Bebaskan Penyihir Itu

Kembangkan Sayapmu



Kembangkan Sayapmu

3Nightingale merasa jantungnya tersentak ketika melihat Roland terkena tombak iblis.      2

Hiruk pikuk dan suasana di sekeliling Nightingale tiba-tiba senyap dan ia ingin sekali menolong Roland, tetapi tubuh Nightingale terasa dingin dan kaku, dan kedua tangannya gemetaran. Selain menjerit, Nightingale bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan berlari kepada Roland untuk menolongnya.     

Nightingale takut Roland akan tewas di pelukannya.     

Nightingale juga takut Roland tidak akan pernah membuka matanya lagi.     

Memikirkan semua hal itu saja membuat sudah Nightingale tercekat dan sulit bernafas.     

Jika diingat-ingat, Nightingale belum pernah merasa sekalut ini sebelumnya.     

Anna menjadi orang yang pertama kali bereaksi, ia bergegas ke arah Roland dan langsung berjongkok di sampingnya dan membakar seluruh luka di tangan Roland dengan Api Hitam. Luka di lengan Roland mulai mengeluarkan asap saat dibakar dengan Api Hitam, dan proses menghentikan pendarahan itu juga mengakibatkan suara mendengung. Lengan Roland yang hancur tampak hangus begitu Api Hitam itu berhenti membakar lukanya.     

Darah yang menetes dari lengan Roland telah berhenti.     

"Oh ya, ini adalah tindakan pertolongan darurat yang pernah Roland sampaikan di kelas sebagai pertolongan pertama. Apa yang harus dilakukan selanjutnya? Membungkus luka, dan dengan cepat mengirim pasien ke rumah sakit agar Nana bisa menyembuhkan pasien …" Nightingale menelan ludahnya dan melihat ke sekeliling keranjang balon udara. "Tidak, kami tidak bisa melakukan semua prosedur itu saat ini, Nana tidak berada di sini, ia ada di Kota Perbatasan."     

Kita harus kembali ke Kota Perbatasan.     

Kita harus kembali ke Kota Perbatasan secepat mungkin!     

Nightingale menoleh ke tenggara, ke arah Kota Perbatasan.     

Tiba-tiba, ingatan akan taring tajam iblis yang menyeringai dan cakar binatang iblis terlintas dalam pikiran Nightingale, dan membuyarkan lamunannya.     

Tiba-tiba pendengaran Nightingale normal kembali dan ia bisa mendengar hiruk-pikuk teriakan dari para penyihir yang panik, suara tembakan revolver, dan raungan iblis. Setelah rasa terkejutnya mereda, Nightingale mulai bisa memikirkan sebuah rencana.     

Tidak ada cara untuk kembali ke Kota Perbatasan tepat waktu, tanpa terlebih dahulu mengalahkan iblis-iblis ini.     

"Kilat!" Anna berteriak, "Lindungi balon udara agar kita bisa mendarat!"     

Meskipun Kilat tampak pucat pasi karena melihat Roland yang tidak sadarkan diri, Kilat tetap mengangguk dan menggertakkan giginya saat terbang keluar dari keranjang balon udara.     

"Tidak," pikir Nightingale, "Lihatlah penampilan Kilat, gadis kecil itu tidak akan bisa menghadapi iblis, tidak seperti penyihir yang lain, Kilat belum pernah bertempur dengan iblis secara langsung sebelumnya."     

Satu-satunya orang di sini, yang bisa mengalahkan iblis, hanyalah Nightingale.     

Nightingale menarik nafas dalam-dalam, ia berusaha mengeyahkan semua pikiran tentang Roland yang sedang terluka. Kedua iblis itu masih menyerang mereka dari depan dan belakang, untungnya, lengan iblis yang melempar tombak itu kembang kempis, dan itu artinya iblis itu butuh beberapa saat agar lengannya normal kembali. Iblis itu berjarak sekitar lima puluh meter dari balon udara. Jarak ini tidak cukup bagi Nightingale karena ia bisa dengan mudah jatuh ke bawah ketika membuka Kabut di udara. Semakin jauh jarak dari tanah, semakin sedikit 'garis bercahaya' yang bisa menopang tubuh Nightingale dan jika Nightingale jatuh di dalam Kabut, tubuhnya bisa dengan mudah terkoyak-koyak selama perubahan arah dan perubahan atas bawah dalam Kabut.     

Tampaknya iblis itu menyadari bahwa pertempuran ini tidak akan menguntungkan mereka jika balon udara ini berhasil mendarat di tanah. Salah satu dari iblis meneriakkan sesuatu sambil melambai-lambaikan tangan kirinya yang hanya memiliki tiga jari. Kemudian iblis itu menghentakkan tunggangannya, dan terbang lurus menuju ke arah balon udara.     

Sementara iblis yang satu lagi terus menyerang Kilat. Binatang iblis dengan sayap raksasanya yang terus mengepak-ngepak sedang mengincar Kilat seperti seekor elang yang sedang mengejar buruannya, membuat Kilat kelelahan dengan memaksa gadis kecil itu untuk terus-menerus menghindar. Seperti yang diharapkan Nightingale, Kilat dapat menghindari serangan iblis karena kegesitan dan kelincahannya, tetapi Kilat tidak dapat membidik dan menembakkan revolver. Bahkan penyihir lainnya takut menyakiti gadis kecil itu dan menghentikan tembakan mereka agar tidak mengenai Kilat.     

Iblis yang terbang menuju balon udara memerintahkan tunggangannya untuk menggigit dan merobek balon udara dengan cakarnya. Untungnya, lapisan milik Soraya cukup kuat untuk menahan cakaran dan gigitan binatang hibrida iblis, dan serangan itu tidak membuat balonnya rusak. Menyadari bahwa serangan mereka tidak berdampak apa-apa kepada balon udara itu, iblis itu meraung dan terbang menjauhi balon, seolah-olah iblis itu hendak mengambil ancang-ancang untuk menjatuhkan balonnya.     

Nightingale melihat kesempatan bagus untuk menyerang.     

Nightingale membuka Kabut dan melangkah maju tanpa ragu-ragu ketika melihat sebuah 'garis bercahaya' yang muncul di atas kepalanya. Nightingale naik ke atas keranjang balon udara saat siluet balon udara itu mulai berubah. Meskipun tubuh Nightingale sejajar dengan tanah, ia merasa seperti sedang berjalan tegak dan ia dengan cepat naik ke atas balon udara.     

Saat itu, iblis itu sedang bergegas kembali untuk menyerang balon udara lagi.     

Di dunia yang berwarna hitam dan putih, Nightingale terkejut ketika melihat ada kekuatan sihir dan aliran kekuatan sihir yang perlahan-lahan berputar di dalam tubuh iblis-iblis itu, dan juga ada batu berkilauan yang tertanam di lengan iblis itu.     

Iblis itu juga memiliki kekuatan sihir?     

Namun, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal ini, dan sudah waktunya Nightingale berlari dengan cepat dalam jarak sepuluh meter. Nightingale melompat keluar dari Kabut dan tiba-tiba muncul di belakang iblis itu, tepat pada saat iblis itu hendak menyerang balon udara.     

Tubuh binatang iblis raksasa itu mulai oleng karena tiba-tiba ada tambahan beban di badannya. Menyadari ada sesuatu yang salah, iblis itu dengan cepat berbalik, tetapi ia langsung berhadapan dengan revolver milik Nightingale.     

"Pergilah ke neraka!"     

Peluru keluar dari laras, percikan api dan asap bubuk mesiu keluar di sekitar laras revolver, sebelum langsung menembus ketopong iblis itu, dan membuat lubang seukuran mangkuk di belakang kepalanya. Ada semburan darah yang terciprat, disertai bau menyengat yang menyebar ke udara.     

Iblis itu jatuh, masih menggelepar sedikit dan binatang iblis itu bergerak mengitari balon udara. Sialnya, ketika Nightingale mencoba untuk kembali ke atas balon udara, tubuh iblis yang jatuh itu ikut menarik badan binatang iblis dan binatang itu juga menarik Nightingale jatuh bersamanya.     

Nightingale tidak sempat bereaksi dan ia tidak dapat menghindar untuk menyelamatkan diri.     

Meskipun balon udara telah turun perlahan, jaraknya masih seratus meter lebih di atas laut. Memasuki Kabut dalam keadaan jatuh sama saja dengan bunuh diri, dan tubuh Nightingale akan terkoyak jika dirinya mengenai 'garis bercahaya' dalam keadaan jatuh dari ketinggian itu.     

"Nightingale!!"     

Nightingale bisa mendengar saudari-saudarinya berteriak penuh ketakutan, tetapi tidak ada yang bisa menolong dirinya. Kilat sedang bertarung dengan iblis yang satu lagi dan Maggie tidak akan bisa menarik tubuh Nightingale, meski ia berubah menjadi seekor elang laut sekali pun. Nightingale yakin ia akan segera menjemput ajalnya.     

Kecepatan jatuhnya semakin meningkat, dan Nightingale melihat ke bawah, ia melihat laut telah memperlihatkan penampilan aslinya, dan Nightingale bisa dengan jelas melihat air dan ombak laut yang bergulung-gulung. Seolah-olah Nightingale tidak sedang jatuh, tetapi lautan itu yang menghampiri dirinya.     

Pikiran Nightingale menjadi lebih jernih saat tubuhnya semakin mendekati lautan.     

Nightingale memejamkan matanya dan mengingat ketika ia pertama kali berjumpa dengan Roland, ia mengenang semua kenangan itu sambil memejamkan mata. Nightingale sedang duduk di tepi tempat tidur Roland, sambil memainkan belatinya, dan menunggu Pangeran Roland yang berambut abu-abu masuk ke kamarnya. Cahaya lilin yang bergoyang-goyang, pintu kamar Roland yang terkena lemparan belatinya, dan kamar tidur Roland berangsur-angsur memudar, dan akhirnya hanya ada bayangan wajah Roland yang sedang tersenyum.     

Satu-satunya penyesalan Nightingale adalah bahwa ia tidak akan bisa mendampingi Roland sampai akhir hayatnya.     

"Nightingale! Nightingale!!"     

Tiba-tiba, Nightingale mendengar kicauan keras yang terus menerus memanggil namanya. Nightingale membuka matanya dan melihat sosok putih yang terbang lurus ke arahnya, dan menuju ke dadanya.     

Sosok putih itu adalah Maggie!     

Ketika Nightingale hendak mengatakan sesuatu, burung merpati itu mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan dan tubuh merpati itu langsung membengkak, mengeluarkan sepasang sayap raksasa dari punggungnya saat bulu-bulu merpatinya berguguran. Kepala burung itu tampak ganas dan Maggie kini tampak seperti seekor binatang iblis!     

"Owh …!"     

Maggie meraung keras selagi ia menangkap tubuh Nightingale dengan cakarnya dan melemparkan tubuh Nightingale ke atas punggungnya. Nightingale jatuh ke punggung Maggie yang sudah berubah menjadi seekor burung raksasa.     

"Apa yang sedang terjadi?" Nightingale benar-benar terkejut.     

"Owh! Owh!" Maggie menoleh dan meraung seolah-olah ia sedang mencoba mengatakan sesuatu kepada Nightingale.     

Kali ini Nightingale bisa mengerti kata-kata Maggie tanpa perlu dijelaskan. Meskipun, Nightingale tidak mengerti bagaimana Maggie bisa berubah menjadi binatang raksasa seperti ini, mengalahkan iblis itu adalah urusan yang lebih penting.     

"Mari kita kalahkan iblis itu!" seru Nightingale kepada Maggie.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.