Bebaskan Penyihir Itu

Pengamat Bintang



Pengamat Bintang

2Di Observatorium, Kota Fajar di Kerajaan Graycastle.     
2

Dengan runtuhnya rezim pemerintahan Timothy, kemashyuran Kota Raja juga mulai hilang seiring waktu. Peramal Pembiasan Bintang mengharapkan ada pergolakan baru setelah itu, tetapi di luar dugaannya, tatanan kota tidak banyak yang berubah. Orang-orang masih bekerja dengan rutinitas harian mereka. Para petani masih menggarap ladang mereka di pinggiran kota, tukang batu masih bekerja memperbaiki tembok kota yang rusak dan pandai besi menempa pesanan baju-baju zirah di toko-toko mereka. Tim patroli terus memainkan permainan kucing-tikus dengan para pengungsi di Jalan Hitam. Tampaknya Kota Raja masih menjadi salah satu kota yang paling makmur di Kerajaan Graycastle.     

Ada juga beberapa perubahan yang tidak bisa dihindari. Misalnya, setiap hari ada saja orang-orang yang meninggalkan Kota Raja untuk mencari peluang hidup yang baru di Wilayah Barat. Bengkel Alkemis di kota raja, saingan lama Asosiasi Perkumpulan Peramal, bahkan sudah pindah dari Kota Fajar. Beberapa bangsawan, yang sebelumnya tidak dikenal luas oleh publik sebelumnya, mulai muncul di dalam istana untuk memperjuangkan tanah dan kekuasaan yang ditinggalkan oleh keluarga bangsawan sebelumnya. Sedangkan bagi para cendekiawan, mereka benar-benar telah dilupakan. Tidak ada yang datang untuk menanyakan tentang masa depan kerajaan atau meminta mereka meramalkan masa depan lagi.     

Jika bukan karena makanan dan emas yang secara teratur disediakan oleh para pejabat Yang Mulia Roland, murid-murid Asosiasi Perkumpulan Peramal itu pasti juga sudah melarikan diri.     

Untungnya, mereka masih bekerja untuk Asosiasi Perkumpulan Peramal itu sampai sekarang.     

Selama Asosiasi Perkumpulan Peramal masih berdiri, misi para peramal tidak akan pernah pupus.     

Para Pengamat Bintang bintang itu akan terus mengamati bintang sepanjang sisa hidup mereka.     

Matahari terbenam ke pegunungan di barat. Warna langitnya berubah dari warna kuning menjadi warna merah pudar, dan akhirnya berubah lagi menjadi warna ungu tua … saat malam tiba, para peramal itu baru memulai pekerjaan mereka.     

Lampu minyak telah dinyalakan. Para murid magang membawa teleskop pengamat bintang dari gudang satu per satu. Mereka harus sangat berhati-hati ketika memindahkan barang-barang ini untuk menghindari terjadinya kerusakan. Kalau tidak, mereka akan dihukum cambuk dan upah mereka juga akan dipotong. Teleskop pengamat bintang yang dikirim oleh Yang Mulia Roland harus diperlakukan dengan sangat hati-hati.     

Peramal Pembiasan Bintang awalnya tidak menganggap serius peralatan ini ketika mereka menerimanya pertama kali dari Yang Mulia Roland.     

Yang Mulia Roland telah berjanji untuk memberikan teleskop pengamat bintang yang lebih canggih kepada Asosiasi Perkumpulan Peramal, tetapi produksi alat pengamat bintang ini biasanya membutuhkan proses yang sangat kompleks. Alat ini berbeda dari teleskop biasa yang kualitasnya buruk. Mekanisme untuk menyesuaikan jarak di dalam lensa dapat menghabiskan waktu 2 minggu, belum lagi proses pembuatan lensa kristalnya. Biasanya, dibutuhkan waktu sekitar 1 tahun mulai dari memilih bahan-bahan sampai proses produksi, dan harga alat pengamat bintang ini biasanya bisa mencapai 100 keping emas.     

Jika ada persamaan antara alat pengamat bintang biasa dengan teleskop yang diberikan oleh Yang Mulia Roland, kedua alat itu sama-sama menghabiskan banyak uang. Para peramal ini hampir tidak dapat menghasilkan keuntungan apa pun seperti produk yang dihasilkan oleh bengkel alkemis, yang dapat berkembang karena para bangsawan dan para pedagang kaya mendukung pekerjaan para alkemis itu. Karena itu, hanya ibu kota kerajaan yang mampu membangun sebuah observatorium. Berdasarkan yang diketahui oleh Peramal Pembiasan Bintang, Kota Perbatasan adalah sebuah tempat yang kumuh dan miskin 2 tahun yang lalu. Peramal Pembiasan Bintang berpikir bahwa meski Wilayah Barat telah menjarah sejumlah besar uang dari hasil memenangkan peperangan, Yang Mulia seharusnya tidak mungkin rela untuk menggelontorkan uang sebanyak ini hanya untuk para peramal.     

Namun, Peramal Pembiasan Bintang tertegun saat ia membuka kotak kayu itu.     

Peramal Pembiasan Bintang belum pernah melihat alat seperti itu untuk mengamati bintang. Berbeda dengan alat pengamat bintang berbahan bambu yang digunakan oleh Asosiasi Perkumpulan Peramal, silinder logam alat ini saja sudah seukuran ember. Cermin kaca yang tertanam di dalam silinder itu cukup terang untuk memantulkan sosok seseorang yang berdiri di depannya. Tidak ada goresan sedikit pun di dalam lensanya, tidak peduli seberapa dekat ia memperhatikan lensanya.     

Teleskop pengamat bintang ini memiliki desain yang unik dan cerdik. Teleskop ini memiliki sebuah tombol putar seukuran ibu jari di bagian ujung dan tombol putar itu sangat nyaman untuk digunakan. Selama orang memegang tombol putar itu dan memutarnya secara perlahan, jarak pandangan lensa bisa disesuaikan dengan pandangan orang yang bersangkutan, dan tombolnya juga tidak perlu ditahan setelah lensanya disesuaikan.     

Yang Mulia Roland memberi para peramal itu 3 kotak berisi teleskop pengamat bintang bergaya baru, totalnya ada 6 buah teleskop. Yang Mulia bahkan telah menamai teleskop itu dengan nama 'teleskop perbintangan'.     

Peramal Pembiasan Bintang tidak mau lagi menggunakan alat pengamat bintangnya yang kuno setelah ia menggunakan Teleskop Perbintangan dari Yang Mulia.     

Sisa kelima teleskop yang lainnya diserahkan kepada 5 orang peramal yang paling berpengalaman di Asosiasi Perkumpulan Peramal.     

"Tuan, semua teleskop pengamat bintang sudah berada di posisinya masing-masing," ketua kelas para siswa yang bernama Yun melaporkan.     

"Apakah kamu sudah menyelesaikan pembagian rasi bintang?" tanya Peramal Pembiasan Bintang.     

"Sudah, Tuan. Peramal Bintang Langit Terang yang bertanggung jawab untuk mengamati Area Utara sedang sakit hari ini, dan Peramal Bintang Buram yang akan menggantikan posisinya," jawab Yun sambil melirik ke arah buku catatannya.     

"Kalau begitu mari nyalakan apinya, kita akan mulai mengamati bintang-bintang." kata Kepala Peramal itu.     

"Baik, Tuan!" jawab Yun.     

Api berkobar keluar dari tungku pembakaran yang berada di tengah Asosiasi Perkumpulan Peramal, yang melambangkan bintang yang paling terang di langit malam. Seluruh ruang sudah diatur sesuai dengan posisi bintang-bintang, dan para peramal itu berdiri di sekitar tungku, seperti mewakili posisi bintang-bintang itu. Dengan begitu, mereka berdiri setara dengan posisi bintang yang ada di langit.     

Terlepas dari kenyataan bahwa mereka telah memiliki teleskop pengamat bintang yang sudah canggih, para pengamat bintang ini tetap membutuhkan waktu yang lama untuk mengamati bintang-bintang.     

Mata mereka adalah satu-satunya hal yang dapat mereka andalkan untuk melakukan pekerjaan ini dengan baik.     

Oleh karena itu, salah satu persyaratan utama untuk menjadi peramal yang berkualitas adalah dengan melindungi dan menjaga kesehatan mata mereka sendiri. Meskipun Peramal Pembiasan Bintang sudah berusia 50 tahun, daya penglihatannya masih lebih baik daripada penglihatan anak-anak muda di Kota Fajar.     

Menjaga kesehatan mata sebagai seorang pengamat bintang bukanlah sesuatu yang mudah.     

Setelah terpilih sebagai peramal magang, yang bisa mereka lihat di malam hari hanyalah bintang-bintang di langit. Membaca buku di bawah cahaya lampu minyak dan lilin sangat dilarang. Selain itu, mereka harus menghindari paparan sinar matahari yang kuat, dan mereka tidak diizinkan keluar pada siang hari.     

Bahkan makanan mereka pun juga sudah diatur. Mereka harus memakan jeroan dan mata binatang. Yang terpenting, makan ikan dan rempah-rempah juga dilarang. Menurut salah satu mantan peramal, dengan memakan makanan itu akan sangat bermanfaat bagi kesehatan mata. Ikan berasal dari air dan rempah-rempah berasal dari dalam tanah. Air akan merusak elemen api yang ada dalam aliran darah sementara tanah bisa menyebabkan kebutaan.     

Peramal Pembiasan Bintang telah memenuhi persyaratan makanan itu selama lebih dari 40 tahun.     

Pria tua itu percaya bahwa daya kerja matanya juga terbatas.     

Demi bisa menggunakan matanya untuk mengamati bintang-bintang selama mungkin, Peramal Pembiasan Bintang jarang membaca buku dan peta perbintangan. Tetapi ia sendiri tidak perlu melakukannya karena perbintangan itu sudah tertanam dalam benaknya.     

Peramal Pembiasan Bintang mengarahkan pandangannya ke dalam lensa teleskop yang berbentuk seperti pipa kecil, sambil berdiri di belakang laras teleskopnya.     

Sebuah cermin miring datar sudah dipasang di sini untuk memantulkan cahaya ke dalam matanya.     

"Sungguh sebuah alat yang menarik dan sangat praktis!" pikir peramal tua itu.     

Meskipun para peramal memahami prinsip dasar ini, mereka tidak pernah terpikir untuk menerapkannya pada alat pengamat bintang sebelumnya.     

Tampaknya penerapan prinsip ini sebagian besar dapat meningkatkan keahlian mereka untuk mengamati bintang-bintang. Setidaknya, para peramal ini tidak perlu membungkuk ketika mengamati rasi bintang yang tinggi.     

Mengingat bahwa efek teleskop yang diberikan oleh Yang Mulia Roland ini jauh lebih baik daripada efek pengamatan bintang dengan menggunakan alat pengamat bintang kuno, yang perlu dilakukan Asosiasi Perkumpulan Peramal itu adalah menghitung ulang posisi bintang-bintang dan menggambar peta perbintangan sekali lagi. Sejak kedatangan keenam Teleskop Perbintangan ini, para peramal itu telah menemukan puluhan Bintang Gelap yang tidak dapat diamati sebelumnya.     

Peramal Pembiasan Bintang menyapukan pandangannya ke area yang menjadi tanggung jawabnya seperti biasa. Rasi bintang akan membentuk gambar perbintangan yang berbeda-beda ketika musimnya berubah. Mungkin sulit bagi para pemula untuk memahami perbedaan itu, tetapi bagi Peramal Pembiasan Bintang, sinar yang terang dari rasi bintang sama familarnya dengan semua kerutan yang ada di wajah tuanya.     

Setelah selesai mengamati rasi bintang yang pertama, Peramal Pembiasan Bintang bersiap untuk memindahkan posisi teleskopnya.     

Tiba-tiba, Peramal Pembiasan Bintang merasa jantungnya tersentak.     

Sambil menahan napas, Peramal Pembiasan Bintang memfokuskan pandangan matanya ke titik itu.     

Itu bukan sebuah ilusi ….     

Secercah cahaya redup tersembunyi di antara Bintang Segi Enam dan Bintang Terang, tampaknya cahaya redup itu bisa padam kapan saja. Namun, cahaya itu berbeda dari bintang-bintang yang ada di sekitarnya.     

Cahaya bintang itu berwarna merah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.