Bebaskan Penyihir Itu

Cinta Dan Kasih Sayang



Cinta Dan Kasih Sayang

2…     
1

Sama seperti tahun lalu, para penyihir juga mengadakan pesta Hari Kemenangan di istana.     

Daun telah mengubah halaman belakang istana menjadi tempat perkemahan terbuka yang dipagari oleh pohon-pohon zaitun. Di sekitar api unggun yang berderak, para penyihir bisa menikmati langit malam yang penuh bintang kapan saja.     

Dibandingkan dengan pesta barbekyu tahun lalu yang hanya dihadiri oleh 5 orang penyihir, perayaan tahun ini jauh lebih ramai, total ada 25 orang penyihir yang ikut merayakan Hari Kemenangan ini. Semua penyihir dari Asosiasi Persatuan Penyihir hadir dalam pesta itu, bersama dengan 7 orang penyihir dari Pulau Tidur, begitu pula Maggie, Lucia, Agatha, Passi, Paper, dan juga Summer.     

Makanan telah dipotong kecil-kecil dan diletakkan di atas piring dan berbagai macam saus diletakkan di atas sebuah meja kecil di dekat api unggun agar para penyihir bisa makan dengan leluasa. Setelah wilayah para bangsawan pemberontak itu benar-benar dibersihkan, pasokan daging dan pakaian di Kota Perbatasan telah meningkat dengan drastis. Di atas meja juga disajikan anggur rendah alkohol yang dibuat oleh Evelyn, serta es krim dingin yang disediakan oleh Agatha.     

Sementara Kilat dengan antusias menunjukkan kepada semua orang bagaimana cara memanggang kaki ayam dengan benar, Maggie sudah mulai menikmati daging panggang hangat. Setelah menghabiskan waktu selama 1 tahun berkeliaran di pegunungan dan hutan bersama Kilat, kini Maggie telah terbiasa dengan semua jenis makanan yang dipanggang, dan ia sering mengisi kantung yang ada di pinggangnya dengan berbagai macam rempah-rempah, sama seperti Kilat.     

"Aku pikir perayaan kemenangan ini hanya buang-buang waktu saja." kata Agatha sambil mengolesi madu di atas bakso panggang yang sedang dipegangnya. "Iblis ditakdirkan untuk menyerang kita, tetapi kita tidak menggunakan waktu yang berharga ini untuk mempersiapkan diri … sebaliknya, kita malah merayakan kemenangan. Jika nanti musuh menyerbu ke kota kita … semuanya sudah terlambat," kata Agatha sambil mengunyah makanannya.     

"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja." kata Roland sambil memberi Agatha beberapa buah bakso isi - sudah jelas, Agatha terlihat sangat menyukai daging bakso yang menggiurkan itu. "Keseimbangan antara bekerja dan beristirahat akan meningkatkan efisiensi kerja. Selain itu, bersenang-senang selama 1 hari tidak akan membuat kita kalah dari iblis, dan sekali pun kita kalah, setidaknya kita sudah menikmati manisnya kehidupan ini."     

"Omong kosong!" balas Agatha sambil memutar kedua bola matanya. Kemudian Agatha mengambil bakso isi itu dan memanggangnya di atas api unggun setelah mencelupkan baksonya ke dalam mangkuk yang berisi minyak. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Agatha bisa menjaga bakso itu pada suhu yang tepat meskipun sedang dipanggang. Tampaknya, pekerjaan Agatha yang terkait dengan proses pendinginan nitrogen telah membantunya mengontrol kekuatan sihirnya dengan sempurna.     

Di sisi lain, Summer si penyihir baru rupanya sudah lama tidak melihat daging dalam jumlah besar. Meskipun Summer tidak bisa berhenti menelan air liurnya, tangannya masih tetap diam dan ia tidak mengambil makanan secara membabi buta. Untungnya, Wendy mengetahui sifat pemalu Summer, Wendy menarik Summer ke sampingnya dan ia membagikan makanan yang telah ia panggang kepada Summer dan Paper.     

Tiga penyihir dari Pulau Tidur, Ashes, Andrea dan Shavi, mulai bermain poker sambil menunggu makanan mereka dipanggang. Selama beberapa bulan terakhir, mereka bertiga telah mempelajari semua variasi permainan poker yang diajarkan Roland. Selama tidak ada serangan binatang iblis, mereka bertiga biasanya berkumpul dan bermain poker di aula istana.     

Dan para penyihir lain dari Pulau Tidur, seperti Candle, Evelyn dan Sylvie, yang akrab dengan para penyihir lokal di kota ini, mereka lebih senang mengobrol dengan Daun, Gema, Soraya, dan penyihir lainnya, seperti sebuah keluarga.     

Melihat pemandangan yang harmonis ini, Roland merasa sangat bersyukur - setelah segala upaya yang dilakukannya selama 1 tahun ini, perubahan di Wilayah Barat mulai nampak. Sorak-sorai antusias rakyat di alun-alun dan senyum tulus yang terpancar di wajah para penyihir, semua jerih payah Roland akhirnya sudah terbayar.     

Keberhasilan semacam ini terasa begitu manis sehingga Roland tidak bisa menahan diri untuk tidak terbuai dengan kebahagiaan ini.     

Saat api unggun berangsur-angsur padam, waktu sudah mendekati tengah malam. Roland meminta Nightingale dan Ashes untuk mengawal Nana dan Summer ke rumah mereka masing-masing, sementara ia melangkah ke lantai 2 istana, sambil menunggu kedatangan Anna.     

Roland memutuskan untuk mengambil inisiatif daripada terus menunggu secara pasif, atau lebih tepatnya, selama ini ia terus menahan perasaannya.     

Cahaya bulan yang berwarna keperakan menyinari istana melalui jendela di koridor. Di bawah sinar bulan, Roland melihat mata Anna yang berwarna biru. Adegan seperti ini cukup sering terjadi, tetapi posisi mereka berdua kini terbalik dari pertemuan mereka yang terakhir kali. Setengah tersembunyi di balik kegelapan, pupil mata Anna memantulkan kilau samar-samar, seperti bintang di langit malam di mana semua bintang lainnya tidak bisa dilihat. Malam ini, langit seolah-olah hanya milik Anna seorang.     

Roland tidak bicara apa-apa, ia berjalan ke arah Anna. Sambil memegang tangan Anna, mereka berdua pergi ke lantai 3 istana, ke kamar Roland.     

Ini bukan pertama kalinya Roland berada sedekat ini dengan Anna, tetapi jantungnya masih berdebar dengan kencang. Sambil memegang tangan Anna, Roland bisa merasakan Anna juga merasa gugup. Namun, Anna tetap mengikuti Roland tanpa ragu.     

Mereka berdua masuk ke kamar Roland. Ketika Roland menutup pintunya, ia berbalik, mengambil napas dalam-dalam, dan bertanya-tanya apa yang harus ia katakan, lalu tiba-tiba Anna mencium Roland.     

Ujung lidah Anna dengan lembut membuka mulut Roland. Roland merasa terbuai dalam napas Anna yang terasa manis.     

Pada saat itu, judul sebuah lagu terlintas di benak Roland, lagu itu berjudul 'Tutup dengan sebuah ciuman.'     

"Ketika kamu tidak tahu harus berkata apa, cium saja, ketika kamu tidak tahu bagaimana cara untuk mengekspresikan perasaanmu, cium saja. Ciuman adalah perkataan tanpa suara dan ciuman melambangkan cinta dan kasih sayang."     

Ketika bibir Anna dan Roland akhirnya terpisah, pipi Anna sudah memerah.     

"Aku punya sebuah hadiah untukmu." kata Roland.     

Roland mengeluarkan 2 buah Batu Ajaib berwarna merah dari sakunya, Batu Ajaib itu telah dipoles dan dihaluskan, batunya dikelilingi dengan emas dan diikat oleh sebuah benang merah tipis di bagian atasnya.     

"Apakah ini … pelat simbol?" tanya Anna.     

"Benar. Setelah dihubungkan bersama oleh kekuatan sihir, Batu Pelacak dan Batu Penempatan menghasilkan Pelat Simbol Pelacak." Roland membantu Anna mengalungkan kalung itu di lehernya. "Sekarang ke mana pun aku pergi, kamu bisa menemukanku dengan bantuan batu-batu ini."     

Anna pasti merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari sikap Roland karena ia hanya menatap ke arah Roland, dan gadis itu tidak bergerak sama sekali.     

Saat itu, Roland dengan hati-hati mengucapkan setiap kata-katanya sambil memegang pipi Anna dengan lembut, "Maukah kamu menikah denganku, Anna?"     

Mata biru Anna yang semula tampak tenang seperti air di danau mulai terlihat bergejolak.     

Setelah terdiam cukup lama, Anna akhirnya mengangguk dan berkata, "Ya, aku bersedia."     

…     

Yang terjadi selanjutnya terasa begitu alami, emosi dan hasrat di antara Roland dan Anna yang sudah lama tertahan menembus halangan terakhir dan mereka terpikat satu sama lain.     

Roland menggendong Anna dan menempatkan gadis itu di tempat tidur. Roland mulai menciumi Anna mulai dari keningnya sampai ke lehernya dengan penuh gairah dan kelembutan, dan dengan canggung ia membuka setiap kancing di baju Anna. Dengan mata terbuka, Anna terus menatap ke arah Roland seolah-olah ia ingin mengabadikan setiap gerakan yang Roland lakukan ke dalam pikirannya.     

Ketika tubuh Anna yang putih dan halus itu sudah terekspos semua, Roland memeluk Anna dengan lembut dan menutupi tubuhnya dengan selimut.     

Tanpa pakaian yang menghalangi pandangannya, Roland bisa dengan jelas merasakan detak jantung Anna, seolah-olah jantung Anna akan melompat keluar dari dadanya.     

"Kali ini …" Anna berbisik dengan lembut di telinga Roland.     

"Kali ini?"     

"Aku tidak akan tertidur lagi …."     

Roland tidak bisa menahan tawanya, dan hal itu meredakan kecanggungan di antara mereka. Roland dengan lembut mengusap hidung Anna dan berkata, "Bahkan jika kali ini kamu tertidur, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri."     

Anna dan Roland kembali berciuman, tubuh mereka menyatu dalam gairah yang memuncak, dan perasaan mereka melebur jadi satu.     

…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.