Bebaskan Penyihir Itu

Jangan Bersedih Lagi



Jangan Bersedih Lagi

3Satu jam kemudian, Roland akhirnya mengetahui apa yang terjadi selama ia koma.      3

Sudah pasti, gereja mendapat pukulan keras karena hampir semua Pasukan Penghukuman Tuhan terbunuh, dan setengah dari Pasukan Penghakiman juga tewas di medan perang. Di antara lebih dari 2.000 musuh yang melarikan diri, kebanyakan dari mereka telah menelan Pil Berserk dan mereka juga pasti akan tewas dengan sendirinya cepat atau lambat.     

Yang lebih parahnya lagi, Paus Tertinggi menghilang dan sebagian besar komandan senior telah tewas dalam pertempuran itu. Setelah pertempuran melawan Graycastle berakhir, Kota Suci Hermes tidak mungkin memiliki kesempatan untuk menyerang Kerajaan Graycastle lagi. Bahkan gereja akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam bertahan dari Bulan Iblis yang akan datang.     

Selain itu, Tentara Pertama juga menderita kerugian besar.     

Kerugian besar itu terutama disebabkan oleh serangan tiba-tiba yang dilancarkan Si Kerudung Hitam. Semua prajurit yang melihat mata Si Kerudung Hitam dan tidak mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan telah terpengaruh sihirnya. Dari lebih dari 700 korban, 80% disebabkan oleh kemampuan Si Kerudung Hitam.     

Koma yang dialami Roland juga telah sangat menurunkan semangat dan moral para tentara.     

Dalam keadaan seperti itu, Si Kapak Besi harus mengeluarkan perintah untuk menarik mundur pasukannya.     

Untungnya, pada saat ini, Balai Kota telah berfungsi sempurna. Balai Kota berhasil beroperasi sesuai fungsinya dan tidak ada kendala yang berarti. Balai Kota mengeluarkan pengumuman kepada publik bahwa Yang Mulia Roland terluka dalam pertempuran dan perlu beristirahat. Pemakaman prajurit Tentara Pertama yang tewas dalam pertempuran juga dipimpin oleh Si Kapak Besi dan Barov.     

Setelah mendengarkan kisah dari para penyihir, Roland jadi semakin ingin bertemu dengan Penyihir Suci yang tertangkap itu.     

"Kamu bilang, para Penyihir Suci itu tidak mati-matian membela gereja?" tanya Roland kepada Agatha. "Dan penyihir yang bernama Isabella itu bersedia membantu kita untuk melawan pasukan iblis?"     

"Baik Vanilla maupun Margie bukan Penyihir Suci milik Uskup Agung. Mereka berdua baru saja dipilih dari biara untuk melaksanakan tugas ini. Nightingale telah mengkonfirmasi kebenarannya." jawab Agatha. "Yang aku heran, Isabella tampaknya tidak peduli ia bekerja untuk siapa, asalkan majikannya itu bisa mengalahkan pasukan iblis. Isabella bilang ia juga pernah mengatakan hal yang sama kepada Paus yang terakhir."     

"Apa pendapatmu tentang hal itu?" Roland balik bertanya kepada Agatha.     

"Aku sarankan kita izinkan Isabella tetap tinggal di sini untuk saat ini." jawab Agatha.     

"Tetapi Isabella adalah Penyihir Suci yang dibesarkan oleh gereja. Isabella itu musuh kita!" kata Gulir sambil mengerutkan kening, "Jika bukan karena Isabella, penyihir bernama Zero tidak akan memiliki kesempatan untuk menyakiti Yang Mulia."     

"Tetapi sejauh yang aku tahu, Wendy juga dibesarkan oleh gereja, bukan?" balas Agatha.     

"Wendy berbeda! Wendy tidak pernah menggunakan kemampuannya untuk menyakiti siapa pun." jawab Gulir.     

"Isabella juga tidak secara langsung menyakiti para penyihir lain. Kemampuan Isabella hanya berfungsi untuk menghilangkan efek pada Batu Pembalasan Tuhan, sedangkan para penyihir sendiri jarang ada yang mau menggunakan Batu Pembalasan Tuhan." bantah Agatha. "Nightingale juga sudah mengkonfirmasi bahwa Isabella memang tidak berbohong."     

"Benarkah itu?" tanya Roland sambil menoleh ke sisi lain tempat tidurnya.     

Setelah beberapa saat, Roland mendengar jawaban dari Nightingale. "Ya, itu benar."     

"Yang terpenting adalah kemampuan yang dimiliki Isabella," lanjut Agatha, "Isabella menyebutkan setiap pusaran aura hitam yang dibentuk oleh Batu Pembalasan Tuhan memiliki getaran yang unik, dan ia bisa membuat getaran yang berlawanan sehingga Batu Pembalasan Tuhan itu akan kehilangan efeknya. Mungkin ini adalah kunci untuk mencari tahu rahasia yang ada pada Batu Pembalasan Tuhan. Aku bahkan curiga Isabella mungkin satu-satunya penyihir yang bisa memahami karakteristik Batu Pembalasan Tuhan. Jika kita bisa mengetahui hubungan antara Batu Pembalasan Tuhan dengan kekuatan sihir, para penyihir lain mungkin juga bisa melakukan hal yang sama."     

Mendengar penjelasan Agatha, para penyihir yang ada di ruangan itu semuanya terkesiap.     

Bagi sebagian besar penyihir, Batu Pembalasan Tuhan adalah momok yang tidak bisa mereka hindari begitu saja. Karena efek yang dimiliki Batu Pembalasan Tuhan, para penyihir itu kerap mengalami penindasan dan pengasingan, dan mereka tidak berdaya dalam menghadapi penindasan dari gereja dan kaum bangsawan.     

Roland mengelus-elus dagunya sendiri. "Menciptakan getaran untuk menghilangkan efek getaran lain? Pada dasarnya ini adalah karakteristik sebuah gelombang. Apakah itu berarti kekuatan sihir juga menyebar sesuai dengan cara kerja gelombang?"     

"Kalau begitu, jangan apa-apakan Isabella dulu untuk sementara ini," kata Roland setelah merenung sejenak, "Tunggu sampai aku bertemu dengan Penyihir Suci itu."     

…     

Sudah jelas, para penyihir bukan satu-satunya orang di Kota Tanpa Musim Dingin yang peduli tentang keselamatan Roland. Pada sore harinya, Barov, Si Kapak Besi, Karl dan para pejabat tinggi lainnya menerima berita bahwa Yang Mulia telah bangun dari komanya dan mereka bergegas datang ke istana satu per satu. Semua orang tampak lega setelah melihat Roland, terutama Barov, ia bahkan sampai terisak sambil memeluk Roland.     

Karena Roland baru saja bangun dari koma, daripada bertanya tentang urusan politik dan pekerjaan, ia memilih untuk mengobrol santai dengan mereka untuk menenangkan perasaan orang-orang yang telah menjenguknya. Absennya Roland karena koma yang cukup lama telah membuat panik seluruh penduduk Kota Tanpa Musim Dingin. Sekarang hal yang paling penting untuk dilakukan Roland adalah menghibur mereka dan memberi tahu semua orang bahwa raja mereka kini telah pulih.     

Pada malam harinya, sebuah pesta jamuan makan mewah diadakan di istana. Hampir semua pejabat Balai Kota dan prajurit Tentara Pertama turut hadir, barisan meja penuh dengan makanan bahkan sampai ke kebun istana.     

Roland juga memerintahkan para pengawalnya untuk mengirim beberapa kereta yang berisi bubur gandum hangat ke alun-alun sehingga semua warga sipil juga dapat berpartisipasi dalam perayaan ini.     

Setelah jamuan makan itu berakhir, Roland pergi ke kamarnya.     

"Nightingale," panggil Roland dengan lembut.     

Tidak ada yang merespons panggilan Roland.     

"Nightingale." Roland mengulangi panggilannya. "Aku tahu kamu ada di sini."     

Masih tidak ada jawaban dari Nightingale.     

Roland menghela napas, ia berbalik dan berjalan 2 langkah. Roland mengulurkan tangannya ke depan dan ia bisa merasakan Nightingale sedang berdiri di situ.     

Roland langsung mengangkat tangan Nightingale sebelum gadis itu berlutut di hadapannya, setelah Nightingale muncul dari Kabutnya.     

Nightingale bisa merasakan, sepertinya Roland kini bertambah kuat.     

Tetapi itu tidak penting. Roland menatap Nightingale dengan tajam dan berkata sebelum Nightingale membuka mulutnya. "Aku tahu kamu merasa bersalah. Tetapi itu semua bukan kesalahanmu dan kini aku sudah aman. Jadi jangan salahkan dirimu lagi. Apa kamu mengerti?"     

"Agatha sudah memperingatkanku, tetapi aku masih … ohh, Yang Mulia?!"     

Roland langsung memeluk Nightingale sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya.     

Ini adalah pertama kalinya Roland membuka diri dan berinisiatif untuk memeluk Nightingale.     

Awalnya Roland sudah menyiapkan banyak kalimat penghiburan untuk menenangkan Nightingale, tetapi ia berubah pikiran ketika hendak bicara.     

Roland tahu apa yang paling dibutuhkan oleh Nightingale saat ini.     

Sebelum Roland terkena serangan cahaya Zero, ia ingat Nightingale sempat mendorongnya untuk menjauh, dan gadis itu tidak memikirkan keselamatannya sendiri. Adegan di mana Nightingale berdiri di depan Roland untuk melindunginya masih jelas dalam ingatan Roland. Nightingale siap mengorbankan dirinya untuk melindungi Roland pada saat itu. Jadi apa lagi yang Roland harapkan dari seorang wanita yang sudah berkorban untuk dirinya seperti itu?     

"Tunggu aku." bisik Roland. "Aku masih ingin memelukmu."     

"… Apa?"     

Roland tidak menjawab, tetapi ia tahu Nightingale bisa memahami apa yang ia maksud. Napas Nightingale yang terdengar sedikit menggebu sudah membuktikan bahwa pelukan Roland berhasil menghapus kesedihan di hatinya.     

Keheningan seseorang sering kali merupakan cerminan luka yang tidak terlihat oleh mata.     

Roland tidak bisa membiarkan Nightingale menanggung beban perasaan bersalah itu, ia harus mengambil tindakan untuk mengangkat beban itu dari hati Nightingale.     

Bahkan jika Roland harus melewati 'jalan yang berduri' untuk membebaskan Nightingale dari rasa bersalahnya.     

Roland bisa merasakan Nightingale mulai kembali rileks dalam pelukannya. Setelah kegelisahan di hati Nightingale mereda, gadis itu kembali menjadi dirinya lagi, kuat dan tegar.     

Ketika seseorang sedang berada dalam keadaan lemah dan rentan, yang mereka butuhkan adalah kata-kata yang menguatkan dan menghibur.     

Karena dengan begitu, harapan berarti segalanya bagi mereka yang sedang terluka.     

"Baiklah, aku akan menunggu sampai kamu selesai." sahut Nightingale sambil terisak.     

Mata Nightingale masih penuh dengan air mata, tetapi kesedihan di hatinya sudah sirna.     

Air mata Nightingale yang basah dan hangat juga membuat hati Roland tersentuh.     

Setelah Nightingale pergi dari kamarnya, Roland bisa tidur dengan nyenyak malam itu.     

Ketika Roland membuka matanya, ia melihat langit-langit berwarna putih itu lagi.     

"Hmm … mimpi buruk itu lagi." pikir Roland.     

Karena kini Roland sudah mengetahui cara untuk keluar dari mimpi buruk itu, ia merasa cukup tenang kali ini.     

Sambil menggosok-gosok bagian belakang kepalanya yang masih pegal, Roland berjalan keluar dari kamarnya. Roland melihat gadis kecil berambut putih dan bermata merah muda yang sedang membawa piring keluar dari dapur.     

"Akhirnya kamu bangun juga." kata gadis kecil itu sambil mengerutkan kening. "Mengapa kamu bertindak ceroboh kemarin, Paman?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.