Bebaskan Penyihir Itu

Janji yang Pernah Terucap dan Janji Saat Ini



Janji yang Pernah Terucap dan Janji Saat Ini

3Setelah mendengar penjelasan mengenai alam pertempuran jiwa dari Isabella, Nightingale semakin gelisah dan tidak sabar. "Maksudmu, kamu juga tidak tahu bagaimana cara membuat Yang Mulia Roland bangun dari komanya?"     3

Isabella menggelengkan kepalanya. "Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasinya …dulu Zero sempat linglung untuk sementara waktu setelah ia melahap memori Garcia Wimbledon. Pada saat itu, Zero pernah menjelaskan bahwa ia telah menemukan beberapa hal menarik dalam memori Garcia dan karena itu, ia butuh waktu cukup lama untuk kembali menjadi dirinya. Zero memiliki kehidupan yang lebih rumit daripada orang lain, jadi jika Roland ingin menerima memori-memori yang dimiliki Zero, mungkin ia juga perlu waktu lebih lama untuk sadar. Tetapi selama Roland masih hidup, ia akan bangun dengan sendirinya nanti."     

Nightingale tidak yakin apakah semua informasi yang disampaikan Isabella benar atau tidak, tetapi ia tahu Isabella tidak sedang berbohong. Setidaknya Isabella mengatakan hal itu dengan tulus.     

Tetapi Nightingale juga tahu bahwa situasi ini sama sekali tidak membaik.     

Akankah memori yang terkumpul selama 200 tahun itu mendominasi memori Roland? Atau apakah Roland tersesat dalam memori yang rumit ini dan tidak bisa terbangun lagi?     

Bahkan jika Roland sanggup menerima semua memori milik Zero, apakah Roland Wimbledon, Pangeran Graycastle yang keempat yang selama ini dikenal oleh Nightingale … masih menjadi orang yang sama seperti dulu?     

Semua pemikiran ini membuat Nightingale kewalahan.     

Nightingale kini mengerti mengapa Wendy meminta Agatha untuk ikut dengannya ke penjara untuk menemui Isabella.     

"Mari kita bicara tentang gereja," kata Agatha setelah beberapa waktu, "Berapa banyak yang kamu ketahui tentang Pusat Persatuan Penyihir, yang menjadi cikal-bakal gereja nantinya?"     

"Aku mengetahui hampir semua yang diketahui oleh Zero." jawab Isabella terus terang. "Apakah kamu masih meragukan semua yang tertulis dalam surat itu? Sejak Zero menjadi Paus Tertinggi, semua Penyihir Suci dapat masuk ke perpustakaan dan membaca sejarah 400 tahun yang lalu di Area Rahasia Utama. Catatan sejarah tentang Kerajaan Penyihir dan pasukan iblis yang tertulis dalam surat itu memang benar adanya."     

"Sedikit informasi yang tertulis dalam surat itu tidak terlalu bermanfaat bagi kami." jawab Agatha sambil tersenyum. "Kerajaan Penyihir hanya sebuah sejarah bagimu, tetapi bagiku, itu bagian dari hidupku. Aku salah satu penyihir yang berasal dari Pusat Persatuan Penyihir."     

Isabella tercengang dan bertanya, "Apa … apa katamu barusan?"     

"Aku datang dari Kota Suci Taquila lebih dari 400 tahun yang lalu dan aku sendiri ikut menyaksikan hancurnya Kerajaan Penyihir. Iblis-iblis itu masih ada sampai saat ini dan mereka masih menempati sebagian besar tanah di Dataran Fajar. Ada batalyon iblis di ujung Hutan Berkabut dan di dekat Sungai Air Merah di sebelah barat Kerajaan Graycastle. Yang Mulia Roland bahkan telah berhadapan dengan iblis-iblis itu sebelumnya."     

Isabella tertegun, ia tidak bisa berkata-kata.     

"Kita akan bertarung dengan pasukan iblis pada akhirnya. Kita semua mengetahui bahwa Pertempuran Besar Ketiga akan segera datang. Roland memilih untuk bertempur dalam pertempuran melawan gereja saat ini untuk mengurangi beban penindasan dari gereja." Agatha berhenti sejenak dan melanjutkan, "Yang ingin aku ketahui adalah, bagaimana Pusat Persatuan Penyihir bisa beralih menjadi gereja?"     

"Mengenai itu …" Isabella butuh waktu cukup lama untuk bisa bicara dengan tenang. "Seperti yang disebutkan dalam buku sejarah, ketika melarikan diri dari pasukan iblis, sebuah perang saudara pecah di Pusat Persatuan Penyihir di barat laut Pegunungan Tak Terjangkau. Penyebab perang saudara itu tidak diketahui. Kami hanya tahu bahwa Pusat Persatuan Penyihir terpecah menjadi dua kelompok sejak saat itu. Satu kelompok yang berisi para penyihir Taquila, masuk ke area pegunungan. Kelompok yang satunya lagi, dipimpin oleh para penyihir dari Kota Meteor, meneruskan keinginan Lady Alice untuk terus bergerak ke utara dan menetap di Dataran Tinggi Hermes, yang akhirnya menjadi cikal-bakal gereja."     

"Perang saudara pecah selama pelarian?" Agatha mengerutkan keningnya, "Itu jelas sebuah tindakan bunuh diri."     

"Penulis buku sejarah itu juga berpikir demikian. Pusat Persatuan Penyihir menderita kerugian besar selama perang saudara itu. Dua orang Penyihir Transenden menghilang dan terpisah dari kelompok yang berisi orang-orang biasa. Ketika kelompok yang menuju utara tiba di tempat tujuan mereka, sebagian besar orang biasa melarikan diri dari kelompok itu." kata Isabella sambil menghela napas. "Sedangkan, alam pertempuran jiwa digunakan Zero untuk membunuh para penyihir non tempur yang bukan berasal dari Kota Meteor. Hanya dengan begini, gereja dapat mengubur sejarah masa lalu Pusat Persatuan Penyihir sepenuhnya."     

"Apakah demi mengubur masa lalu bisa dijadikan alasan untuk memburu para penyihir itu dengan semena-mena? Bahkan sampai menciptakan Pasukan Penghukuman Tuhan yang bertingkah seperti orang-orang yang kerasukan?" tanya Nightingale dengan nada dingin, "Kalian semua memang gila."     

"Tanpa perang saudara itu, Empat Kerajaan tidak bisa dikendalikan oleh Pusat Persatuan Penyihir sejak awal. Dan jumlah Pasukan Penghukuman Tuhan pasti akan jauh lebih besar," kata Isabella dengan tenang, "Namun, karena Roland Wimbledon sekarang memiliki cara yang lebih baik untuk memerintah seluruh kerajaan, keberadaan Kota Suci Hermes tidak diperlukan lagi."     

"Tetapi kamu tidak memiliki sejarah bersama gereja!" kata Nightingale dengan sinis.     

"Selama iblis-iblis itu dapat dikalahkan, aku tidak peduli siapa yang akan memerintah benua ini. Itu juga yang menjadi keinginan Pusat Persatuan Penyihir sejak awal," kata Isabella sambil menutup matanya, "Meskipun Zero memang jadi gila kekuasaan, ia memiliki keyakinan yang lebih besar dalam memerangi iblis daripada kebanyakan orang lainnya, dan itulah sebabnya aku memutuskan untuk membantunya."     

Mendengar hal ini, Nightingale tidak bisa menahan kemarahannya lagi dan ia mengeluarkan belatinya.     

"Jika dengan membunuh penyihir ini kita dapat membangunkan Yang Mulia Roland, aku tidak akan menghentikanmu." kata Agatha dengan pelan.     

Setelah beberapa saat, Nightingale mengurungkan niatnya dan ia kembali memasukkan belatinya ke dalam sarungnya.     

"Oh ya, ada satu hal lagi," begitu Nightingale dan Agatha hendak meninggalkan penjara, Isabella tiba-tiba berbicara lagi, "Meskipun Zero mengizinkan para Penyihir Suci memasuki Area Rahasia Utama untuk membaca buku-buku di perpustakaan, ia melarang siapa pun mengunjungi ruang doa, bahkan untuk mendekati ruang doa itu pun dilarang. Zero mengatakan kepadaku bahwa hanya dengan berdiri di sana ia dapat bertemu dengan Tuhan secara langsung."     

….     

Nightingale meninju dinding dengan keras ketika mereka keluar dari penjara sambil berkata, "Sialan! Kita masih belum menemukan cara untuk menyadarkan Yang Mulia dari komanya!"     

"Kita sudah melakukan apa yang kita bisa, sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah terus menunggu," kata Agatha dengan tenang, "Oh ya, mari kita laporkan hasil interogasi kita kepada semua penyihir terlebih dahulu."     

"Aku bersumpah, aku akan membuat penyihir itu membayar semua ini!" geram Nightingale.     

"Selama Isabella masih hidup, ia masih berguna bagi kita untuk mengalahkan Kota Suci sepenuhnya dan mempelajari rahasia yang ada pada Batu Pembalasan Tuhan." kata Agatha.     

Tidak lama kemudian, para penyihir berkumpul di luar kamar tidur Roland dan mereka mulai mendengarkan informasi yang disampaikan Isabella dari Agatha. Tetapi pikiran Nightingale melayang-layang.     

Diam-diam Nightingale menyingkir ke sudut, ia masuk ke dalam Kabut, dan pergi ke kamar tidur Roland.     

Selain Nightingale, hanya ada Anna yang masih berada di kamar Roland yang sunyi.     

Nightingale perlahan berjalan ke tempat tidur dan ia melihat Anna sedang menggenggam tangan kanan Roland sambil membisikkan sesuatu.     

Nightingale bisa mendengar bisikan Anna, ia mendengarkan sambil menahan napasnya.     

"Apakah kamu ingat apa yang pernah aku katakan kepadamu?" kata Anna kepada Roland yang sedang berbaring di tempat tidur.     

"Jika kamu tewas dalam pertempuran melawan gereja, aku akan pergi ke Pulau Tidur bersama para pengikut setiamu dan kami akan bertarung melawan gereja sampai akhir."     

"Tetapi kamu masih hidup."     

"Kamu hanya sedang tidur."     

"Jadi, aku akan menunggumu selamanya."     

"Selama kamu masih bernapas, aku akan selalu ada untukmu. Baik 1 hari, 1 tahun, atau bahkan seumur hidupku, aku akan terus menunggu sampai kamu bangun."     

"Kamu bisa tidur dengan nyenyak."     

"Aku akan menjaga dan merawatmu."     

Nightingale merasa hatinya sakit seperti tertusuk. Perasaan patah hati yang Nightingale rasakan saat ini bahkan terasa lebih menyakitkan daripada luka secara fisik. Entah kenapa, Nightingale membungkuk dan mendekap dadanya dengan erat.     

Air mata yang hangat membasahi kedua mata Nightingale.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.