Bebaskan Penyihir Itu

Kemesraan



Kemesraan

3…      3

"Apakah ini benar-benar tidak masalah?" tanya Ashes kepada Tilly.     

"Apanya yang tidak masalah?" balas Tilly.     

"Mengirim Iffy, Si Bulu Lembut, dan Lotus ke Kota Perbatasan," kata Ashes sambil memeluk Tilly dari belakang sementara Tilly sedang duduk di meja, lalu Ashes kembali berkata, "Pasti ini semua adalah ide Heidi Morgan, bukan begitu?"     

Sejak Tilly mendengar tentang keberadaan Garis Laut, ia menghabiskan hampir seluruh waktunya di ruang belajar. Di mejanya banyak tumpukan buku, beberapa di antaranya adalah buku-buku pemberian dari Roland, dan buku-buku lainnya berasal dari reruntuhan di bawah laut. Melihat sosok Tilly yang terus bekerja di balik semua tumpukan buku-buku ini, Ashes agak merasa kasihan pada Tilly.     

"Hmm." Sambil meletakkan pena bulunya, Tilly bersandar di kursinya. "Morgan tidak ingin aku memiliki koneksi dengan orang biasa dari tempat lain, dan aku tidak punya alasan untuk menolak permintaannya."     

"Tetapi orang biasa itu adalah kakak laki-lakimu sendiri. Apa yang membuat Heidi berpikir bahwa ia yang berhak menentukan sesuatu untukmu?" balas Ashes.     

"Karena Heidi Morgan juga merupakan salah satu anggota keluarga kerajaan." jawab Tilly sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Semakin tinggi status seseorang di keluarga kerajaan, hubungan ikatan darah antar saudara akan semakin jauh. Di semua kerajaan berlaku seperti ini." Heidi tahu betul tentang hal itu, dan itulah sebabnya wanita itu membuat keputusan ini.     

"Heidi Morgan bermaksud untuk bersaing denganmu untuk mendapatkan dukungan dari Yang Mulia Roland?" tanya Ashes sambil mengerutkan kening.     

"Belum secara terang-terangan. Kali ini kupikir Heidi hanya ingin menyelidiki situasi di Wilayah Barat." jawab Tilly.     

"Lalu kenapa kamu menyetujui permintaan Heidi dengan mengirim kedua penyihirnya ke sana?!" Ashes melepaskan pelukannya dari Tilly dan berkata dengan pelan, "Sepertinya aku perlu bicara dengan Heidi Morgan mengenai hal ini."     

Rasa simpati dan kemurahan hati Tilly yang membuatnya mendapatkan kepercayaan dari para penyihir yang dulu sering disalahgunakan dan ditekan oleh gereja, dan sekarang semua penyihir bisa bersatu di Fjords. Tetapi itu tidak berarti Heidi bisa menganggap kelemahlembutan Tilly sebagai sebuah kelemahan, dan menguji kesabarannya berdasarkan kepercayaan yang diberikan Tilly terhadapnya.     

Ashes baru hendak berbalik ketika Tilly meraih lengannya. "Kenapa tidak? Seperti yang aku katakan tadi, aku tidak punya alasan untuk menolak permintaan Heidi. Pulau Tidur adalah rumah bagi kita semua. Semua penyihir di sini adalah orang-orang bebas. Aku tidak bisa menghentikan mereka melakukan apa pun selama mereka tidak membahayakan keselamatan siapa pun. Lagi pula … " Tilly menghela napas dan melanjutkan. "Mengirim mereka ke Wilayah Barat bukanlah sebuah ide yang buruk."     

"Bukan ide yang buruk katamu?" Ashes bertanya dengan bingung.     

"Apakah kamu pernah berpikir mengapa para penyihir di Asosiasi Taring Berdarah awalnya bisa bersikap biasa terhadap para penyihir lainnya, tetapi secara bertahap mereka mulai berbeda dan mulai menonjolkan diri?" tanya Tilly.     

Ashes merenung sejenak. "Karena hidup mereka kini sudah menjadi lebih baik?"     

"Tepat sekali." sahut Tilly sambil mengangguk. "Di masa lalu, gereja menimbulkan kepedihan besar di hati mereka. Semua orang harus bersatu untuk tetap bertahan hidup. Tetapi sekarang gereja-gereja di Kepulauan Fjord telah dihancurkan dan Pulau Tidur telah memberikan lingkungan yang relatif lebih santai dan nyaman. Kondisi ini sangat normal. Tetapi Asosiasi Persatuan Penyihir berbeda dengan kita. Kita adalah kelompok penyihir yang terdiri dari beberapa organisasi penyihir yang berbeda, jadi kita tidak bisa memaksakan suatu gagasan kita kepada mereka, hal itu tidak akan efektif. Untuk membuat mereka bekerja sama dengan kita seperti di masa lalu, kita membutuhkan musuh yang lebih kuat."     

Ashes mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apakah maksudmu … iblis?"     

"Musuh-musuh yang berada jauh di Dataran Subur, kegagalan Pusat Persatuan Penyihir di masa lalu, dan Pertempuran Besar Ketiga yang akan datang … para penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah dapat mempelajari semua hal ini sendiri, itu akan lebih efektif daripada jika aku yang menyampaikan semua informasi itu kepada mereka." kata Tilly sambil tersenyum, "Selain itu, di Kota Perbatasan, ada banyak hal yang bisa mereka lihat dan pelajari."     

Tilly bangkit berdiri, ia berjalan melewati pintu yang menuju ke halaman belakang istana dan membuka pintunya. "Para penyihir dari Asosiasi Taring Berdarah akan melihat bahwa para penyihir non tempur dapat memainkan peran yang tidak tergantikan, orang biasa dapat memiliki kemampuan yang sama seperti yang dimiliki para penyihir, dan mereka akan menyaksikan dampak yang luar biasa ketika semua orang bisa bekerja sama. Sama halnya seperti pintu ini. Ketika pintunya dibuka, dunia yang lebih luas dapat terlihat."     

Ashes diam-diam menatap Tilly yang bermandikan sinar matahari, dan ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membantah Tilly. Rambut Tilly yang berwarna abu-abu beterbangan tertiup angin laut, memantulkan cahaya yang bersinar. Tilly terlihat sangat cantik meski dilihat dari belakang. Waktu terasa terhenti saat itu. Hanya ada Ashes dan Tilly saja di ruangan belajar yang mungil itu.     

Setelah beberapa lama, Tilly berbalik dan tersenyum dengan licik. "Aku punya beberapa alasan khusus untuk mengirim Iffy dan Si Bulu Lembut ke sana. Roland pasti bisa memahami apa maksudku."     

*******************     

Anna menyenggol tubuh Roland yang sedang tidur di sampingnya.     

"Waktunya bangun." kata Anna.     

"Sebentar lagi." Roland berbalik, ia memeluk Anna, dan mencium rambutnya.     

Setelah kembali ke Kota Tanpa Musim Dingin dari Kota Raja, Roland terus menghabiskan sepanjang malam bersama Anna. Perpisahan mereka yang sementara telah membuat pertemuan mereka berdua sangat bergairah. Akibatnya, mereka berdua tidak bisa bangun pagi keesokan paginya. Untuk pertama kalinya, Anna melewatkan latihan kemampuannya, bukan karena ia tidak mau berlatih, tetapi karena Roland tidak mau membiarkan Anna turun dari tempat tidur.     

Tentu saja, Anna juga tidak ingin menolak keinginan Roland.     

Dari siang hingga sore, kamar tidur mereka dipenuhi dengan suasana romantis dan napas kedua insan yang sedang terengah-engah. Selagi beristirahat, Roland dan Anna duduk di tempat tidur dan berbicara tentang hal-hal yang terjadi baru-baru ini di kedua kota itu, dan makan siang mereka diantar ke kamar tidur oleh seorang pelayan. Tentu saja, ketika pelayan datang, Anna memasukkan kepalanya ke dalam selimut. Roland bisa melihat sepasang mata seperti batu safir yang berkilauan di dadanya selagi Anna bersembunyi di balik selimut itu.     

Ketika Roland dengan lembut membelai punggung Anna, tanpa sadar Anna mendesah pelan seperti seekor kucing yang mendengkur. Setelah satu tahun lebih berlalu, Anna bukanlah seorang gadis kurus dan lemah yang ditemui Roland di penjara 1 tahun sebelumnya. Sekarang ketika Anna sedang meringkuk, ia bisa masuk ke dalam pelukan Roland dengan sempurna. Ketika Roland menciumi daun telinga Anna dari belakang, ia bisa melihat pipi Anna memerah dan bulu matanya tampak bergetar. Pemandangan ini membuat Anna terlihat sangat manis.     

Setelah beberapa lama, Anna menyenggol Roland sekali lagi.     

"Wendy dan para penyihir lain akan segera kembali. Kali ini akan ada penyihir baru yang datang. Kamu harus bergegas mandi." Anna berbalik dan menatap Roland dengan tatapan serius.     

"Mmm …" Roland menjawab singkat. Roland tahu bahwa ia tidak bisa bermalas-malasan lagi, jadi ia mencium bibir Anna dengan sekali kecup dan turun dari tempat tidur. Pertama, Roland membantu Anna berpakaian terlebih dahulu, kemudian ia mengenakan mantel untuk dirinya sendiri.     

Baskom air di atas meja sudah dingin, tetapi ini bukan masalah bagi Anna. Segaris Api Hitam melesat ke dalam baskom air, dan uap panas mulai naik ke udara dalam sekejap. Setelah mandi, Roland mengantar Anna kembali ke kamarnya dan ia sendiri pergi ke kantornya di lantai tiga. Setidaknya Roland bisa membuat Anna terlihat seperti sedang bekerja dengan rajin, sebelum para penyihir lainnya kembali.     

Lima belas menit kemudian, Kilat dan Maggie terbang ke kantor Roland melalui jendela Prancis yang ada di kantornya.     

"Yang Mulia, mereka sudah tiba di sini." kata Kilat.     

…     

"Siapa yang mengira Anda akan menjadi raja Kerajaan Graycastle hanya dalam waktu 1 bulan setelah kepulangan kami ke Pulau Tidur." kata Si Angin Sepoi sambil memasuki aula kastil terlebih dahulu, diikuti oleh keempat penyihir lainnya, di antaranya adalah Lotus dan Honey. Roland cukup familiar dengan mereka bertiga, tetapi ia tidak mengenal 2 penyihir lain yang ada di belakang mereka. "Jika Wendy tidak memberitahuku, aku tidak akan mempercayai berita itu. Jika Lady Tilly mengetahui berita kemenangan Anda atas Kota Raja, ia pasti akan sangat terkejut."     

Roland berjalan untuk menyambut mereka sambil berkata. "Aku masih belum dinobatkan menjadi raja, jadi kalian boleh memanggilku dengan gelar lamaku."     

"Tetapi Anda memang pantas untuk menjadi raja," kata Si Angin Sepoi sambil membungkuk dengan hormat.     

Lotus dan Honey meniru gerakan Si Angin Sepoi dan mereka ikut membungkuk, tetapi kedua penyihir asing lainnya hanya menyambut Roland dengan meletakkan satu tangan di dada mereka. Para penyihir Pulau Tidur menunjukkan kebahagiaan mereka karena bisa bertemu kembali dengan para penyihir di Kota Perbatasan, sementara kedua penyihir asing lainnya menunjukkan ekspresi sinis di wajah mereka.     

Roland merasa agak terkejut melihat reaksi kedua penyihir asing itu.     

Namun, dalam keadaan ini, Roland tidak menunjukkan emosinya. Roland membuat gerakan tubuh untuk menyambut kedatangan mereka, ia berkata sambil tersenyum, "Bagaimanapun, kalian telah menempuh perjalanan yang jauh. Sekarang nikmatilah pesta jamuan makan pada malam ini. Buatlah diri kalian senyamanan mungkin di sini. Kota ini juga rumah kalian."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.