Bebaskan Penyihir Itu

Terlindungi



Terlindungi

1Danny terus-menerus membidik dan menembaki musuh sampai tempat pelurunya kosong. Dua buah perisai besar milik musuh jatuh ke tanah. Danny tidak mau menyia-nyiakan pelurunya untuk membantai Pasukan Penghakiman. Dengan baju zirah mereka yang tipis, Pasukan Penghakiman itu memang tampak kuat, tetapi mereka bukan tandingan senjata api. Si Kapak Besi pernah berkata bahwa Pasukan Penghukuman Tuhan adalah lawan yang mengerikan karena 1 orang prajuritnya bisa bertarung melawan 10 prajurit musuh, tetapi pada saat yang bersamaan, mereka juga pasukan yang cukup langka dan sulit untuk dilatih, jadi Pasukan Penghukuman Tuhan merupakan target yang tepat untuk diburu.      2

Alasan mengapa Danny tidak menyukai para penembak yang menggunakan senapan mesin adalah karena ia merasa para prajurit itu sombong, meskipun mereka menggunakan peluru yang sama persis dengan peluru Danny, daya efektivitas tembak mereka sebenarnya masih lebih rendah daripada Danny.     

Selama 2 kali berlatih secara langsung, regu senapan mesin bisa menghabiskan beberapa peti peluru hanya dalam waktu 1 jam. Tetapi saat memeriksa hasil tembakan mereka, hanya ada sekitar 100 peluru yang benar-benar tepat mengenai sasaran. Danny merasa senapan mesin itu benar-benar sebuah pemborosan.     

Memang, Danny memahami pentingnya senapan mesin Mark I. Setidaknya saat berhadapan dengan musuh dalam jumlah besar, senapan mesin Mark I itu bisa menghentikan serangan musuh. Namun dalam berburu, hasil tembakan seorang penembak jitu lebih dapat diandalkan.     

Satu peluru untuk menumbangkan 1 musuh.     

Ini adalah tujuan Danny untuk berlatih menembak dengan ketat.     

Danny mengeluarkan selosong peluru yang sudah kosong dan ia mengisi pelurunya kembali. Ketika Danny hendak berdiri dan mulai menembak, ia mendengar suara seseorang terengah-engah di belakangnya. Danny menoleh dan ia melihat Malt sedang berlari menghampirinya.     

"Sialan! Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tetap diam di tempatmu?" teriak Danny kepada Malt, "Kamu sudah melanggar perintahku!"     

"Tuan Brian berkata, seorang prajurit tidak diizinkan untuk meninggalkan posisinya dengan alasan apa pun, jadi kamu juga telah melanggar aturan militer," sahut Malt sambil menyeka keringat di keningnya. "Dan sebagai pelindungmu, aku harus tetap berada di sisimu!"     

"…" Sambil menahan amarahnya untuk tidak memukul Malt, Danny mengambil segenggam peluru dari sakunya dan menyerahkan semua peluru itu kepada Malt. "Isi larasnya. Tetap diam di sini kecuali ada keadaan darurat!"     

"Siap, Kapten!" jawab Malt sambil memberi hormat dan tersenyum.     

Setelah Danny membunuh 5 orang musuh, tampaknya ada beberapa perubahan formasi di pasukan musuh.     

Komandan pasukan gereja mungkin merasa bahwa mereka tidak akan sampai ke parit jika mereka terus menyerang dengan cara yang sama, karena itu musuh membuat perubahan strategi. Pasukan Penghukuman Tuhan meninggalkan perisai besar mereka di tanah dan menyerbu ke dalam parit. Mereka bergerak dengan kecepatan yang luar biasa sehingga seekor kuda pun masih kalah cepat dari mereka. Musuh berlari semakin dekat ke arah parit di barisan terdepan!     

Suara senjata api dan senapan mesin terdengar pada saat yang bersamaan.     

Tiba-tiba, serangkaian kabut berwarna merah muncul di hadapan Danny. Debu yang berasal dari tanah ini lebih padat daripada debu yang dihasilkan oleh asap peluru meriam. Sepertinya ada sebuah 'tangan raksasa' yang tidak terlihat yang menyerang sekelompok prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan yang sedang melaju ke depan. Menghadapi kekuatan yang dahsyat ini, kecepatan musuh mulai melambat. Siapa pun yang tersentuh oleh kekuatan yang tidak kasat mata ini akan hancur berkeping-keping dan percikan darah tersembur ke segala arah.     

Seorang prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan terus berlari ke depan bahkan setelah salah satu lengannya tertembak oleh peluru. Ketika Danny mengarahkan senjatanya ke arah prajurit itu, 'ular pasir' yang terdiri dari sekumpulan debu menembus tubuh prajurit itu. Dada prajurit itu tiba-tiba melesak ke dalam seperti genangan air, dan darah berwarna biru terciprat keluar dari punggungnya, dan tulang rusuknya bahkan patah karena diberondong oleh banyaknya peluru yang menerjang tubuhnya.     

Prajurit itu, meskipun kehilangan keseimbangan dan sudah sempoyongan, ia masih bisa berlari 3 sampai 4 langkah lagi sebelum akhirnya ia ambruk ke tanah. Danny memperhatikan bahwa punggung prajurit itu bahkan sudah membusuk.     

"Awas, Kapten!" tiba-tiba Malt berteriak.     

Danny terkejut. Ketika Danny menoleh, ia melihat seorang prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan yang lain, ia muncul dari balik debu yang pekat sambil memegang sebuah tombak.     

Kemudian prajurit itu membungkuk dan melemparkan tombaknya ke arah Danny.     

Danny nyaris tidak bisa melihat ketika prajurit itu melemparkan tombaknya.     

"Aku terlalu ceroboh! Aku terlalu fokus kepada musuh sehingga aku malah menarik perhatian mereka. Seorang pemburu tidak seharusnya mengekspos dirinya di depan mangsa terlalu lama," pikir Danny.     

Sebelum Danny bisa bereaksi, Malt menabrak tubuhnya dengan sangat keras. Mereka berdua jatuh ke tanah di dalam parit. Pada saat yang sama, terdengar suara yang keras di atas kepala mereka.     

Danny merasa kesakitan di belakang kepalanya, dan tubuhnya benar-benar tertutup oleh tumpukan tanah.     

Danny merasa suara-suara tembakan tiba-tiba menghilang, dan dengungan yang tidak tertahankan terus berdengung di telinganya.     

Setelah beberapa lama, pendengaran Danny mulai pulih kembali. Sambil menyentuh bagian belakang kepalanya, Danny bisa merasakan ada sesuatu yang lengket dan basah di kepalanya. "Aku pasti telah menghantam sesuatu yang keras ketika aku terjatuh ke tanah. Tetapi aku masih tetap sadar, itu artinya luka di kepalaku ini bukan luka yang parah."     

Dengan penglihatan yang masih agak kabur, Danny melihat seorang rekan tim lainnya datang menghampiri dirinya.     

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya rekannya itu.     

Danny samar-samar bisa mendengar suara rekannya. Danny berhasil melambaikan salah satu tangannya, sebagai isyarat bahwa ia baik-baik saja.     

"Bantu aku! Ada 2 orang yang terluka di sini," teriak rekannya itu.     

Tidak lama kemudian, Danny dan Malt dikelilingi oleh banyak rekan tim lainnya dan mereka berdua dibopong keluar dari dalam tumpukan tanah.     

Pada saat itu, Danny menyadari bahwa tombak pendek milik musuh telah menghancurkan tepi parit, dan meninggalkan sebuah lubang yang berbentuk seperti bulan sabit di sana. Tombak itu tidak melesat di atas kepala Danny, tetapi tombaknya mengenai pinggir parit, menembus tanah yang tipis, dan menabrak dinding paritnya. Semua tumpukan tanah yang jatuh di tubuh Danny dan Malt berasal dari pinggir parit yang terkena hantaman tombak itu.     

Ketika Danny melihat ke arah Malt, ia langsung tersentak.     

Danny melihat ada luka sebesar mangkuk di bahu Malt, dan lengan Malt tampak hampir putus, hanya kulitnya yang masih menghubungkan bahunya dengan tulang-tulang yang berwarna putih.     

"Tombak itu tidak terlempar dengan sia-sia. Tombaknya mengenai Malt." pikir Danny dalam hati.     

Rekan satu tim mereka yang lain kembali ke medan pertempuran, ia meninggalkan 1 orang prajurit untuk merawat Malt. Semua prajurit Tentara Pertama mengerti bahwa selama seorang prajurit yang terluka dapat terus bertahan sampai pertempuran berakhir, Nona Nana bisa memulihkan prajurit itu sepenuhnya. Jadi belajar untuk menghentikan pendarahan adalah sebuah kemampuan yang wajib dikuasai sebagai prajurit Tentara Pertama. Tentara itu mengeluarkan belatinya, lalu ia memotong lengan Malt yang hampir putus itu dengan sekali tebas, kemudian ia membalurkan obat-obatan herbal pada luka Malt sebelum akhirnya ia membalut lukanya dengan kain kasa.     

Setelah mendapatkan perawatan, Malt terbangun dari pingsannya sambil bergumam pelan.     

"Tetaplah berbaring. Kamu tidak akan mati." kata prajurit itu sambil menghibur Malt.     

"Di mana Kapten Danny?" tanya Malt.     

"Aku di sini." sahut Danny sambil menggertakkan giginya, ia berusaha menahan rasa sakit di tubuhnya, dan ia mendekat ke samping Malt. "Kenapa kamu melakukan itu untukku …."     

"Karena aku adalah pelindungmu. Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, Kapten." kata Malt dengan pelan. "Bagaimana kinerjaku? Aku sudah memenuhi tugasku dengan baik, bukan?"     

Tiba-tiba Danny merasa sangat bersalah kepada Malt dari lubuk hatinya. "Tentu saja … kamu sudah melakukan tugasmu dengan sangat baik."     

"Benarkah?" Malt mencoba untuk tersenyum dengan susah payah. "Kali ini aku bisa bertemu dengan Nona Nana."     

"Itu benar. Kalian berdua bisa bertemu dengan Nona Nana." kata prajurit yang lain sambil memandang ke arah Danny. "Apa kamu bisa menjaga Malt? Aku harus segera kembali ke posisiku."     

"Ya, aku bisa … terima kasih banyak," kata Danny sambil mengangguk.     

Setelah prajurit itu pergi, Danny perlahan-lahan mengambil senjatanya dari tanah, ia membersihkan tanah yang menutupi senjatanya, dan ia berhasil untuk bangkit berdiri.     

"Aku masih bisa bertarung!" pikir Danny dalam hati.     

"Musuh harus membayar luka-luka kami ini dengan darah mereka!" pikir Danny dengan geram.     

Namun, pasukan gereja yang mendekat ke barisan depan sudah tidak ada lagi. Di dalam kepulan debu yang masih beterbangan, musuh bergerak mundur dengan panik, hanya punggung mereka yang masih terlihat samar-samar di kejauhan.     

Sorak-sorai terdengar dari dalam parit.     

Mereka telah memenangkan pertempuran ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.