Bebaskan Penyihir Itu

Negosiasi (Bagian I)



Negosiasi (Bagian I)

1Setelah melihat-lihat mesin uap, Roland dan Margaret kembali ke kantor di istana dan mendiskusikan rincian kontrak bisnis yang akan terjalin di antara mereka. Jika diskusinya melibatkan urusan tawar-menawar, biasanya pertemuan ini akan memakan waktu satu atau dua hari hingga mencapai kesepakatan bagi kedua belah pihak. Untuk menghemat tenaga, seorang penguasa wilayah biasanya akan mempercayakan urusan ini kepada bendaharanya untuk melakukan negosiasi dengan si penjual, sambil membicarakan modal dan harga terendah kepada si penjual. Tetapi kali ini Margaret bersikeras bahwa harga mesin uap yang ditawarkan Roland tidak perlu ditawar kembali, yang membuat Roland menghemat banyak waktu dan tenaga.      1

"Aku rasa aku akan datang ke tempat ini lagi dalam waktu satu bulan kemudian, bersama tiga kapal yang penuh dengan bubuk mesiu," kata Margaret sambil membuat catatan di gulungan kertas, "Dihitung dari sembilan puluh persen harga pasar, nilainya sekitar tiga ratus lima belas keping emas."     

"Pada saat itu, aku sudah memproduksi dua buah mesin uap untukmu." Roland menurunkan harganya dengan sengaja. "Mereka bernilai seribu keping emas. Kamu bisa membayar selisih harganya dengan emas atau dengan barang lainnya."     

"Barang macam apa?"     

"Besi, tembaga, timah, batu tawas hijau," kata Roland, "Hanya mineral biasa. Tetapi untuk tiga mineral yang pertama, yang aku butuhkan bukanlah bijih besi, melainkan lempengan logam. Selain itu, aku juga membutuhkan sepuluh set wadah kristal." Mengenai apakah aku membutuhkan ukiran atau tanpa ukiran, baik itu ketel atau gelas anggur, itu tidak masalah bagiku, selama barang-barang itu merupakan produk terbaik yang dihasilkan dari bengkel ahli kimia di Kota Raja. Jika barang-barang itu seharga lebih dari dua buah mesin uap, aku dapat membayar kamu dengan emas atau kamu dapat mengurangi selisih harga dari dua mesin uap di bulan depan."     

"Sepertinya Anda menganggap aku sebagai pedagang eksklusifmu," kata Margaret sambil menyeringai. "Meskipun aku tidak berurusan dengan pertambangan, aku tahu beberapa rekan yang terlibat dalam bisnis ini. Yang membuat aku terkejut adalah ternyata ada begitu banyak peluang di daerah ini. Tidak banyak kaum bangsawan yang tinggal di sini tetapi jumlah konsumsi bubuk mesiu yang Anda butuhkan sangat besar. Kota ini didirikan karena ada Tambang Lereng Utara tetapi masih bisa menghasilkan sumber daya bijih. Semua yang terjadi di sini benar-benar bertentangan dengan apa yang aku ketahui selama ini. Yang Mulia, wilayah kekuasaan Anda sungguh luar biasa."     

Ciri utama dari produksi industri adalah dibutuhkannya bahan baku yang besar untuk menghasilkan keluaran produk. Roland menjulurkan tangannya ke atas dan berkata, "Kota ini akan membutuhkan lebih banyak bahan baku di masa depan. Kurasa kita bisa melakukan bisnis jangka panjang …. "     

Pada saat itu, Margaret tampak terkejut melihat ke belakang Roland dengan mata yang terbelalak lebar. Roland terkejut dan kemudian berbalik dengan spontan. Roland melihat Kilat, yang basah kuyup, berdiri di sebelah jendela bergaya Perancis di kantornya. Tangan Kilat menempel pada kaca, dan wajahnya sangat pucat, rambutnya menempel di keningnya bersama dengan air hujan yang mengalir membasahi wajahnya — Kilat tampak seperti baru tercebur dari kolam.     

Roland bergegas berdiri dan membuka jendelanya. Kilat menyerbu masuk dan ia menghamburkan diri ke pelukan Roland. Pada saat itu, saraf-sarafnya menjadi lebih rileks, dan ia benar-benar meletakkan tubuhnya di atas tubuh Roland kemudian jatuh pingsan.     

"Nightingale, panggil Nana kesini," kata Roland dengan panik.     

"Baik, Yang Mulia." Sebuah suara terdengar di samping Roland tanpa ada orang yang tampak disana.     

"Apa yang telah terjadi? Karena Kilat bisa terbang, ia seharusnya tidak bertemu dengan binatang iblis atau iblis. Apakah iblisnya juga bisa terbang?" Roland memeriksa kondisi fisik Kilat secara keseluruhan dan tidak menemukan ada luka cedera. Roland merasa sedikit lega.     

"Yang Mulia, apakah gadis ini … Kilat yang Anda pernah sebutkan?" Margaret perlahan berjalan ke arah Roland dengan satu tangan di mulutnya dan dengan hati-hati memeriksa gadis kecil yang berada di pelukan Roland.     

Roland tersentak. "Sialan! Bagaimana mungkin aku bisa melupakan kehadiran wanita ini di sini." Roland berteriak ke arah pintu, "Sean!"     

Pengawal itu melangkah masuk ke kantor.     

"Maafkan aku, Nona Margaret. Aku tidak punya pilihan selain menahan kamu di sini selama beberapa waktu." Sambil menggendong Kilat di tangannya, Roland berdiri dan berkata kepada Sean, "Bawa wanita ini ke kamar tamu di lantai satu. Awasi wanita ini dengan ketat. Jangan biarkan wanita ini keluar tanpa perintahku."     

"Baik, Yang Mulia!"     

"Apa? Tidak, Yang Mulia … tunggu sebentar." Tiba-tiba Margaret menyadari sesuatu. "Aku tidak menyimpan kebencian terhadap para penyihir. Lagi pula, gadis itu adalah putri Tuan Guntur. Aku tidak akan memberitahu gereja …. "     

"Ini hanya untuk berjaga-jaga." Roland memotong kalimat Margaret. "Aku akan bertemu kembali denganmu untuk verifikasi nanti."     

…     

"Yang Mulia, Kilat sudah sadar," Nightingale membuka pintu dan berkata demikian.     

Roland menganggukkan kepala. Bersama Nightingale, Roland berjalan ke kamar Kilat. Ember air di samping tempat tidur Kilat mengeluarkan uap hangat dengan pakaian basahnya sedang dikeringkan. Para penyihir mengelilingi tempat tidur Kilat. Wendy duduk di kepala tempat tidur sambil menyisir rambut Kilat. Rambut Kilat tampak masih basah, tapi wajahnya sudah tidak pucat lagi. Kilat bersandar di samping tempat tidur dengan dua bantal yang diletakkan di punggungnya. Selimutnya ditarik sampai ke atas sehingga hanya bagian wajahnya saja yang kelihatan. Kilat menatap Roland sambil tetap tidak bergeming.     

"Bagaimana kondisi Kilat sekarang?"     

"Tidak ada luka cedera. Itu karena trauma yang disebabkan oleh kehabisan kekuatan sihirnya," kata Nightingale menjawab, "Setelah Wendy membersihkan tubuh Kilat, ia langsung bangun di tempat tidur."     

Roland berjalan ke sisi tempat tidur dan berkata sambil tersenyum, "Apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terbang kembali dengan tergesa-gesa di tengah hujan lebat?"     

"Aku sudah menemukan lokasi peninggalannya," gumam Kilat, "tetapi ada iblis di dalam."     

Mereka semua terkejut setelah mendengar perkataan Kilat.     

"Kamu masuk ke dalam peninggalan itu?" tanya Gulir.     

"Tidak." Kilat menggelengkan kepalanya, kemudian ia mulai menceritakan keseluruhan cerita. "Ada iblis yang menjaga gerbangnya. Aku mendengar seseorang di dalam reruntuhan itu berteriak meminta tolong, tetapi aku sangat ketakutan sehingga aku tidak punya cara untuk menyelamatkan orang itu selain melarikan diri." Kilat membenamkan wajahnya di selimut. "Apakah aku tidak lagi bisa untuk menjadi seorang penjelajah?"     

"Tidak, kamu sudah melakukannya dengan sangat baik." kata Roland sambil menghibur Kilat. "Seorang penjelajah yang hebat tahu harus bertindak sesuai dengan situasi, dan tidak menempatkan dirinya sendiri ke dalam bahaya. Ketika kamu tidak bisa menyelamatkan orang itu, melarikan diri adalah pilihan terbaikmu."     

"Apakah wanita itu seorang penyihir juga?" Wendy bertanya, "Karena kecuali penyihir, tidak ada orang lain yang bisa masuk begitu dalam ke dalam Hutan Berkabut."     

"Penyihir juga tidak akan pergi ke sana." sahut Gulir sambil menggelengkan kepalanya. "Yang kita bicarakan adalah reruntuhan peninggalan bersejarah berusia empat ratus lima puluh tahun yang lalu. Tanpa panduan peta, menemukan menara batu di antara pohon-pohon yang tak terhitung banyaknya sama sulitnya dengan mencari jalan ke surga. Kecuali …."     

"Kecuali apa?" Roland bertanya.     

"Kecuali mereka telah tinggal di sana selama ini," jawab Gulir perlahan.     

"Maksudmu mereka tidak pergi melarikan diri dari kerajaan tetapi telah tinggal di sana sejak empat ratus lima puluh tahun yang lalu? Mereka hidup dalam lingkungan terisolasi, dari generasi ke generasi?" Meski tidak mengatakan apa-apa, Roland dengan tegas membantah spekulasi ini. "Tidak mungkin mereka tinggal di hutan yang primitif! Penuh dengan binatang buas yang sulit ditangkap, serangga mengerikan dan hewan beracun, tidak ada sumber makanan yang tetap … bahkan Bear Grylls[1] pun tidak akan bisa hidup di tempat seperti itu untuk waktu yang lama. Belum lagi di zaman ini ada musim dingin yang panjang dan bersalju, dan binatang iblis dan monster berkeliaran di hutan. Tinggal di Hutan Berkabut sama saja dengan bunuh diri." Roland menatap Kilat. "Apakah ada jejak manusia yang tinggal di dekat reruntuhan?"     

"Tidak," kata Kilat sambil menggelengkan kepalanya.     

"Mungkin peta itu tidak hanya ada satu saja," kata Soraya, "Mungkin ada orang lain yang mencari keberadaan Kota Suci Taquila seperti kita."     

"Bagaimanapun, kita tidak bisa menolong mereka." kata Daun sambil menghela nafas. "Kecuali Kilat, tidak ada yang bisa mencapai menara batu itu dengan cepat."     

"Aku rasa kita tidak akan tahu situasi yang sebenarnya sampai kita benar-benar kesana." sahut Roland sambil mengelus dagunya. "Oh ya, sungguh melegakan bahwa kamu bisa kembali dengan selamat. Kelas pelajaran malam ini akan diliburkan. Semua orang boleh beristirahat dengan nyaman. Kebenarannya akan terungkap ketika waktunya telah tiba nanti."     

Setelah meninggalkan kamar Kilat, Roland berkata kepada Nightingale, "Kita masih punya masalah lain yang harus dihadapi."     

"Selama Liontin Penghukuman Tuhan milik Margaret bisa dilepaskan," Nightingale berkata sambil tersenyum, "Aku akan membereskan sisanya."     

[1] Edward Michael "Bear" Grylls adalah petualang, penulis, dan pembawa acara televisi     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.