Bebaskan Penyihir Itu

Satu Malam Sebelum Serangan Udara



Satu Malam Sebelum Serangan Udara

3Satu minggu berlalu dengan cepat dan kini sudah waktunya bagi tim investigasi untuk berangkat.     
0

Roland memanggil Barov, Carter, dan Si Kapak Besi untuk datang ke istana, dan Roland memberi tahu mereka tentang rencana kepergiannya beberapa hari sebelumnya. Urusan di Kota Perbatasan akan terus dilaksanakan seperti biasa menurut aturan dan ketentuan yang berlaku.     

Roland tidak heran keputusannya untuk ikut pergi ke Tanah Barbar langsung ditentang oleh mereka bertiga. Carter berharap ia akan tetap melakukan tugas-tugasnya untuk menjaga sang pangeran, Si Kapak Besi meminta seratus orang prajurit untuk mengawal sang pangeran jika sang pangeran bersikeras untuk pergi, dan Barov mencoba membujuk Roland untuk tetap tinggal di istana karena masih ada keputusan dan aturan yang harus diperiksa dan ditandatangani oleh Roland. Akhirnya, Roland terpaksa menunjukkan kekuasaannya sebagai seorang pemimpin dan ia memerintahkan semua orang untuk mematuhi perintahnya.     

"Yang Mulia, aku tidak mengerti. Apa ada hal yang begitu penting sehingga Anda harus ikut pergi!?" Barov bertanya dengan nada tinggi.     

"Urusan ini berkaitan dengan Wilayah Barat … dan menyangkut nasib Kerajaan Graycastle juga," kata Roland setelah terdiam beberapa saat, "Dan, hanya aku yang bisa membuat penilaian dan keputusan terbaik."     

"Tidak bisakah Anda … memberi tahu kepada kami secara spesifik, apa urusan yang Anda maksud?"     

"Tidak untuk saat ini, tetapi kalian akan memahami alasanku suatu hari nanti." jawab Roland sambil menggelengkan kepalanya. "Satu hal lagi, perjalananku ini adalah rahasia, jadi kalian tidak boleh memberitahukan informasi ini kepada siapa pun."     

Dua ratus kilometer lebih dari Wilayah Barat, bisa jadi ada ribuan iblis yang bermukim di sana. Iblis-Iblis ini menghancurkan Kota Suci Taquila dan melenyapkan kota itu. Iblis itu membuat Tanah Barbar sebagai wilayah yang angker dan terlarang di mana tidak ada seorang pun yang berani pergi ke sana dan apa yang pernah terjadi di wilayah itu pasti begitu mengerikan sehingga semua orang dilarang untuk membicarakan kejadian itu.     

Pikiran Roland tidak terlalu terganggu dengan lenyapnya Kota Suci Taquila karena ia sering menonton beberapa film dokumenter mengenai kota yang hilang. Namun, Roland tidak tahu apakah orang lain akan bereaksi yang sama seperti dirinya. Jika informasi mengenai rencana investigasi ke Tanah Barbar itu sampai diketahui orang lain, mungkin masyarakat akan panik dan hal itu akan menyebabkan penurunan jumlah populasi di Wilayah Barat.     

Jadi, saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan alasan yang sebenarnya kepada Barov, Carter dan Si Kapak Besi.     

Setelah mengurus urusan pemerintahan, Roland naik ke dalam keranjang balon udara yang diletakkan di halaman depan istana, lalu bersama dengan para penyihir ia terbang ke pegunungan bersalju.     

"Yang Mulia, jika lebih dari empat ratus tahun yang lalu, gereja benar-benar berperang melawan iblis, apakah itu berdampak baik atau buruk bagi kita?" Setelah diberi tahu bahwa ada iblis di Tanah Barbar, Sylvie menjadi agak khawatir.     

"Tentu saja berdampak buruk." Nightingale menyela ketika Roland hendak menjawab pertanyaan Sylvie. "Pernahkah kamu melihat seorang yang baik memburu para penyihir tanpa alasan yang jelas? Kita bukan kaki tangan iblis dan kita semua tahu bahwa para penyihir tidak ada hubungannya dengan iblis, apalagi menjadi penyebab Siksaan Iblis.     

Sylvie terus menatap ke arah Roland, sambil menunggu jawaban dari sang pangeran.     

Roland berpikir sejenak. "Yang pertama, tidak ada bukti bahwa gereja pernah berperang melawan iblis dan hal itu masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika gereja benar-benar membuat pengorbanan sebesar itu mengapa gereja menyembunyikan informasi itu dengan menghancurkan seluruh bukti sejarah? Dengan memberitahukan kejadian yang sebenarnya kepada masyarakat, itu akan menjadi cara terbaik untuk mendapatkan lebih banyak jemaat. Aku rasa hanya ada sedikit petunjuk yang masih tersisa mengenai kejadian yang sebenarnya. Belum lagi, tidak ada hitam dan putih antara kebaikan dan kejahatan, serta tidak mudah untuk membedakan kedua hal tersebut, semua tergantung kamu berada di pihak mana," jawab Roland sambil tersenyum, "Sebenarnya yang ingin kamu ketahui adalah apakah aku akan berpihak kepada gereja demi mengalahkan iblis, bukan begitu?"     

"Aku …" Sylvie tidak bisa membantah perkataan Roland meskipun ia ingin menyangkalnya."     

"Gereja dan penguasa wilayah akan selalu menjadi musuh. Aku tidak akan memihak kepada gereja, meski tanpa dukungan para penyihir sekalipun," kata Roland, "Ditambah lagi, sekarang kamu sedang berada di pihakku."     

"Sudah kubilang." kata Nightingale sambil tertawa. "Bahkan jika gereja pernah berperang melawan iblis, gereja sudah dikalahkan, benar-benar kalah telak. Jika perang itu dipimpin oleh Yang Mulia, hasilnya pasti akan sangat berbeda. Jadi, mengapa kita harus berpihak pada pihak yang sudah dikalahkan?"     

"… Aku mengerti sekarang." kata Sylvie sambil mengangguk, sepertinya ia tidak terlalu khawatir lagi.     

Pegunungan salju raksasa itu mulai terlihat saat hari sudah senja.     

"Gunung yang luar biasa," pikir Roland. Bahkan Roland sendiri jarang melihat puncak gunung yang menjulang tinggi seperti itu. Tidak ada apa-apa di sekitar puncak gunung itu, seolah-olah bumi muncul dan berdiri dengan megahnya, menciptakan sebuah jalan pintas untuk menuju ke langit. Gunung raksasa berwarna abu-abu itu menghalangi seluruh pandangan mereka, dan perlu waktu beberapa bulan untuk mengelilingi area di sekitar kaki gunung.     

Roland dan para penyihir memilih sebuah dataran tinggi yang dekat dengan pantai untuk berkemah, sehingga mereka lebih mudah untuk mengamati lingkungan sekitar. Dan, dataran tinggi itu jauh dari Hutan Berkabut, itu artinya mereka aman dari serangan binatang buas.     

Setelah makan makanan kering, para penyihir mulai mendirikan tenda. Karena daya tampung balon udara yang terbatas, mereka hanya dapat membawa satu buah tenda besar. Roland sengaja mengalah dan memilih tidur di keranjang balon udara, sehingga para penyihir bisa berbagi tenda, sementara Maggie tidur di pohon. Maggie bahkan bisa tidur sambil berdiri, setelah dirinya berubah menjadi seekor burung.     

Roland menyadari dirinya masih merasa malu dan sungkan untuk berbaur akrab dengan para penyihir di dalam tenda. Wendy dan Soraya menyarankan agar mereka berdua yang tidur di keranjang balon udara sementara Roland bisa tidur di dalam tenda, tetapi Roland menolak dengan halus.     

Sylvie adalah satu-satunya penyihir yang menatap Roland dengan panik ketika mereka membicarakan urusan berbagi tempat tidur di dalam tenda, dan Roland tidak yakin apakah ia harus tertawa atau menangis melihat reaksi Sylvie yang ketakutan itu.     

Setelah menentukan siapa yang berjaga di luar tenda, mereka semua masuk ke dalam tenda. Keranjang balon udara yang kasar membuat Roland tidak bisa tidur, jadi ia pergi dan duduk di atas batu karang yang menghadap ke laut dan memandangi cahaya bulan yang terpantul di atas air, lalu Roland tenggelam dalam lamunannya.     

Tiba-tiba, Roland mendengar ada suara langkah kaki yang lembut.     

Roland berbalik dan melihat Anna.     

Ketika Roland masih bersekolah, ia selalu menantikan kejadian manis yang terjadi kepada dirinya saat mengikuti acara sekolah yang diadakan di luar. Meskipun selama ini tidak ada yang terjadi selama acara kegiatan sekolah, Roland selalu menantikan-nantikan hal itu.     

Tetapi, sekarang setelah hal yang Roland nantikan menjadi kenyataan, ia malah merasa gugup. Roland berusaha bersikap tenang, ia mengerutkan kening dan berkata kepada Anna. "Ada apa? Apakah kamu tidak bisa tidur?"     

"Bukan," jawab Anna terus terang, "Aku hanya ingin duduk bersamamu."     

"Benarkah?" Roland terbatuk-batuk. "Terima kasih sudah menemaniku."     

"Aku ingin mengucapkan terima kasih." kata Anna sambil tersenyum. Cahaya bulan berwarna keperakan samar-samar berkilauan di wajah Anna dan mata birunya tampak lebih indah daripada lautan. "Sylvie tidak merasa berterima kasih meski kamu tidak berpihak kepada gereja demi melawan iblis, tetapi aku bisa merasakan bahwa jawabanmu membuat Sylvie merasa jauh lebih tenang."     

"Apakah kamu merasa senang karena Sylvie?"     

"Tidak." Anna menggelengkan kepalanya. "Aku senang aku punya pilihan sendiri."     

Roland tiba-tiba terkejut. "Apa … pilihanmu?"     

Anna memejamkan mata dan mencium pipi Roland tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah itu, Anna berbisik dengan lembut kepada Roland, "Selamat malam, Yang Mulia."     

Apakah yang barusan terjadi itu sungguh nyata?     

Roland meregangkan tubuhnya dengan perasaan bahagia dan memperhatikan Anna ketika ia berjalan kembali ke tenda. Ketika Roland hendak berbalik untuk kembali ke keranjang dan berusaha tidur, ia merasakan ada sepasang tangan yang tidak terlihat yang menyentuh wajahnya. Roland tidak bisa melihat apa pun di hadapannya, tetapi ia kembali merasakan belaian lembut di pipinya. "Aku juga, Yang Mulia. Terima kasih atas semua yang telah Anda lakukan untuk kami para penyihir."     

…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.