Bebaskan Penyihir Itu

Alam Pertempuran Jiwa (Bagian II)



Alam Pertempuran Jiwa (Bagian II)

1"Aku harus mengakui, aku terkejut kamu bisa memahami semua ini." kata Zero sambil berjalan ke arah Roland, lalu ia berjongkok, "Kamulah orang pertama yang bisa memahami alam pertempuran ini dan melakukan serangan balik tanpa diberi penjelasan apa pun sebelumnya."      1

Penyihir Suci itu mengambil senapan Roland yang ada di tanah, ia mengamati senapan itu dengan saksama dan berkata, "Bahan-bahan senjata ini cukup langka, teknik pemrosesannya juga luar biasa … apakah senjata ini juga menggunakan bubuk mesiu? Barang-barang yang kamu ciptakan benar-benar menakutkan, namun, senjata ini tidak menimbulkan banyak ancaman bagiku. Aku telah mengawasi seluruh medan pertempuran dengan cermat. Semua senjata itu harus bergantung pada seseorang untuk bisa beroperasi, dan kamu bahkan tidak bisa melihat pergerakanku." kata Zero sambil menggelengkan kepalanya, "Kamu tidak mungkin bisa mengalahkanku, aku telah melahap lebih dari 1.000 orang-orang hebat bahkan seorang Penyihir Luar Biasa dalam waktu ratusan tahun."     

Tiba-tiba, sebuah kotak plastik berwarna hijau muncul di antara Roland dan Zero.     

Sebuah ledakan keras tiba-tiba terdengar dari atap gedung sekolah itu. Semua kaca yang ada di ruangan kelas pecah dan bahkan seluruh lantai bangunan itu juga tiba-tiba amblas ke bawah. Aliran udara menyedot gerbang besi yang ada di atap gedung ke dalam tanah.     

"Bukan karena aku memiliki kemampuan untuk memahami alam pertempuran jiwa ini dengan baik, tetapi karena tempat ini terlalu jelek!" seru Roland, ia muncul kembali di sudut atap gedung sekolah. Napas Roland terengah-engah karena rasa sakit yang masih terasa dalam ingatannya. Sekarang Roland bisa memahami perasaan orang-orang yang diamputasi atau mereka yang terkena ledakan sesaat sebelum tewas. Roland 'menciptakan' sebuah ledakan untuk mengebom Zero dan dirinya sendiri karena Roland tidak bisa menahan rasa sakitnya lebih lama lagi.     

"Tempat ini jelek, katamu?" Zero yang terlahir kembali bertanya sambil mengangkat alisnya, "Tempat ini tercipta karena ada di dalam ingatanmu."     

"Itu memang benar, namun, tempat ini diciptakan melalui kemampuanmu. Sekarang sudah pukul 6 sore, biasanya ini adalah saat-saat tersibuk di sekolah! Bagaimana mungkin tidak ada orang di sini? Kelihatannya tempat ini memang luar biasa, tetapi tempat ini penuh dengan kehampaan." kata Roland sambil memikirkan tindakan balasan apa yang hendak ia lakukan sambil berusaha mengulur waktu. "Apakah begini caramu melahap memori semua musuh-musuhmu? Dengan membuat mereka putus asa sehingga mereka menyerah dan mereka akan memberikan seluruh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki kepadamu?"     

Kemampuan Penyihir Suci sebenarnya agak mirip dengan kemampuan yang dimiliki Penyihir Luar Biasa, atau setidaknya Roland hanya pernah melihat kekuatan dan kecepatan seperti itu dari Ashes. Penyihir Suci hanya bisa terluka oleh bahan peledak yang sangat kuat, karena Roland sendiri sulit untuk mengalahkan Zero hanya dengan senjata api biasa.     

Namun, apakah cara untuk mengalahkan Zero bisa semudah itu? Setelah mengalami kebangkitan sebanyak 3 kali, Roland merasa punggungnya mulai berkeringat. Jantung Roland berdebar lebih cepat dari sebelumnya seolah-olah ia baru saja berlari mengelilingi lapangan dan secara fisik ia sudah merasa lebih lemah.     

Mungkinkah jumlah kebangkitan itu terbatas?     

Kalau begitu, mungkin bukan ide yang baik untuk mengebom seluruh gedung dengan menggunakan bahan peledak tinggi … skornya sudah 3 banding 1 sekarang dan Roland harus segera membalikkan posisinya.     

Yang jelas, yang Roland butuhkan saat ini adalah sebuah senjata yang bisa menyerang dan juga bertahan.     

"Meskipun aku tidak begitu mengerti apa yang kamu bicarakan, bukankah sebaiknya kamu menyerah saja?" tanya Zero sambil memiringkan kepalanya. "Menyerah adalah tindakan yang bijaksana walaupun itu berarti kamu harus kalah karena kematian itu sendiri sangat menyiksa dirimu."     

"Simpan kata-kata itu untuk dirimu sendiri." kata Roland, lalu ia berteriak, "Iron Man!"     

Sebuah baju zirah besi berwarna merah tiba-tiba muncul di depan Roland dan ia dengan tenang mengucapkan kalimat 'jalankan programnya' di dalam hati setelah berjalan ke belakang Iron Man itu.     

Sebuah layar tampilan kecil muncul di bagian depan helm Iron Man itu, namun, baju besi itu tidak menutup dengan sendirinya dan tidak ada sistem robot dengan kecerdasan buatan yang menanggapi perintah Roland.     

Baju besi Iron Man itu langsung jatuh ke tanah, bahkan sebelum Roland sempat bergerak untuk melangkah.     

Pedang Zero langsung menebas leher Roland ketika ia sedang berusaha bangkit berdiri.     

Seluruh dunia tiba-tiba terlihat terbalik dan Roland bisa melihat tubuhnya sedang berlutut tanpa bisa berbuat apa-apa sebelum akhirnya ia kehilangan kesadarannya.     

"Setidaknya kamu harus memberikan tambahan 'persendian' jika kamu ingin menciptakan sebuah baju zirah seperti itu," kata Zero sambil mengetuk-ngetuk baju besi Iron Man milik Roland, "Tetapi, aku rasa baju zirah ini pun tidak bisa banyak menolongmu."     

Nyali Roland semakin menciut setelah kebangkitannya yang ke 4.     

Meskipun kematiannya yang terakhir itu tidak terlalu menyakitkan, Roland telah menyadari sesuatu, benda-benda yang ia ciptakan tanpa memahami prinsipnya pada dasarnya hanyalah benda biasa yang tidak berguna. Contohnya, tampilan layar pada helm Iron Mannya ternyata hanya berfungsi seperti sebuah kamera.     

"Brengsek, aku hanya bisa menggunakan cara-cara yang bodoh sekarang." pikir Roland dengan kecut.     

Sementara Zero masih asyik mengamati baju besi Iron Man itu, beberapa lempengan-lempengan baja setebal 10 sentimeter muncul entah dari mana dan jatuh di samping Roland dan membentuk sebuah benteng pertahanan yang hanya bisa melindungi 1 orang. Sebuah pos komando senjata yang dibentengi muncul dan Roland juga menciptakan sebuah senapan mesin 40 milimeter. Roland dengan cepat masuk ke dalam pos komando itu dan mengunci pintunya sambil mengendalikan pos komando itu untuk menembaki Zero.     

Usaha Roland untuk menghabisi Zero kali ini sepertinya berhasil.     

Zero tidak bisa menghindari berondongan senapan mesin itu bahkan meski ia berusaha mendekati pos komando itu sekali lagi. Roland terus-menerus melemparkan granat di sekitar area blokade dan serpihan-serpihan benda yang beterbangan menancap dan melubangi tubuh Zero diiringi suara-suara dentingan yang keras saat tembakan Roland mengenai lempengan-lempengan bajanya.     

Sayangnya, Roland tidak dapat menemukan posisi di mana Zero berada saat penyihir itu bangkit dari kematian, dan kali ini Zero dengan cerdik bersembunyi di balik tangga untuk menghindari granat yang akan dilemparkan ke arahnya.     

Sebuah cahaya yang sangat terang tiba-tiba muncul di langit yang mulai gelap ketika Roland baru saja hendak 'menciptakan' senjata lainnya. Cahaya keemasan itu berputar-putar di atas awan dan mengalahkan cahaya matahari terbenam.     

Sepertinya Roland pernah melihat cahaya terang itu sebelumnya.     

Tiba-tiba, jutaan guntur berwarna keemasan menyambar ke atas gedung sekolah dan menyerang Roland!     

….     

Setelah kematiannya yang ke 5, Roland mulai berkeringat dingin seolah-olah ia baru saja keluar dari sebuah kolam, betis dan lengannya mulai gemetaran dengan hebat.     

Benteng pertahanan dan pos komando yang 'diciptakan' Roland benar-benar hancur oleh pelat simbol Lambang Tuhan yang digunakan Zero. Namun, serangan guntur emas tadi tidak menyebabkan banyak kerusakan pada tanahnya, tanahnya hanya tampak hitam akibat hangus terbakar guntur emas tadi. Kekuatan sihir yang tidak masuk akal masih menguasai alam pertempuran jiwa ini.     

"Sebaiknya kamu menyerah saja." tanpa disangka-sangka, Zero tidak segera melancarkan serangannya lagi. "Energimu sudah mencapai batasnya. Pertempuran-pertempuran berikutnya tidak ada artinya karena kamu tidak akan mendapatkan apa pun selain rasa sakit yang tidak ada habisnya."     

Roland menggertakkan giginya dan ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap berdiri dengan tegak. "Kenapa penyihir ini terus memintaku untuk menyerah padahal jelas-jelas ia bisa memenangkan pertarungan ini jika ia terus mengejar dan menyerangku? Apakah hasilnya akan berbeda bagi penyihir itu jika aku menyerahkan diri daripada mati karena kelelahan?"     

"Kamu pasti sudah mengerti bahwa setiap kali kamu mengalami kebangkitan dan kematian, keduanya akan menghabiskan energimu. Jika kamu kehabisan energi, itu berarti kamu telah kalah. Setiap orang memiliki tingkat energi yang berbeda-beda dan sebenarnya aku tidak menyangka bahwa kamu masih bisa bertahan sampai saat ini." kata Zero sambil meregangkan tangannya, "Oh ya, aku memiliki pengalaman lebih dari 200 tahun. Semua pertempuran di alam jiwa yang aku lewati ini akan terakumulasi. Dengan kata lain, energiku masih cukup untuk bertahan untuk mengalami kematian selama ratusan kali dan setiap usaha yang kamu lakukan hanya akan membuat dirimu semakin kelelahan dan putus asa."     

"Ratusan kali katanya … apakah penyihir ini hanya menyombongkan diri atau memang ia berkata jujur?" Namun, dalam hatinya Roland merasa bahwa Zero tidak berbohong karena penyihir itu terlihat sangat santai.     

Dan, Roland sendiri tidak punya banyak energi yang tersisa di tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.