Bebaskan Penyihir Itu

Drama Baru



Drama Baru

3"Pelajaran hari ini cukup sampai di sini. Kelas dibubarkan."      1

"Selamat tinggal, Guru," kata gadis-gadis kecil itu secara serentak.     

Irene menutup buku pelajarannya dan memperhatikan anak-anak berjalan keluar kelas. Sekolah ini dibangun kembali dari bekas kediaman milik seorang bangsawan, yang telah diambil alih oleh Pangeran Roland setelah Bulan Iblis berakhir. Dinding yang memisahkan rumah menjadi beberapa kamar kecil telah dirobohkan. Dinding yang baru telah dibangun untuk membuat beberapa ruangan besar di setiap lantai. Empat hingga enam angkatan siswa dapat mengikuti kelas pada waktu yang bersamaan. Menurut buku, kumpulan anak-anak itu disebut dengan "kelas". Irene bisa melihat sebagian besar murid dari kelas siang hari adalah anak-anak, dan di kelas malam, Irene biasanya mengajar orang-orang dewasa.     

Irene menyangka lamarannya untuk menjadi seorang guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke Balai Kota, ketika Ferlin memasukkan berkas lamarannya. Yang mengejutkan, Irena telah menerima izin untuk mengajar keesokan harinya. Setelah itu, Irene pergi ke Balai Kota untuk mendaftarkan diri dan mengambil bahan pengajaran dan jadwal mengajar di sekolah.     

Sebagian besar muridnya adalah anak-anak yang berasal dari penduduk setempat di Kota Perbatasan. Irena telah melakukan banyak hal untuk membuat anak-anak nakal ini menghadiri kelas dengan tertib. Ada satu bab yang menarik dalam buku pelajarannya yang membimbing Irene untuk mempertahankan disiplin di dalam kelas. Bab ini yang benar-benar membuka pikirannya yang menyarankan bahwa seorang guru harus membantu siswanya untuk mengembangkan disiplin diri dengan cara membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan menunjuk pemimpin kelompok dan pemimpin kelas. Selain metode tradisional seperti memberikan teguran dan pemberian hukuman dengan cara dipukul, bab itu juga mendorong guru untuk memotivasi siswa melalui dorongan semangat dan juga memberikan pujian.     

Irene yakin bahwa penulis buku pedoman untuk guru ini pasti seorang senior yang telah menjadi guru selama bertahun-tahun.     

Begitu Irene melangkah keluar dari sekolah, ia melihat suaminya, Ferlin Eltek, sudah menunggu dirinya di gerbang.     

Ferlin berdiri tegak, ia terlihat tampan dalam mantel kulit yang sederhana. Tanpa baju zirah, perisai, dan pedang yang berkilauan yang menyandang lambang keluarganya, Ferlin tetaplah kesatria Cahaya Pagi bagi Irene.     

Setelah mereka berpelukan sejenak, Irene memperhatikan ada yang tidak beres dengan Ferlin.     

"Ada masalah apa?" Irene bertanya.     

"…" Ferlin tampak ragu dan berkata, "Yang Mulia mengundang kita untuk minum teh di istana pada sore hari."     

"Kita?" Irene terdiam beberapa saat, karena ia menyadari apa yang mengganggu pikiran Ferlin. Irene menepuk punggung Ferlin dan menggelengkan kepalanya, berkata, "Pangeran belum pernah bertemu denganku. Jadi tidak mungkin Yang Mulia bertindak seperti adipati … dan kamu juga akan pergi ke istana bersama denganku, bukan?"     

"Tentu saja, aku akan melindungi kamu kali ini," jawab Ferlin sambil menganggukkan kepalanya.     

Pada sore hari, Irene berdandan sedikit dan pergi ke istana Pangeran Roland sambil mengenakan gaun yang pantas.     

Tidak lama setelah mereka diantar ke ruang tunggu, seorang pemuda berambut abu-abu melangkah masuk. Pria itu adalah Penguasa Wilayah Barat, Yang Mulia Roland Wimbledon. Seorang wanita yang tampak berusia di atas tiga puluh tahun, tampak dewasa dan tenang, turut menemani Yang Mulia. Irene bisa mengetahui dari wajah wanita itu yang masih terlihat menarik bahwa wanita ini pasti memiliki kecantikan yang luar biasa ketika masih muda. Ferlin dan Irene dengan cepat bangkit berdiri dan membungkuk kepada Sang Pangeran.     

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Eltek." Roland duduk di kursi tuan rumah. "Silahkan menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh juru masak istana."     

"Terima kasih banyak Yang Mulia telah mengundang kami. Ini suatu kehormatan besar bagi kami," jawab Ferlin dengan sopan.     

"Wanita ini bernama Gulir, ia yang bertanggung jawab atas Departemen Pendidikan di Balai Kota. Aku yakin kalian berdua sudah pernah bertemu dengan Gulir."     

"Benar, Yang Mulia." Ferlin mengangguk kepada Gulir untuk menyapa dirinya "Aku belum mengucapkan terima kasih kepada kamu. Tanpa bantuanmu, Irene tidak akan menjadi guru secepat itu."     

Akhirnya Irene bertemu dengan orang yang membantunya dalam melamar pekerjaan, ia tersenyum kepada Gulir dengan penuh rasa terima kasih.     

Setelah mengobrol selama beberapa waktu, Ferlin akhirnya bertanya, "Bolehkah aku bertanya, Yang Mulia, apa alasan Anda mengundang kami minum teh pada sore ini?"     

"Pendidikan." Roland berhenti dan menatap Irene. "Aku dengar kamu pernah bekerja di teater di Benteng Longsong. Apakah kamu seorang aktris?"     

"Uhm …" Irene terkejut mendengar pertanyaan Yang Mulia. "Aku hanya pernah melakukan pementasan drama satu kali."     

"Yah, jadi begini rencananya. Aku berencana untuk menampilkan sebuah drama setiap akhir pekan di alun-alun kota. Aku memiliki naskah, penulis, dan sutradara. Yang aku butuhkan sekarang adalah aktor dan aktris. Karena kamu tidak memiliki banyak pengajaran sekarang dan memiliki pengalaman kerja secara relatif, aku ingin kamu membintangi drama ini. Aku juga akan membayar gaji tambahan untukmu. Apakah kamu bersedia? " tanya Yang Mulia kepada Irene.     

"…" Irene memandangi sang pangeran dengan tatapan tidak percaya. Setelah Irene memastikan bahwa Yang Mulia tidak sedang bercanda, ia mengangguk dengan penuh semangat, sambil berkata, "Yang Mulia, dengan senang hati aku akan menerima tawaran Anda!"     

Berdiri di atas panggung untuk bermain drama telah menjadi cita-cita Irene selama ini. Karena Irene telah meninggalkan Teater Longsong, ia berpikir bahwa dirinya mungkin tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk bermain drama lagi. Karena itu, Irene telah mengubur keinginan itu di dalam hatinya dan tidak pernah menunjukkan penyesalannya di depan Ferlin. Irene sangat bersemangat sekarang karena mengetahui bahwa ia dapat kembali bermain drama di panggung lagi.     

"Drama ini dibuat untuk ditonton oleh rakyat. Drama ini tidak harus terlalu formal. Dramanya akan dilakukan selama kamu bisa memainkan sebuah cerita dengan jelas di atas panggung. Apakah kamu memiliki teman di Benteng Longsong yang memiliki pemahaman tertentu tentang drama dan berharap untuk bermain di panggung tetapi tidak dapat menemukan kesempatan? Jika kamu memiliki teman-teman semacam itu, kamu dapat menulis surat kepada mereka, beritahukan kepada mereka bahwa mereka dapat bermain drama di Kota Perbatasan setiap akhir pekan dan mendapatkan bayaran karena mereka berasal dari di Teater Longsong."     

"Teman-temanku bahkan boleh bergabung dalam drama ini? Aku mengenal banyak orang-orang seperti itu! Aku akan menulis surat kepada mereka segera setelah aku pulang. Mereka akan senang datang ke kota ini jika mereka mendapat kesempatan untuk bermain," kata Irene dengan bahagia.     

"Bagus kalau begitu." Roland memberi Irene tiga buah buku. "Ini adalah cerita yang akan kamu mainkan. Buku-buku ini sudah diberi nomor. Kamu akan mulai bermain dari buku yang pertama. Semuanya ditulis oleh Gulir, cerita yang dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Kamu bisa membawa buku-buku ini pulang untuk dibaca. Jika ada sesuatu yang tidak kamu mengerti, kamu bisa bertanya pada Gulir."     

"Baik, Yang Mulia! Terima kasih!" sahut Irene sambil membungkuk.     

…     

"Apakah tidak apa-apa berbohong kepada Irene seperti itu? Kamu adalah penulis cerita-cerita itu," kata Gulir.     

"Tidak apa-apa. Mereka tidak akan percaya bahwa cerita vulgar seperti itu ditulis oleh seorang pangeran." kata Roland sambil meregangkan tubuhnya. "Dan tanpa bumbu-bumbu dan koreksi dari kamu, aku tidak bisa menyelesaikan cerita itu dalam waktu singkat."     

"Cerita itu sama sekali tidak vulgar." Gulir menggelengkan kepalanya. "Ceritanya dinamis dan memberi inspirasi. Aku tidak tahu mengapa Anda bisa mengetahui begitu banyak tentang kehidupan sehari-hari di kalangan rakyat biasa, tetapi aku yakin pertunjukan drama ini akan mendapat sambutan yang positif dari rakyat."     

[Tentu saja, drama ini akan menjadi gebrakan besar di zaman ini.] Roland juga merasa percaya diri, karena dua naskah pertama sebenarnya sudah direvisi dari dua cerita yang populer di zaman modern, yaitu kisah "Cinderella" dan kisah "Ayam berkokok di tengah malam". Cerita pertama adalah kisah cinta yang mengharukan antara seorang pangeran dan seorang gadis biasa. Cerita yang kedua menggambarkan perjuangan rakyat jelata melawan seorang penguasa wilayah yang kejam dan tidak tahu malu. Roland telah mengubah kedua cerita itu dengan mengubah peri yang membantu Cinderella menjadi seorang penyihir dan penguasa dalam cerita "Ayam berkokok di tengah malam" menjadi seorang bangsawan yang kejam. Setelah dua drama ini sukses menarik perhatian khalayak ramai, Roland akan menampilkan cerita yang ketiga yang berjudul "Buku harian penyihir" yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh rencananya.     

Itu adalah cerita berdasarkan kisah nyata mengenai tiga orang gadis yang menjadi penyihir tetapi memiliki kehidupan yang sangat berbeda. Roland tidak secara langsung menyebutkan gereja dalam naskahnya, tetapi ia hanya berfokus pada karakter tokohnya. Seorang gadis penyihir yang ditinggalkan oleh orang tuanya, dan gadis lain yang dimanfaatkan oleh orang lain dan gadis yang terakhir, yang sangat beruntung, gadis ini sangat dicintai oleh ayah dan ibunya yang tetap memperlakukan dirinya dengan penuh kasih sayang bahkan ketika mereka mengetahui bahwa anak mereka sudah menjadi seorang penyihir dan bahkan mengorbankan hidup mereka untuk melindungi identitas anak ini. Nasib dan kesempatan akhirnya membawa ketiga gadis ini untuk bertemu. Pada akhirnya, mereka mengalahkan musuh yang ingin membunuh mereka kemudian ketiga gadis ini menjalani kehidupan yang baik seperti orang biasa.     

Roland bermaksud membuat kisah "Buku harian penyihir" menjadi cerita berkelanjutan untuk menanamkan pemikiran kepada orang-orang, memberi tahu mereka melalui drama yang menyentuh bahwa para penyihir bukanlah iblis ataupun jelmaan iblis dan bahkan beberapa saudara perempuan mereka sendiri mungkin saja menjadi seorang penyihir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.