Bebaskan Penyihir Itu

Penyihir Suci yang Tertangkap



Penyihir Suci yang Tertangkap

3Sebelumnya Nightingale tidak pernah merasa begitu berduka dan menyesal seumur hidupnya.     
0

Nightingale pikir selama ia tetap berada di samping Roland, tidak akan ada yang bisa menyakiti Roland.     

Kini Nightingale berdiri di kamar di istana Kota Lembah Dalam, ia tidak terluka sama sekali, sementara Roland terbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur.     

Tidak ada reaksi kekuatan sihir di dalam tubuh Roland dan organ-organ internalnya semuanya masih utuh. Artinya, Roland tidak terkena Benih Kematian yang Damai atau semacamnya, ia juga tidak terluka oleh semacam kekuatan yang mampu menghancurkan organ-organ tubuhnya. Meskipun Agatha cukup berwawasan, ia tetap tidak bisa mengetahui kemampuan sihir macam apa yang menyerang Roland, apalagi untuk mencari penangkalnya.     

Para penyihir telah menggunakan semua cara yang mereka ketahui yang mungkin bisa menyadarkan Roland dari komanya, tetapi semuanya sia-sia. Tubuh Roland tidak menanggapi stimulus yang diberikan dari luar. Andai Roland tidak bernapas, bisa dibilang ia sudah tewas.     

Sekarang, Nightingale baru mengerti peringatan Agatha sebelumnya.     

Tidak ada pertahanan yang benar-benar aman, jika berada di hadapan Penyihir Suci.     

Tetapi, pemahaman Nightingale sudah terlambat.     

Saat itu, terdengar langkah kaki yang berjalan terburu-buru dari balik pintu. Kilat membuka pintu dan berseru "Penyihir Suci itu telah sadar!"     

Semua penyihir yang ada di ruangan itu langsung bersemangat.     

"Tenanglah, semuanya. Tidak perlu semua orang datang ke sana dan menginterogasinya," kata Wendy dengan tenang, "Selain itu, kita tidak mengetahui kemampuan apa yang dimiliki Penyihir Suci itu. Demi keselamatan kita semua, biar Nightingale dan Agatha yang pergi dan menginterogasi Penyihir Suci itu."     

Wendy adalah penyihir yang paling dihormati di Persatuan Penyihir, mereka semua terdiam mendengar ucapan Wendy.     

Nightingale menarik napas dalam-dalam dan mengangguk pada Wendy. "Kami akan menemui Penyihir Suci itu."     

Berdasarkan pengalaman Nightingale menjadi seorang pelarian selama beberapa tahun, ia sepenuhnya menyadari bahwa suasana hatinya yang suram tidak akan membantu mengubah situasi yang ada. Nightingale tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya karena kelalaian yang telah ia lakukan, tidak peduli seberapa besar perasaan bersalahnya kepada Roland, Nightingale tetap harus berpikir jernih, terutama pada saat-saat kritis seperti ini.     

Nightingale harus bisa menyadarkan Roland dari komanya.     

"Mari kita pergi," kata Agatha sambil menghela napas.     

Ketika meninggalkan ruangan itu, Nightingale menoleh ke belakang dan ia melihat Anna sedang duduk di samping tempat tidur, ia sedang menatap Roland, seolah-olah tidak ada hal lain yang bisa menarik perhatian Anna selain memandang Roland yang terbaring koma.     

Nightingale semakin merasa bersalah melihat kondisi Anna seperti itu.     

….     

Sebuah kamar pelayan di lantai pertama istana Kota Lembah Dalam telah diubah menjadi ruang tahanan khusus. Lusinan Batu Pembalasan Tuhan tertanam di setiap dinding dan membentuk pusaran aura hitam, dan dengan demikian, sebuah penjara anti sihir telah disiapkan bagi Penyihir Suci itu. Hanya dengan berdiri di tengah-tengah ruangan itu, seorang penyihir baru bisa menggunakan kemampuannya lagi.     

Nightingale tahu apa yang harus ia tanyakan kepada Penyihir Suci itu.     

Setelah pertempuran berakhir, Tentara Pertama menemukan 3 orang Penyihir Suci yang masih hidup di dalam sebuah lubang berbentuk persegi di dalam parit ketiga. Satu penyihir kehabisan kekuatan sihirnya, 1 penyihir dalam keadaan koma dan penyihir yang terakhir dalam keadaan sadar tetapi ia gemetaran. Menurut Penyihir Suci yang gemetaran itu, ada 5 Penyihir Suci yang bersembunyi di bawah tanah, yaitu Zero, Isabella, Si Kerudung Hitam, Margie dan dirinya sendiri, Vanilla.     

Menurut Vanilla, ia dan Margie hanya bertanggung jawab untuk mengidentifikasi lokasi keberadaan Yang Mulia Roland dan diam-diam mereka berdua menuntun ketiga Penyihir Suci lainnya ke medan pertempuran. Mereka berdua tidak tahu banyak tentang rencana lainnya. Sedangkan Zero, Isabella dan Si Kerudung Hitam, mereka semua bisa berhubungan langsung dengan Paus Tertinggi dan memiliki status yang sama dengan seorang Uskup Agung. Selain itu, kemampuan mereka dirahasiakan oleh Gereja sehingga hanya sedikit orang yang mengetahui siapa mereka. Si Kerudung Hitam sudah tewas dan Zero kini menghilang, jadi mereka hanya bisa menginterogasi Isabella.     

Setelah menginterogasi Vanilla, Nightingale dan Agatha mengetahui bahwa penyebab Isabella mengalami koma adalah karena ia menggunakan semua kekuatan sihirnya. Tetapi, Isabella akan pulih sepenuhnya dalam 1 atau 2 hari. Selain itu, Agatha menemukan sebuah pelat simbol yang aneh di tangan Isabella, tetapi Agatha tidak bisa mengidentifIkasi pelat simbol apa itu karena Batu Ajaib yang ada di dalam pelat simbolnya sudah benar-benar hancur.     

Namun, tidak disangka-sangka Isabella ternyata mengalami koma selama 5 hari dan Nightingale merasa sangat cemas, bahkan ia sempat ingin membangunkan Isabella secara paksa dengan menggunakan belatinya. Jika bukan karena Wendy yang mencegahnya, Nightingale pasti sudah melakukan hal itu.     

"Apa kamu lihat bagaimana Penyihir Suci itu bisa sadar?" tanya Agatha kepada Kilat.     

Kilat menggelengkan kepalanya dan berkata, "Penyihir Suci itu bangun sendiri. Ketika Ashes hendak memeriksanya, Isabella duduk di tempat tidur dan ia mengatakan kepada kami bahwa penjara ini tidak bisa menahan dirinya."     

Ekspresi di wajah Nightingale berubah sangar, dan ia bertanya, "Apa penyihir itu sedang menantang kita?"     

"Kita akan segera mengetahuinya," kata Agatha dengan tenang.     

Setelah melewati berlapis-lapis penjagaan Tentara Pertama yang sangat ketat, Nightingale dan Agatha berjalan ke sebuah ruangan sempit yang tidak memiliki jendela. Obor berwarna merah digantung tinggi di atas langit-langit yang memancarkan cahaya remang-remang. Tidak ada apa pun di ruangan ini selain tempat tidur kayu dan sebuah meja kecil.     

Isabella duduk tanpa bergerak di tempat tidur. Rambut Isabella yang ikal tergerai di bahunya dan berkilau keemasan di bawah cahaya api obor. Isabella masih mengenakan jubah pendeta yang penuh bercak darah dan wajahnya juga masih berlepotan kotoran dan debu.     

"Kelihatannya Zero benar-benar sudah gagal," sebelum Nightingale sempat bertanya padanya, Isabella berinisiatif untuk bicara terlebih dahulu, "Pada akhirnya, memang bukan Zero yang dipilih oleh Tuhan."     

"Dipilih oleh Tuhan?" tanya Nightingale sambil tersenyum sinis.     

"Jangan khawatir, aku akan memberitahu kepada kalian semua yang aku ketahui," jawab Isabella sambil menghela napas, seolah-olah ia tidak terpengaruh dengan kesinisan Nightingale, "Setelah itu, apa yang hendak kalian lakukan kepadaku, semuanya terserah pada kalian."     

Nightingale terpana oleh sikap Isabella karena ia tahu Isabella memang mengatakan yang sebenarnya.     

Tetapi sudah terlambat untuk bersikap sok suci seperti anak domba yang tidak bersalah. "Kamu bilang penjara ini tidak bisa menahanmu, bukan? Tetapi mengapa sekarang kamu malah memilih untuk tidak melawan?"     

"Aku bisa membuat Batu Pembalasan Tuhan kehilangan efeknya. Semua Batu Pembalasan Tuhan yang kalian tempatkan di ruangan ini sia-sia untuk menahanku," kata Isabella dengan pelan, "Yang tidak bisa aku lakukan adalah, aku tidak bisa berjalan menembus tembok atau melarikan diri ke dalam tanah, jadi sia-sia kalian membuat penjara ini untukku."     

"Kamu mampu mempengaruhi Batu Pembalasan Tuhan?" tanya Agatha dengan syok.     

Isabella berkata dengan terus terang, "Semua Batu Pembalasan Tuhan itu memang terlihat seperti lubang hitam tanpa dasar … tetapi aku bisa membuat semua batu-batu itu kehilangan efeknya."     

"Maksudmu, kamulah yang telah membuat Batu Pembalasan Tuhan yang dipakai Yang Mulia Roland kehilangan efektivitasnya?" tanya Nightingale sambil mengepalkan kedua tangannya.     

"Aku tidak punya pilihan lain. Zero telah dibutakan oleh keinginannya untuk bisa menjadi orang pilihan Tuhan. Zero percaya bahwa hanya ia yang terpilih dan diberkati oleh Tuhan."     

Agatha menggenggam tangan Nightingale dan dengan tenang ia kembali bertanya kepada Isabella, "Apakah Zero yang telah membuat Yang Mulia Roland koma? Apa kemampuan yang dimiliki Zero?"     

Isabella mengerutkan kening dan berkata, "Roland Wimbledon masih koma? Seharusnya ada yang kalah dan ada yang menang saat alam pertempuran jiwa dimulai. Jika Roland tidak langsung berubah menjadi Zero, itu berarti Zero gagal melahap memorinya. Apakah Roland koma karena ia tidak dapat menerima sejumlah memori yang terakumulasi dari Zero?"     

Nightingale dan Agatha saling berpandangan dengan bingung. "Alam Pertempuran jiwa?"     

"Benar," kata Isabella dengan pelan, "Alam pertempuran jiwa adalah pertarungan mengenai semangat dan tekad. Yang menang akan mendapatkan segalanya, sementara yang kalah akan kehilangan segalanya. Sejak Zero mengalami kebangkitan sebagai penyihir, ia belum pernah gagal dalam alam pertempuran jiwa itu. Zero telah melahap dari rakyat jelata hingga penyihir yang tidak terhitung jumlahnya dan ia menyerap semua ingatan, ilmu pengetahuan, dan umur panjang semua korbannya. Sampai saat ini, Zero telah hidup selama lebih dari 200 tahun." Setelah berkata demikian, Isabella menutup matanya dengan sedih sambil berkata, "Aku tidak menyangka Zero bisa dikalahkan oleh seorang manusia biasa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.