Bebaskan Penyihir Itu

Diri Sendiri



Diri Sendiri

3Gulir merasa ragu sejenak sambil berdiri di depan pintu kamar sebelum akhirnya ia membuka pintunya dan masuk.      1

Di dalam kamar, Wendy sedang duduk di meja, ia membaca buku dengan ekspresi sedih di wajahnya. Itu pasti buku berjudul Teori Ilmu Pengetahuan Alam, pikir Gulir dengan melihat sekilas ke arah buku itu.     

Gulir tidak bisa menahan senyumnya, karena ia jarang melihat ekspresi sedih di wajah Wendy. Bahkan ketika Asosiasi Persatuan Penyihir terjebak di Pegunungan Tak Terjangkau dan kehabisan persediaan makanan, Wendy masih tetap tersenyum, sambil berusaha menghibur seluruh saudari-saudari. Tampaknya Wendy tidak pernah khawatir memikirkan kesulitan-kesulitan dan penderitaannya.     

Gulir tidak menyangka bahwa sebuah buku bisa membuat Wendy bersedih.     

"Benar-benar sulit untuk dipahami, bukan?" Gulir berkata, "ketika aku membaca buku itu pertama kali, aku juga merasakan hal yang sama."     

"Aku pikir Nightingale yang masuk ke kamar." jawab Wendy sambil berbalik ketika ia mendengar suara Gulir. "… Bagaimana sekarang, apa kamu sudah memahami buku ini?"     

"Aku masih belum bisa memahami buku itu dengan jelas."     

"Untungnya, kamu sama denganku." kata Wendy sambil menghela nafas. "Selain Anna, sekarang Soraya juga sudah mengembangkan kemampuan barunya. Jika aku tidak berusaha lebih keras, aku akan segera dikalahkan oleh generasi muda. Aku bertanya-tanya bagaimana Yang Mulia bisa mengetahui begitu banyak hal. Bagaimana Yang Mulia bisa menggambarkan sebuah dunia yang tidak terlihat seolah-olah ia sudah pernah melihatnya?"     

"Sebenarnya, Yang Mulia tidak menyadari beberapa hal," kata Gulir sambil mengangkat bahu, dan melanjutkan, "Maksudku dalam aspek-aspek tertentu."     

"Apa maksudmu?"     

"Aku sedang berbicara mengenai Nightingale," kata Gulir, dan ia mengambil sebuah kursi dan duduk di sebelah Wendy. "Apakah kamu memperhatikan bahwa perilaku Nightingale saat ini benar-benar berbeda dari cara ia bertindak di masa lalu? Ketika Nightingale sedang mengawal Yang Mulia, ia jarang menyembunyikan dirinya sekarang. Bahkan ketika Nightingale keluar dari istana, ia hanya mengenakan kerudung untuk menutupi wajahnya. Dan juga … kini Nightingale sungguh-sungguh mendengarkan pelajaran di kelas. Kamu satu kamar dengannya, jadi kamu pasti lebih menyadari perubahan perilakunya. Bisakah kamu menceritakan apa yang sedang terjadi pada Nightingale?"     

"Yah, bukan apa-apa." jawab Wendy sambil menggelengkan kepalanya. "Nightingale hanya membuat pilihan bagi dirinya sendiri."     

Respon Wendy membuat Gulir sedikit terkejut. "Membuat pilihan?"     

"Yah, seperti yang sudah kamu duga," Wendy menutup bukunya dan dengan terang-terangan berkata, "Nightingale jatuh cinta kepada Yang Mulia Roland Wimbledon. Tentu saja, perilaku Nightigale sangat jelas sehingga kamu tidak perlu menebaknya lagi. Bukan hal yang aneh jika seorang penyihir jatuh cinta pada lelaki yang memberikan perlindungan kepada penyihir itu. Kami telah mendengar banyak cerita seperti itu ketika masih berada di Asosiasi Persatuan Penyihir."     

"Itu hanya sebuah cerita yang dikarang oleh orang lain. Kebanyakan saudari-saudari kita tidak memiliki akhir kisah cinta yang membahagiakan."     

"Yang Mulia berbeda dari orang-orang yang ada di dalam cerita itu."     

Gulir tertegun sejenak. Gulir tidak menyangka jika Wendy, yang memiliki pandangan yang sama dengan dirinya selama ini, akan mengatakan hal-hal seperti itu. Gulir berkata, "Kamu tahu, penyihir tidak bisa memiliki anak. Tidak mungkin Yang Mulia …."     

"Yang Mulia akan menikahi seorang penyihir," Wendy memotong perkataan Gulir sambil mengangkat bahu dan berkata, "Bukankah Yang Mulia memberitahumu secara langsung?"     

[Bagaimana Wendy bisa tahu mengenai itu? Apakah Nightingale ada di sana waktu itu?] Gulir berpikir. Kemudian Gulir tiba-tiba menyadari sesuatu dan bertanya, "Apakah kamu menyalahkan aku karena tidak memberi tahu hal ini kepadamu? Tidak, Wendy, aku hanya tidak ingin masalah ini menjadi besar dan diketahui oleh semua orang. Hal ini akan memberikan pengaruh buruk bagi Yang Mulia untuk mendapatkan takhta."     

Wendy terdiam beberapa saat sebelum berkata, "Aku tahu itu. Aku tidak menyalahkan kamu. Aku sudah mengatakan hal yang sama kepada Nightingale sebelumnya. Sebelum aku mengetahui perkataan Yang Mulia, aku berpikir tidak akan terjadi apa pun pada saudari-saudari kita. Tetapi jika Yang Mulia sendiri tidak keberatan untuk menikah dengan seorang penyihir, mengapa kita memaksa Yang Mulia untuk berubah pikiran? Sebelumnya Nightingale mencoba menyembunyikan perasaannya, tetapi ia sangat tertekan. Aku lebih suka melihat Nightingale seperti sekarang. Tidak peduli apa yang akan terjadi di masa depan, setidaknya Nightingale sudah mengikuti apa kata hatinya."     

Jadi itu alasan perubahan sikap Nightingale, pikir Gulir. Meskipun Gulir setuju bahwa perkataan Yang Mulia tidak boleh diketahui banyak orang, ia tidak akan mengganggu perasaan saudari-saudarinya, dan tidak akan membuat pilihan bagi mereka dengan sengaja. Berbeda dengan Cara, Wendy selalu mempertimbangkan perasaan saudari-saudari dan menghibur mereka ketika mereka memiliki sedikit keberanian untuk menghadapi kesulitan.     

"Tetapi, apakah Yang Mulia mengetahui perasaan Nightingale terhadapnya?" Gulir tiba-tiba memikirkan sebuah masalah serius. "Bagaimana jika Yang Mulia tidak tahu bahwa penyihir tidak dapat melahirkan anak?"     

"Yah …" Wendy merendahkan suaranya. "Bagaimana jika, kamu yang bertanya kepada Yang Mulia?"     

*******************     

Di luar tembok kota Wilayah Barat.     

Padang rumput bermandikan sinar matahari di akhir musim semi. Kawanan ternak dan domba yang berada di kejauhan sedang makan rumput dengan tenang. Sulit dibayangkan bahwa tiga bulan yang lalu, seluruh padang rumput ini tertutup salju dan es, dan tidak ada apa pun di luar sini kecuali binatang iblis yang mengerikan.     

Nightingale telah berlatih menembak hampir sepanjang sore. Nightingale menguasai keterampilan menembak jauh lebih cepat dari perkiraan Roland. [Mungkin semua orang memang memiliki bakat yang berbeda,] pikir Roland, [beberapa orang dilahirkan untuk menjadi seorang petarung. Dengan posisi standar untuk mengisi peluru, membidik dan menembak, Nightingale tidak tampak seperti seorang pemula.]     

"Jika Nightingale dilahirkan dalam keluarga kesatria, ia pasti akan menjadi kesatria yang paling hebat dan terkenal di Graycastle." Carter tidak tahan untuk tidak memuji Nightingale. "Seperti aku."     

"Untungnya Nightingale tidak terlahir di keluarga kesatria. Aku tidak ingin lengannya menjadi sebesar lenganmu." Roland melirik Carter dan bertanya, "Bagaimana perasaanmu setelah bertarung dengan Ashes?"     

"Saat aku terhantam, aku merasa seperti dipukul oleh seekor domba jantan di dada dan aku merasa tubuhku hancur berkeping-keping." Carter mengakui dengan jujur, "Sejujurnya, rasanya sangat mengerikan."     

"Tidak akan terjadi lagi untuk kedua kalinya." kata Roland sambil tertawa.     

Ketika Nightingale menyelesaikan ronde penembakan lainnya dengan posisi berdiri, Roland bertepuk tangan. "Sejauh ini hasil pelatihanmu sangat bagus. Mari kita lakukan simulasi."     

Setelah meletakkan pistolnya kembali di pinggangnya, Nightingale berjalan menuju Roland. Di bawah sinar matahari yang cerah, keringat tampak berkilauan di hidung Nightingale.     

"Apakah kamu melihat sasaran itu?" Roland menunjuk ke lima buah sasaran yang terletak tidak terlalu jauh. "Semua sasaran itu memiliki Liontin Penghukuman Tuhan. Kamu pasti bisa melihat sasaranmu dengan jelas di dalam Kabut. Inilah yang akan kamu lakukan selanjutnya. Kombinasikan kemampuan kamu dengan keterampilan menembak, dan kalahkan musuh-musuh ini dalam waktu singkat setelah kamu keluar dari Kabut."     

Di dalam Kabut, posisi benda dan ruang terus berubah, sulit untuk memastikan apakah pelurunya akan mengenai sasaran atau tidak. Sebelumnya Nightingale telah mencoba menembak langsung dari dalam Kabut; namun, sembilan dari sepuluh peluru berubah arah ketika melesat keluar dari Kabut, dan peluru yang terakhir hampir mengenai Roland, yang sedang berdiri di belakang Nightingale.     

Karena itu, Nightingale harus keluar dari Kabut untuk menembak; dan semakin cepat Nightingale keluar dari Kabut, semakin kecil kemungkinan ia akan diserang balik oleh musuh.     

"Aku mengerti." kata Nightingale sambil tersenyum, ia mengangkat jubahnya dengan satu tangan, dan menghilang seketika di depan Roland dan Carter.     

Ketika tembakan yang pertama terdengar, Roland nyaris tidak bisa melihat Nighingale yang diam-diam muncul dengan nyala api dan asap yang menyembur keluar, sasarannya terkena peluru dan hancur. Bahkan sebelum percikan serpihan sasarannya jatuh ke tanah, Nightingale sudah tiba di belakang sasaran kedua dan menarik pelatuk dari jarak tiga atau empat meter.     

Lalu yang ketiga, sasaran keempat … setiap kali Nightingale menembak, ia belum sepenuhnya keluar dari Kabut. Kecuali pistol perak dan nyala api yang tiba-tiba terdengar, Roland tidak bisa melihat dengan jelas. Sulit bagi Roland untuk melihat posisi Nightingale dengan mata telanjang. Di dalam Kabut, Nightingale tampak muncul dan menghilang dalam sekejap — seperti sebuah adegan yang hanya bisa dilihat dalam film. Dalam sekejap mata, kelima sasaran itu pecah berkeping-keping; dan dalam satu kedipan mata, Nightingale sudah berdiri di samping Roland lagi.     

"Bagaimana hasilnya?" tanya Nightingale sambil tertawa.     

"Yah …" Roland melirik ke arah Carter yang tampak tertegun dan bertanya, "Bagaimana menurutmu, Carter?"     

"Aku rasa tidak ada orang yang bisa menangkap Nona Nightingale sekarang." Kata Carter sambil menarik nafas dalam-dalam. "Bahkan Ashes pun tidak akan bisa menangkap Nightingale, meski Ashes memakai Liontin Penghukuman Tuhan."     

"Jadi, apakah aku sudah berhasil lulus tes?" Nightingale menyeka keringat dari hidungnya di jubah Roland.     

"Tentu … saja kamu lulus."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.