itu untuk melamar pekerjaan di Balai Kota, akan lebih baik jika kita mengambil data para penduduk yang sudah terdaftar dan memilih 100 orang penduduk yang masih menganggur. Kementerian Kehakiman adalah sebuah departemen besar di Balai Kota. Balai Kota juga menawarkan upah dan tingkat kesejahteraan yang baik bagi para pekerjanya. Aku rasa tidak ada orang yang akan menolak tawaran pekerjaan seperti itu. Dengan begini, kita akan menghemat waktu sekitar 1 minggu dari proses perekrutan awal, dan pada akhirnya kita bisa mengurangi tuntutan dari Tuan Carter. Jika Anda menyetujui saranku ini, aku akan menjalankan tugas rekrutmen ini dan memberikannya ke bagian yang bersangkutan."     

Ucapan Edith terdengar jelas dan sangat masuk akal. Sulit dibayangkan bahwa Edith baru saja bergabung di Balai Kota 2 minggu yang lalu.     

Ketika Edith baru pertama kali bergabung di Balai Kota, ia hanya duduk diam-diam di samping dan mengawasi cara Barov menangani berkas-berkasnya, dan ia jarang mengatakan apa pun. Tetapi sekarang, Edith sudah bisa menangani segala macam urusan di Balai Kota dengan baik.     

"Hm … lakukan saja sesuai dengan saranmu itu." jawab Barov.     

Untuk saat ini, Barov tidak dapat menemukan solusi yang lebih baik daripada yang diajukan Edith. Dengan jadwal pekerjaan Barov yang sangat banyak, sebenarnya ia bisa saja mengabaikan hal-hal sepele seperti itu dan menangani pekerjaan itu dengan caranya yang biasa.     

"Apakah seperti ini jadinya bila seorang pewaris tumbuh besar di rumah ayahnya yang seorang Adipati dan menerima pendidikan dari para bangsawan kelas atas?" pikir Barov dengan muram.     

Barov merasa posisi dan kekuasaanya sangat terancam dengan kehadiran Edith di Balai Kota.     

Benar, sebutan kehormatan dan sikap hormat hanyalah soal kecil. Yang benar-benar Barov pikirkan adalah kekuasaan yang ada di tangannya. "Sekarang propaganda yang menyerukan penyerahan hak feodal kaum bangsawan terhadap Kerajaan Graycastle telah berkumandang ke seluruh Wilayah Utara. Jika Edith dikirim oleh Yang Mulia Roland sebagai asistennya untuk membantu mendirikan Balai Kota kedua di Wilayah Utara di masa yang akan datang, itu memang tidak menjadi masalah bagi Barov. Tetapi apa jadinya jika Edith ingin menetap di kota ini?" pikir Barov.     

"Yang Mulia masih belum menikah, dan Edith adalah putri seorang Adipati!"     

Memikirkan hal itu, Barov malah merasa semakin tertekan.     

"Ini tidak akan berjalan dengan baik untukku. Aku harus membuat wanita itu mengerti bahwa pekerjaan manajemen di Balai Kota tidak dapat dikuasai semudah itu. Yang Mulia membutuhkan seorang menteri yang dapat menangani seluruh situasi yang terjadi di kerajaan ini."     

Ketika Edith kembali ke kantor, Barov berdeham dan menyerahkan sebuah berkas berisi data statistik.     

"Apa ini …."     

"Kita dalam masalah," kata Barov dengan pelan. "Stok persediaan gandum di Kota Tanpa Musim Dingin mungkin tidak akan bertahan sampai waktu panen."     

"Hm, apakah itu disebabkan karena pertambahan populasi yang meningkat?" Edith melirik berkas itu dan berkata, "Menurut tingkat konsumsi gandum per penduduk, sisa persediaan gandum itu harus bertahan hingga akhir musim panas. Kita dapat memanen gandum musim semi pada pertengahan bulan Juli. Seharusnya jumlah gandum itu sudah cukup jika kita berhenti menerima para pengungsi baru."     

"Tetapi Balai Kota tidak bisa berhenti menerima para pengungsi baru." jawab Barov.     

"Karena target populasi sebanyak 100.000 orang yang ditetapkan oleh Yang Mulia?" tanya Edith.     

"Tidak, bukan itu intinya," kata Barov sambil menggelengkan kepalanya. "Masih ada arus pengungsi yang akan terus berdatangan dari wilayah timur dan selatan. Jika kita menghalangi mereka masuk ke sini, Kota Air Merah dan Kota Willow akan menghadapi risiko penjarahan dan kerusuhan, ditambah lagi, hal itu akan merusak citra yang telah kita bangun selama ini dengan susah payah. Semua kerja keras kita selama ini akan hancur dalam semalam. Jika kita ingin merekrut para pengungsi itu lagi di masa depan, itu akan sangat sulit. Yang Mulia pernah mengatakan, bahwa realisasi rencana pembangunan kota membutuhkan sejumlah besar populasi penduduk. 100.000 penduduk ini baru permulaan saja, jadi sebaiknya Balai Kota jangan sampai mengganggu rencana Yang Mulia hanya karena masalah gandum itu. Kita harus mengatasi masalah ini dan tugas ini juga merupakan tanggung jawabku sebagai seorang menteri." Barov berhenti sejenak, kemudian ia memandang ke arah Edith Kant dan bertanya. "Apakah Anda ada sebuah ide bagus?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.