Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Urusan yang Tertunda



Sebuah Urusan yang Tertunda

3Pesta jamuan selamat datang yang digelar untuk menyambut kedatangan Duta Besar dari Kerajaan Graycastle masih belum di mulai sampai hari menjelang malam.      1

Para tamu yang sudah tiba disambut dengan hangat di aula istana oleh Deegan Moya, putra sulung Raja Kerajaan Fajar.     

Ini adalah pertama kalinya Yorko menghadiri perjamuan selamat datang yang begitu mewah seperti itu. Seluruh aula itu tampak cerah seperti siang hari, aulanya diterangi oleh lilin yang sangat banyak dan lampu-lampu minyak yang tergantung di atas berkilauan seperti bintang-bintang. Ada sebuah jendela raksasa di langit-langit yang terbuka lebar di sebelah masing-masing lampu minyak yang tergantung di langit-langit, yang membuat udaranya terasa sejuk.     

Meja-meja hidangan dihiasi dengan kain berwarna putih dan semua peralatan makan yang terbuat dari bahan pecah belah disusun tinggi ke atas. Minuman anggur merah tampak berkilauan di bawah cahaya lilin dan bersinar seperti batu rubi. Aula istana itu tampak begitu mewah dengan peralatan makan perak dan emas sehingga perjamuan itu tampak semegah perjamuan pesta yang ada di istana Kerajaan Graycastle.     

Namun, yang paling menarik perhatian Yorko adalah para wanita bangsawan yang berkeliaran di antara para pria-pria yang ada di aula ini.     

Beberapa di antara para wanita itu ada yang masih muda dan terlihat lugu dan polos, sementara wanita lainnya terlihat montok dan tampak dewasa. Masing-masing wanita itu, baik yang menyanggul rambutnya atau tidak, mereka memiliki seutas helaian rambut berwarna yang tersembunyi di bawah hiasan kepala mereka. Yorko teringat akan Denise dan ia menyadari bahwa helaian rambut berwarna itu adalah gaya yang sedang populer di kalangan para bangsawan di Kerajaan Fajar.     

Selain rambut mereka, sebagian besar wanita bangsawan ini mengenakan gaun berbahan sutra yang membalut tubuh mereka dengan sempurna sehingga memamerkan lekuk tubuh mereka yang indah. Kilatan cahaya lampu berkerlap-kerlip selagi para wanita itu berjalan melintasi ruangan. Berbeda dengan gaun-gaun yang biasa dikenakan oleh para wanita bangsawan di Kerajaan Graycastle, gaun-gaun wanita bangsawan di Kerajaan Fajar ini kebanyakan bergaya off shoulder[1] dan gaun mereka pendek di atas lutut, membuat penampilan para wanita ini sungguh memikat dan menggoda.     

Yorko merasa sangat gembira, "Ini memang sebuah pilihan yang tepat untuk datang ke tempat ini."     

Dibandingkan dengan para wanita bangsawan yang cenderung pendiam di Kerajaan Graycastle, wanita-wanita bangsawan yang ada di Kerajaan Fajar sangat ramah.     

Meskipun begitu, wanita-wanita ini menunjukkan perhatian mereka hanya kepada pria dan kesatria muda yang tampan daripada seorang bangsawan biasa seperti Yorko. Tetapi hal ini tidak pernah menjadi masalah bagi Yorko, karena ia sendiri tidak pernah mengandalkan penampilannya untuk menarik perhatian wanita.     

"Selamat datang di Kerajaan Fajar." Seorang pemuda yang tampak pucat yang dikawal oleh kerumunan besar pengawal menghampiri Yorko. "Aku sudah membaca surat pengantar yang ditulis oleh Yang Mulia Roland Wimbledon dan berkas-berkas yang dikeluarkan olehnya. Jadi, Yang Mulia Roland Wimbledon sekarang sudah menyatukan keseluruhan Kerajaan Graycastle?"     

Pemuda pucat ini adalah tuan rumah perjamuan pesta ini, ia adalah Pangeran Appen Moya.     

Yorko meletakkan satu tangannya di dada. Karena Yorko mewakili keluarga kerajaan dari Kerajaan Graycastle, ia tidak perlu berlutut di hadapan sang pangeran. Yorko sedikit terkejut ketika Pangeran Appen sedikit membungkuk kepadanya. Yorko mengerti mungkin Raja Fajar telah meminta putra sulungnya untuk menjadi tuan rumah acara tersebut karena raja mungkin berhalangan untuk hadir di pesta ini demi mengurus beberapa urusan politik. Namun, sepertinya agak tidak sopan karena raja membiarkan putranya membaca surat yang ditulis oleh Yang Mulia Roland secara langsung. Biasanya, tindakan itu bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang bisa merusak hubungan kedua negara.     

Yorko menjawab pertanyaan Pangeran Appen kemudian ia bertanya dengan sungkan, "Yah, bagaimana kabar ayah Anda …."     

"Raja sedang sakit, ia sakit keras." jawab Pangeran Appen sambil menghela napas. "Itulah sebabnya raja tidak bisa menyambut kedatangan Anda secara langsung."     

"Aku … aku sangat menyesal mendengar kondisi raja." jawab Yorko.     

"Tidak apa-apa … semua orang di Kota Cahaya sudah mengetahui kabar bahwa raja sedang sakit. Raja jatuh pingsan di tengah-tengah acara perjamuan makan satu setengah bulan yang lalu dan sejak saat itu raja terus menerus dalam kondisi yang tidak sehat. Raja bisa sadar selama 2 atau 3 jam per hari dan sisanya raja pingsan lagi." kata sang pangeran.     

Satu setengah bulan yang lalu … itu sekitar waktu yang sama ketika Yorko berangkat dari Kota Raja ke Kerajaan Fajar. "Aku yakin Yang Mulia akan segera sembuh. Jangan terlalu dipikirkan." jawab Yorko sambil menghibur Pangeran Appen.     

"Terima kasih." kata Pangeran Appen sambil menyunggingkan sedikit senyuman. "Nikmatilah acara selamat datang ini. Aku akan meminta petugas upacara untuk mengatur akomodasi untuk Anda nanti."     

"Terima kasih, Yang Mulia." Ketika Appen hendak pergi, Yorko tiba-tiba teringat akan tujuannya yang sebenarnya untuk datang ke kerajaan ini. Yorko memberanikan diri dan bertanya kepada Pangeran Appen, "Yang Mulia, bagaimana dengan aliansi antara Kerajaan Fajar dengan Kerajaan Graycastle?"     

"Aku sudah mendengar tentang masalah ini juga. Tetapi saat ini ayahku masih terlalu lemah untuk berurusan dengan urusan politik. Mari kita tunggu sampai ayahku membaik." jawab sang pangeran.     

Yorko merasa sedikit lega setelah sang pangeran dan para pengawalnya pergi.     

Tampaknya Yorko memiliki bakat alami sebagai seorang Duta Besar. Yorko tidak membuat kesalahan apa pun selama pertemuan pertamanya dengan anggota keluarga kerajaan yang berpangkat tinggi, meskipun ada beberapa hal yang tidak berjalan seperti yang ia harapkan. Namun, semua gangguan itu tidak masalah bagi Yorko, karena ia akan tinggal di kota ini untuk waktu yang cukup lama dan Raja Moya IV tidak mungkin terus-menerus sakit selama beberapa tahun ke depan.     

Sebaiknya, Yorko mengambil kesempatan emas ini untuk lebih memperhatikan wanita-wanita cantik yang berkeliaran di aula ini.     

"Kita bertemu lagi di sini, Tuan Duta Besar." Sementara Yorko sedang melamun sambil memperhatikan para wanita itu, ia mendengar sebuah suara yang dikenalnya dari belakang.     

Yorko terkejut, ia langsung berbalik dan melihat Denise Payton, pedagang wanita yang menghabiskan banyak waktu dengannya dalam perjalanan ke kota ini.     

"Bagaimana kamu bisa …." tanya Yorko dengan heran.     

"Sudah kubilang kita akan segera bertemu lagi." jawab Denise sambil tersenyum, ia mengangkat segelas anggur merah ke hadapan Yorko. "Mari bersulang, karena kita bisa bertemu lagi sekarang."     

Yorko buru-buru melirik ke sekeliling aula untuk memastikan bahwa tidak ada bangsawan yang menatap ke arah mereka berdua.     

"Apa kamu mencari suamiku?" tanya Denise sambil mengangkat alisnya, "Tenanglah. Suamiku tidak mungkin bisa menghadiri acara perjamuan ini."     

"Maksudmu …." tanya Yorko.     

"Aku yang mengatur dan mengelola Keluarga Payton, bukan suamiku," kata Denise secara terang-terangan, "Dan ada lebih dari cukup pelayan di rumah untuk memuaskan gairah suamiku. Suamiku tidak bisa mencari 'kesenangan' di luar tanpa seizinku."     

"Jadi begitu …" Yorko merasa sangat lega. Tampaknya Denise adalah pewaris keluarga Payton yang sesungguhnya. Untuk mewarisi kekayaan dalam sebuah keluarga bangsawan, anak perempuan dalam keluarga itu biasanya akan mencari pasangan, dan mereka akan menikahi seorang bangsawan kelas bawah untuk tinggal bersama dengan mereka. Karena perbedaan besar dalam status sosial mereka, biasanya sang pria yang akan mengubah nama belakangnya.     

"Seharusnya kamu mengatakan hal ini sejak awal," kata Yorko sambil menatap Denise dengan lega, "Aku tidak ingin merusak rumah tangga pasangan yang penuh cinta dan mengganggu hubungan spesialmu dengan suamimu itu."     

"Benarkah itu?" tanya Denise sambil tersenyum, "Hubunganku dengan suamiku tidak ada yang spesial, terutama ketika kamu yang menyentuh tubuhku." Denise berhenti sejenak kemudian ia bertanya, "Apakah kamu punya rencana lain setelah perjamuan makan ini berakhir?"     

"Yah, kurasa aku tidak memiliki rencana lain …" jawab Yorko sambil melingkarkan lengannya di pinggang Denise yang ramping, "… Jika kamu mengundang aku."     

"Kalau begitu, aku mengetahui ada sebuah tempat yang bagus." kata Denise.     

"Terserah kamu saja, sayangku." jawab Yorko.     

*******************     

Setelah jamuan makan malam itu berakhir, Otto menarik Pangeran Appen ke samping aula, "Aku tidak mengerti, Yang Mulia. Meskipun Raja Moya sedang sakit, kamu seharusnya masih bisa membuat kesepakatan aliansi dengan Kerajaan Graycastle, karena Raja sendiri juga berniat untuk menjalin aliansi dengan Kerajaan Graycastle. Mengapa kamu malah menunda urusan ini? Gereja sedang mengincar kerajaan kita, kita tidak mungkin bertempur sendirian menghadapi serangan gereja."     

"Aku dengar ayahku meminta kamu untuk bertemu dengan Timothy Wimbledon daripada kepada Roland Wimbledon?" Pangeran Appen balik bertanya kepada Otto.     

"Kita seharusnya bersekutu dengan Raja Kerajaan Graycastle. Duta Besar itu juga telah mengkonfirmasi bahwa Roland Wimbeldon adalah raja yang baru di Kerajaan Graycastle." kata Otto.     

Pangeran Appen mengangguk, "Kamu telah melakukan pekerjaanmu dengan baik dalam perjalanan ke Kerajaan Graycastle. Tetapi aku punya pertimbangan sendiri tentang aliansi antara kerajaan kita dengan Kerajaan Graycastle. Serahkan saja urusan ini padaku."     

"Yang Mulia …!" desak Otto.     

"Kamu tidak mengerti." Pangeran Appen menyela ucapan Otto, "Aku, demi kepentingan Kerajaan Fajar …."     

"Demi keselamatan Kerajaan kita, kita membutuhkan seseorang untuk membantu kita menghentikan serangan gereja!" Otto terus mendesak sang pangeran.     

"Aku bilang serahkan urusan itu kepadaku!" seru sang pangeran.     

Sang Pangeran tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.     

"Maafkan aku. Aku sudah bersikap kasar dan tidak sopan." kata sang pangeran.     

Karena sang pangeran tetap bersikeras dengan pendiriannya, Otto tidak punya pilihan selain mengalah. Selagi Otto hendak berbalik untuk pergi, Pangeran Appen tiba-tiba bertanya, "Kita tetap berteman, bukan?"     

Otto terdiam sejenak kemudian ia menjawab, "Ya. Andrea, Belinda, Oro, dan aku … kami semua adalah teman-temanmu."     

"Jika ayahku tidak kunjung sembuh," kata Pangeran Appen dengan pelan, "Kamu mau membantuku naik ke takhta, bukan?"     

[1] Potongan gaun yang memperlihatkan seluruh bahu dan leher.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.