Bebaskan Penyihir Itu

Sang Pemburu Dan Mangsanya



Sang Pemburu Dan Mangsanya

0"Freckles" Seseorang berteriak, "Freckles terluka!"     0

"Jangan gerakkan tubuhnya!" Brian berteriak. "Aku akan memeriksa lukanya dan kalian teruslah menembak."     

Brian menyerahkan senapannya kepada salah satu anggota baru dan memeriksa Freckles. Freckles masih sadar dan bertanya dengan gemetar, "Kapten, aku … apakah aku akan mati?"     

Ujung tombak itu telah menancap dada bagian bawah tubuh Freckles dan Brian tidak bisa melihat apakah tombaknya sampai menembus tubuh Freckles. Jika dilihat dari nafas Freckles yang masih normal, paru-parunya sepertinya tidak terluka. Di kelas baca tulis, pangeran Roland telah menjelaskan secara singkat fungsi masing-masing organ dalam tubuh manusia serta langkah-langkah darurat yang harus diambil jika mereka terluka. Dalam kasus-kasus seperti ini, cara terbaik yang bisa dipikirkan Brian adalah tidak memindahkan atau menggerakan tubuh Freckles sampai Nana dapat mengobatinya.     

"Apakah rasanya menyakitkan?" tanya Brian.     

Freckles mengangguk kesakitan.     

"Jika kamu masih bisa merasakan sakit, itu artinya kamu tidak akan mati." Brian meletakkan tangannya di kening Freckles. "Kamu pasti sudah mendengar kemampuan yang dimiliki oleh Nona Nana, bukan?"     

"Benar." Freckles sedikit tersenyum kepada Brian. "Semua orang ingin … bertemu dengan Nona Nana … kurasa aku akhirnya bisa bertemu dengannya."     

"Itu benar. Jadi bertahanlah, kawan."     

Setelah Brian berbicara, ia kembali ke jendela, dan anggota baru itu melihat ke arah Freckles dengan cemas. "Bukankah kita harus mengeluarkan tombak itu dari tubuhnya?"     

"Jika kita mengeluarkan tombaknya, itu akan menyebabkan terjadinya pendarahan, dan nanti ketika kamu mempelajari hal ini, kamu pasti akan mengerti." Brian berhenti sejenak. "Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengalahkan musuh secepat mungkin."     

…     

Sambil berdiri di atas menara yang tinggi, Roland dapat dengan jelas melihat musuh yang bergerak menuju kota seperti gulungan ombak menerjang.     

Setiap bunker yang musuh lewati, kecepatan serangannya mulai melambat secara drastis. Ketika pasukan musuh melewati deretan bunker ketiga, barisan pasukan musuh yang berada di samping langsung dihujani tembakan oleh para penembak.     

Kemampuan Gema sangat menguntungkan. Bahkan ketika pasukan musuh menyebar, kebanyakan dari mereka masih mengikuti perintah Gema untuk menyerang bagian tengah, dan musuh berlari ke tengah jalan.     

Setiap menit, sekelompok musuh dikalahkan, mereka tidak bisa untuk melakukan apa pun lagi. Menghadapi benteng yang tidak bisa dihancurkan oleh pedang dan tombak, pasukan Timothy hanya bisa melihat banyaknya prajurit mereka yang berjatuhan dan mau tidak mau mereka tetap bergerak maju.     

Tiga ratus meter jauhnya dari bunker ketiga ada pasukan artileri yang menunggu di sana. Dalam jarak ini, area ini adalah zona kematian yang akan menjadi tempat peluncuran meriam berpeluru kecil.     

Di udara, Kilat mengubah sinyal bendera menjadi warna merah terang.     

Sudut penembakan dua puluh pasukan artileri diatur untuk mengeluarkan api dan asap. Roland memperkirakan bahwa tim pasukan artileri yang terampil dapat menembakkan peluru kecil dalam waktu dua puluh detik dan tim yang kurang terampil dapat menembak dalam waktu tiga puluh detik. Jika dilihat sekilas, posisi itu mirip dengan adegan penembakan dalam film "American Civil War", tetapi hasil dari tiga putaran tembakan per menit didasarkan pada kinerja penembakan yang akurat dan hal itu menghabiskan banyak waktu untuk menargetkan dan mengulangi pengisian peluru. Tetapi sekarang mereka tidak perlu menargetkan sasaran dan membersihkan laras meriam. Dengan begitu, hasil tembakan mereka bisa lebih efektif dan cepat.     

Tetapi bagi musuh, ini adalah pukulan besar karena peluru kecil dapat menyebabkan luka yang luar biasa pada prajurit yang tidak memakai baju zirah lengkap karena setiap peluru kecil itu mampu menembus dua hingga tiga orang. Meskipun pil gereja bisa menyembuhkan rasa sakit, pil itu tidak bisa menahan teror yang ditebarkan oleh pasukan Roland. Ketika musuh menyaksikan pasukan Roland di sekitar mereka terlihat begitu luar biasa semangat dan sama-sama berkeinginan untuk membunuh musuhnya, pasukan musuh tidak bisa menahan rasa takut bahwa mereka akan segera mati, apalagi mereka tidak memiliki arahan yang jelas. Tanpa pil itu, mereka hanyalah orang awam yang tidak terlatih dan tidak berpengalaman. Setelah setengah dari mereka terbunuh, para prajurit yang melarikan diri mulai terlihat.     

Rasa takut menyebar di antara pasukan musuh seperti sebuah wabah. Ketika satu orang menghilang, orang kedua dan ketiga langsung menyusul untuk melarikan diri. Begitu kacaunya peperangan ini sehingga prajurit yang berada di garis depan berhenti bergerak maju dan berbalik untuk melarikan diri. Pasukan artileri sekali lagi mengisi ulang peluru meriam dan menembak ke tengah, sementara pasukan senjata api juga masih terus menembakkan senjata mereka.     

Mayat-mayat bergelimpangan di jalanan.     

…     

Kemarahan Levin berangsur-angsur mereda dan ia mulai merasa takut.     

Levin dan pasukannya berhasil menemukan penyihir yang menyebabkan kekacauan itu. Penyihir itu mengenakan pakaian yang sangat aneh sehingga ia terlihat menyatu dengan hutan selagi mengintai mereka. Tidak ada yang akan bisa menemukan penyihir itu jika bukan karena penyihir itu yang mengikuti pasukan Levin untuk berbaris bersama dan menuju ke tengah jalan.     

Meski begitu, penyihir itu sudah membuat masalah besar bagi Levin — Levin menyadari bahwa suara yang ditiru oleh si penyihir terdengar di mana-mana, kadang dari kiri, kadang dari kanan, kadang dari belakang kepalanya. Selain itu, suaranya berbeda-beda, seperti meniru suara Levin untuk memerintahkan sesuatu atau suara-suara berisi jeritan kesakitan pasukannya.     

Saat mereka ingin menangkapnya, wanita yang berpakaian putih muncul lagi.     

Levin teringat kembali momen di mana Lehmann Hawes terbunuh dalam sekejap.     

Wanita ini memegang "panah ringan" berwarna perak. Salah satu anggota pasukannya tiba-tiba roboh ke tanah diiringi suara ledakan dan sebuah percikan api.     

Baju zirah yang terbuat dari rantai langsung hancur berkeping-keping. Semua orang ketakutan karena baju besi dan perisai mereka tidak mempan. Yang lebih buruk lagi, perisai besi milik Levin hancur menjadi setengah bagian. Lubang kecil di dalam perisai besi itu menunjukkan bahwa senjata musuhnya sangat kuat. Mungkin hanya busur panah besar yang bisa melawan wanita ini. Jika saja Levin tidak menundukkan kepalanya tadi, ia pasti sudah menjadi mayat sekarang.     

Namun, busur panah tidak bisa menembak berturut-turut.     

Levin segera menyadari keputusasaannya ketika ia mengetahui bahwa penyihir ini tidak hanya mampu muncul dan menghilang kapan saja, tetapi wanita ini juga dilengkapi dengan senjata menakutkan yang tidak perlu diisi ulang. Begitu pemikiran ini muncul di benak Levin, kemarahannya langsung padam dalam sekejap.     

"Minum pil kalian dan bunuh wanita itu ketika ia muncul!"     

Ketika Levin meneriakan perintahnya, ia sendiri sedang berusaha melarikan diri. Levin berlari ke dalam hutan ketika perhatian si penyihir beralih kepada pasukannya.     

Sebenarnya akan lebih aman jika Levin tetap bersama pasukannya. Penyihir itu tidak akan bisa menyerang Levin ketika ia berada di tengah-tengah kerumunan orang.     

Hutan dipenuhi dengan ilalang setinggi lutut. Ada juga tanaman rambat di tanah. Jika Levin ceroboh, ia pasti akan tersandung tanaman ini. Sambil tersandung dan mencoba keluar dari hutan, Levin menengadah dan berniat untuk bergabung dengan pasukannya. Tetapi pemandangan di depan matanya membuat Levin bergidik.     

Pasukannya yang masih berada di bawah pengaruh pil sedang bergerak mundur … Tidak, lebih tepatnya mereka sedang kocar-kacir melarikan diri. Prajurit yang lamban atau tidak bereaksi akan terdorong ke tanah dan diinjak-injak tanpa ampun. Pasuka itu seperti kuda yang berderap kencang ketika maju ke depan dan sekarang mereka juga berderap kencang sambil melarikan diri. Para prajurit berlarian dan membuat debu tanah beterbangan ke udara dan Levin tidak berani melangkah untuk menghentikan tindakan mereka.     

Apa yang sedang terjadi di sini? Levin tertegun dan tidak percaya bahwa seribu lima ratus orang yang telah meminum pil telah dikalahkan dalam waktu sesingkat itu? Apakah pasukan Pangeran Roland semuanya monster?     

Pada saat itu, Levin mendengar suara seseorang menginjak rumput, ia menggertakkan giginya dan mengeluarkan pedangnya dan menusukkan pedangnya ke belakang — hunusan pedang Levin kali ini bahkan lebih cepat daripada biasanya, tetapi Levin hanya bisa melihat percikan api. Pedangnya hancur terkena sesuatu dan ada percikan api di udara. Kemudian Levin merasakan rasa sakit di lengan kanannya yang sedang memegang pedang kemudian ia merasa lengannya mulai terasa kebas.     

Ketika Levin melihat lengannya, ia melihat separuh lengannya telah menghilang, otot-otot dan tulang berwarna merah-putih terbuka dan terjuntai ke bawah. Wanita berpakaian putih itu mendekati Levin tanpa ekspresi dan Levin langsung mundur, sebelum terjatuh ke tanah karena panik.     

Sambil menginjak bahu Levin, penyihir itu menaruh senjatanya di kening Levin. Dengan posisi ini, Levin bisa melihat wajah si penyihir yang tersembunyi di balik kerudungnya.     

Penyihir itu … cantik sekali.     

Itu adalah pemikiran terakhir Levin sebelum pistol milik si penyihir ditembakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.