Bebaskan Penyihir Itu

Kemenangan Dan Kekalahan



Kemenangan Dan Kekalahan

0"Aktor yang berperan sebagai pangeran terlihat tampan, tetapi bukankah ekspresinya terlalu tegang?" Margaret berkomentar.      3

"Ah, itu Ferlin," kata Roland dengan terkejut, "Ferlin adalah si Kesatria Cahaya Pagi, Kesatria Utama di Wilayah Barat. Ferlin bekerja sebagai guru di Kota Perbatasan, ia memang bukan seorang aktor profesional."     

"Bukan seorang aktor?" Margaret terkejut, "Apakah Ferlin memenuhi syarat untuk membintangi pertunjukan ini?"     

"Yah … Kami kekurangan pemain," kata Roland sambil tersenyum, "Lihatlah dua orang yang membawa properti pertunjukan sebelumnya. Jika salah satu dari mereka berperan sebagai pangeran … ia pasti tidak akan terlihat seperti orang yang dapat memenangkan hati Cinderella pada pandangan pertama."     

"… Jika Anda berpendapat begitu."     

Irene dalam gaunnya yang indah berdiri di samping, ia melihat May berjalan ke arah Ferlin Eltek, dan May meletakkan tangannya di bahu Ferlin dan mulai menari dengannya "Tidak, Ferlin tidak bisa menari. Ferlin hanya terbawa oleh keterampilan menari May yang sangat baik dan ikut berdansa mengikuti langkah May." Irene belum pernah melihat adegan ini selama latihan, artinya sekarang May sedang berimprovisasi.     

Kakak perempuan tiri Irene sedang mencoba merayu pangeran dengan sekuat tenaga, tetapi pangeran tidak terkesan sama sekali. Pangeran hanya berbicara dengan wanita ini hanya demi menjaga sopan santunnya. Ketika Cinderella muncul di depan sang pangeran, semua perhatiannya tertuju kepada gadis cantik dan menawan ini.     

Irene tahu ia hanya perlu pergi ke arah Ferlin kemudian sang pangeran akan mendorong May menjauh dan melakukan adegan cinta pada pandangan pertama dengan Irene, tetapi Irene merasa semua orang bisa melihat kegundahannya, ia tampak benar-benar tidak menarik dibandingkan dengan penampilan May. "Bagaimana mungkin sang pangeran bisa meninggalkan wanita yang lebih cantik dan lebih menarik lalu memilih aku yang sederhana ini?"     

Pada saat itu, Irene melihat Ferlin sedang menatap matanya.     

Ekspresi di mata Ferlin mengungkapkan rasa ketidakberdayaan, ingin menghibur, memberi Irene semangat, dan juga … cinta.     

Irene merasa suasana sekelilingnya tiba-tiba menjadi sunyi: suara tawa, sorak-sorai, dan suara-suara para penonton menghilang, dan teman-temannya di teater juga tampak menghilang. Hanya May, Ferlin dan Irene yang masih berada di atas panggung.     

Memang benar bahwa kemampuan aktingku jauh lebih buruk dari May, tetapi haruskah aku berhenti dan mengakui kekalahanku?     

"Tidak." Irene merasa ada suara yang muncul dari hatinya. Irene ingin terus berakting. Ini adalah sebuah kesempatan langka, dengan kata lain … ini adalah kesempatan terakhirnya. Jika Irene memilih untuk menyerah, ia mungkin tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk bermain dengan aktris yang luar biasa seperti May di panggung yang sama lagi.     

Irene ingin menjadi seseorang seperti May yang bisa menarik perhatian penonton hanya dengan gerakan tubuh dan juga ekspresi.     

Maafkan aku, May.     

Irene berkata dalam hatinya.     

Jika sang pangeran diperankan oleh seorang aktor lain, Irene mungkin tidak memiliki dorongan untuk bersaing dengan May. Irene tidak mungkin mengalahkan May dalam keterampilan berakting.     

"Sayangnya, pangeran itu bukan aktor biasa. Pangeran itu adalah Kesatria Cahaya Pagi, ia belahan jiwaku," pikir Irene. "Maafkan aku, May. Aku tidak ingin dikalahkan olehmu di depan jantung hatiku."     

Panggung tampak menghilang. Irene merasa di hadapannya terhampar sebuah ladang gandum. Bulir gandum yang tebal telah matang dan merunduk, sedikit melambai-lambai terkena tiupan angin malam seolah-olah menunggu untuk dipanen. Di kejauhan, matahari terbenam di bawah cakrawala, mewarnai air yang mengalir perlahan di Sungai Air Merah. Tempat ini adalah tempat Irene dan Ferlin dulu berkencan. Di bawah sinar matahari terbenam berwarna oranye kemerahan, sang pangeran kembali menjelma sebagai seorang kesatria, ia adalah pria yang mencintai dirinya sejak lama.     

"Selama aku menunjukkan ketulusanku di depan sang pangeran, aku bisa menarik semua perhatiannya … itu bukan hal yang luar biasa, tetapi aku memberikan diriku seutuhnya." Irene membuang sikap murungnya, lalu berjalan ke arah Ferlin.     

Rasa percaya diri kembali kepada Irene dan semuanya terasa begitu natural lagi. Irene berjalan kepada Ferlin dan tersenyum pada May, lalu May tanpa sadar melepaskan tangannya dari bahu Ferlin.     

"Bolehkah aku berdansa dengan Anda?" Irene bertanya kepada sang pangeran.     

Sebuah senyuman yang sudah Irene kenal muncul di wajah Ferlin. "Tentu saja, Nona."     

Meskipun Irene tidak bisa menari seperti May, sang pangeran menari lebih leluasa bersama Cinderella. Seluruh penonton terpengaruh oleh tarian mereka. Para penonton mulai bertepuk tangan, bersiul dan bersorak dengan riuh.     

Suara riuh penonton membuat pikiran Irene tersadar kembali. Irene berjinjit, ia mencium pipi sang pangeran dengan lembut, lalu mendorong sang pangeran menjauh dan dengan cepat berlari ke belakang panggung. Pada saat yang sama, bunyi lonceng berdentang di alun-alun dan bergema. Tidak lebih, tidak kurang, loncengnya berdentang sebanyak dua belas kali.     

Tidak lama lagi pertunjukan ini akan berakhir dengan adegan yang juga merupakan puncak keseluruhan pertunjukan.     

Untuk mencari Cinderella, sang pangeran melakukan penggeledahan di luar kota ke setiap rumah. Ketika akhirnya sang pangeran datang ke rumah Cinderella, gadis itu telah berubah kembali menjadi seorang yang berpakaian compang-camping. Sambil memegang sapu, Cinderella didorong ke samping oleh saudara perempuan tirinya. Saudara perempuannya itu juga cantik dan menarik dan bisa mengenakan sepatu kristal itu di kakinya.     

"Yang Mulia, apa lagi yang Anda tunggu? Aku adalah gadis yang Anda cari."     

"Bukan, ia bukan gadis yang Anda cari."     

"Kamu … Tutup mulutmu!"     

Meskipun akting May masih sangat baik, dan bahkan terkesan lebih kejam, Irene tidak terintimidasi lagi dengan aktingnya. Irene berjalan dari sudut ke tengah panggung selangkah demi selangkah, ia menatap mata May, dan menunjukkan ekspresi pantang menyerah.     

Penonton bersorak dan bertepuk tangan melihat adegan ini.     

Pada saat itu, sang penyihir muncul. Si penyihir melambaikan tangannya, kemudian Cinderella kembali mengenakan gaunnya yang indah lagi.     

"Yang Mulia, ialah gadis yang Anda cari."     

Rosia menyentakkan pakaian compang-camping milik Irene, dan memperlihatkan gaun malamnya yang indah. Pada saat yang sama, rambut Irene, yang awalnya digulung ke atas, langsung tergerai. Setelah rambutnya dirapikan, gadis yang telah mencuri hati sang pangeran sekali lagi tampil di depan semua orang dengan sikap yang sangat anggun.     

Suasana di teater langsung riuh.     

Semua orang senang melihat pangeran dan Cinderella berpelukan bersama. Suara tembakan senapan terdengar dari luar teater, yang membuat para penonton semakin riuh. Suara tepuk tangan dan sorakan tidak henti-hentinya bergema di teater. Sampai narasi berakhir dibacakan dan para aktor dan aktris membungkuk dan meninggalkan panggung, riuh tepuk tangan penonton masih terdengar.     

"Luar biasa," seru Margaret sambil bertepuk tangan, "Kupikir gadis itu akan dikalahkan oleh May, tetapi ia masih bisa membuat situasinya berbalik. Aku bertanya-tanya apakah itu hanya penglihatanku saja, tetapi aku merasakan ada interaksi antara Irene dan sang pangeran yang lebih natural dan harmonis dari pada bersama May. Seolah-olah … Irene memang ditakdirkan untuk bersama dengan sang pangeran."     

"Benar-benar mengejutkan," kata Roland sambil mengangguk. Dalam beberapa adegan terakhir, Irene benar-benar tampil berbeda, ia menjadi dirinya sendiri, sehingga ia bisa tetap percaya diri di depan May yang mengintimidasinya. Untuk mengubah pangeran kembali menjadi karakter suaminya dalam waktu singkat, dan melepaskan ketegangannya di panggung, Irene memang menunjukkan kemampuan yang mengesankan. Jika ia terus berlatih, Irene akan menjadi bintang baru yang cemerlang. Selain itu, suara lonceng dan tembakan senjata yang diciptakan oleh Gema juga terdengar sempurna.     

…     

"Aku kalah," pikir May sambil memejamkan mata.     

May telah mengerahkan semua upaya untuk membuat Ferlin Eltek memerankan aktor utama, dengan tujuan untuk membuat Ferlin terkesan di panggung di mana May bisa menunjukkan keahlian berakting yang terbaik dari dirinya. May bisa mengalahkan Irene dengan keterampilan aktingnya dengan menunjukkan kepada Ferlin bahwa ia bisa berakting jauh lebih baik daripada Irene.     

Demi mencapai tujuannya itu, May tinggal di kota kecil ini selama hampir satu minggu untuk berlatih dengan para pemain yang sering ia ejek. Dengan tinggal di kota ini untuk waktu yang cukup lama, pemilik Teater Longsong mungkin tidak akan mempertahankan May lagi. Dan semua ini berakhir dengan ironis — May gagal mengalahkan Irene di atas panggung. Tetapi yang menyebabkan kekalahannya bukan karena kemampuan akting Irene, tetapi karena cinta Irene terhadap Ferlin.     

Jika demikian, sudah saatnya May menyerah.     

May menghirup nafas dalam-dalam. Setelah mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar, May bersiap-siap untuk meninggalkan kamar rias lebih awal.     

Ketika May sedang menuruni tangga kayu, seorang pria tiba-tiba berjalan mendekatinya.     

Pria ini berperawakan tinggi, tegas, dan juga tampan. Jika dilihat dari baju zirah yang ia kenakan, ia pasti seorang kesatria di Kota Perbatasan — tetapi berbeda dari Ferlin Eltek yang memiliki senyum hangat, pria ini tampak bangga dan kaku dengan alisnya yang tinggi, mata yang panjang, dan bibir yang tipis.     

"Apa yang kamu inginkan?" tanya May sambil mengerutkan kening.     

"Halo, Nona May." Tanpa disangka, pria itu tidak kaku dan dingin ketika ia berbicara. "Namaku Carter Lannis, aku adalah Pemimpin Kesatria bagi Yang Mulia Pangeran Roland. Aktingmu bagus sekali. Bolehkah aku mentraktir kamu minum?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.