Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Perpisahan



Sebuah Perpisahan

3Di kantor, Ashes bertemu Roland Wimbledon sekali lagi. Roland sedang menulis sesuatu dan wajahnya tertutup tumpukan dokumen-dokumen. Tampaknya Roland sedang menangani beberapa pekerjaan. Matahari bersinar ke barat dan langitnya berwarna keemasan. Sinar matahari masuk melalui jendela dan membuat bayangan yang panjang di depan meja.     1

Ashes menunggu sampai Roland meletakkan penanya sebelum akhirnya ia berkata, "Aku menang."     

"Benar, kamu menang telak." sahut Roland sambil menganggukkan kepala.     

Sikap Roland yang terus terang membuat Ashes merasa sedikit terkejut. Ashes pikir Roland akan berdebat dengannya dan Ashes tidak menyangka bahwa Roland akan mengakui kemenangannya.     

"Namun, aku mengakui bahwa kamu memang memiliki kekuatan untuk bertarung melawan Pasukan Penghukuman Tuhan," kata Ashes. "Pasukan Penghukuman Tuhan tidak mempan terhadap pedang dan tombak. Kekuatan dan kemampuan fisik mereka mirip dengan kemampuanku. Namun, mereka tidak memiliki kesadaran dan juga kemampuan untuk berpikir. Itulah sebabnya aku bisa melawan tiga orang sekaligus. Berdasarkan pertarungan antara aku dan Carter, jika lawan Carter adalah Pasukan Penghukuman Tuhan, aku yakin Pasukan Penghukuman Tuhan itu akan melakukan serangan frontal ke arah Carter. Pasukan Penghukuman Tuhan tidak dapat mengirim hanya satu orang saja seperti yang dapat dilakukan oleh Pasukan Penghakiman. Jika dugaanku benar, gereja harus menunjuk seseorang untuk memimpin mereka."     

"Terima kasih." jawab Roland sambil tersenyum. "Informasi ini sangat berarti untukku."     

"Apakah nama senjata baru yang digunakan Carter?"     

"Senjata itu bernama senjata api," kata Roland, "Mulai sekarang, semua prajuritku akan menggunakan senjata ini. Bahkan seorang petani dapat mengalahkan Pasukan Penghakiman yang terlatih jika menggunakan senjata api."     

Ashes merasa ragu. "Bisakah kamu memberi aku sebuah senjata api?"     

"Tidak, kecuali kamu mau bergabung dengan "Persatuan Penyihir" milikku." jawab Roland sambil mengangkat bahu. "Senjata ini masih belum banyak diproduksi saat ini."     

Penolakan Roland akan permintaan Ashes sudah bisa ditebak. Ashes menghela nafas dan berkata, "Aku harus kembali bersama Tilly secepatnya. Besok pada saat subuh, aku akan meninggalkan Kota Perbatasan. Jika kamu tidak bisa bertahan lagi menghadapi Pasukan Penghukuman Tuhan, kamu bisa pindah ke Fjords untuk mencari perlindungan."     

Roland mengangguk. "Kamu juga, jangan lupa untuk memberi tahu kepada adikku tersayang bahwa ada tempat bagi para penyihir di Wilayah Barat Kerajaan Graycastle."     

Ashes terdiam sesaat. "Aku akan mempertimbangkannya."     

Ketika Ashes hendak meninggalkan kantor, Roland memanggil Ashes. "Tunggu dulu, aku memiliki sebuah hadiah untukmu. Hadiahmu tergantung tepat di belakang pintu."     

Sebuah hadiah?     

Ashes merasa tertegun sejenak. Ashes berbalik dan melihat sebuah pedang besar di dekat pintu. Pedang itu terhalang oleh pintu sehingga Ashes tidak melihatnya ketika ia berjalan masuk ke kantor Roland.     

"Pedang aslimu sudah tidak bisa digunakan lagi. Aku meminta Anna untuk membuatkan pedang yang baru untukmu. Pedang ini tidak terbuat dari besi yang berkualitas rendah, pendang ini terbuat dari baja murni."     

Pedang besar itu terlihat sangat halus dan proporsional. Pedangnya memantulkan cahaya oranye di bawah sinar matahari yang sedang terbenam. Ashes mengambil pedang itu dan dengan lembut menyentuh pedangnya. Lebarnya sangat proporsional, dan sisi pedangnya menunjukkan tanda-tanda proses penempaan. Tidak diragukan lagi, ini adalah senjata berkualitas tinggi. Satu-satunya hal yang membingungkan Ashes adalah model pedangnya. Pedangnya berbilah tunggal, dan lebarnya selebar jari kelingking. Pedang itu tidak memiliki ujung. Ujungnya berbentuk trapesium. Bagian yang paling aneh adalah mata pisaunya. Bilahnya sudah ada ukirannya, dan sisi yang tumpul memiliki lapisan berwarna emas. Pedang ini pasti akan menarik perhatian orang banyak.     

Meskipun Ashes tidak ingin menunjukkan rasa sukanya pada pedang barunya, ia tidak bisa menahan kekagumannya.     

"Mengapa penampilan pedang ini … sangat aneh?"     

"Karena ini bukanlah senjata biasa." jawab Roland sambil tersenyum. "Nama pedang ini adalah Utusan Ashes. Dibandingkan dengan pedang biasa yang kamu miliki sebelumnya, ini adalah sebuah pedang yang legendaris."     

Ashes memutuskan untuk tidak menanyakan kata-kata aneh yang diucapkan Roland. "Kalau begitu, aku akan menerima hadiah pemberianmu ini. Sebagai balasannya, aku akan memberimu sebuah hadiah juga."     

"Umm? Hadiah apa itu?" Roland bertanya dengan penasaran.     

Ashes tidak menjawab pertanyaan Roland dan meninggalkan kantornya.     

*******************     

Keesokan paginya, Roland membuka pintu dan melihat Nightingale sedang duduk di depan meja sambil memakan dendeng ikan.     

"Mereka sudah pergi."     

"Mereka berdua?"     

"Benar," jawab Nightingale dengan perlahan. "Mereka berangkat saat fajar menyingsing. Wendy menemani mereka sampai setengah jalan."     

Roland merasa terharu. Wendy sangat perhatian kepada seluruh saudari-saudari, ditambah lagi Ashes adalah penyihir yang pernah melindungi Wendy dari bahaya dan secara tidak langsung membantu Wendy meninggalkan biara. Roland menyangka Wendy akan pergi bersama Ashes. Roland tidak menyangka Wendy akan menolak ajakkan Ashes.     

Pada akhirnya, "Persatuan Penyihir" masih terdiri dari dua belas orang. Roland merasa lega.     

"Apakah kamu yakin bahwa Ashes akan memberi tahu para penyihir di Fjords mengenai kami para penyihir di Kota Perbatasan?"     

"Mungkin Ashes akan mengatakan kepada mereka. Mungkin juga tidak." Roland bersandar di kursinya dan menghela nafas. "Namun, jika mereka menemui kesulitan yang tidak bisa mereka hadapi, mereka pasti akan mengingat kita di Kota Perbatasan."     

Roland memejamkan mata dan mulai mencari dalam benaknya kenangan-kenangan milik sang pangeran Roland yang asli.     

Roland dan Tilly tidak terlalu akrab. Tilly selalu menjaga jarak dari semua orang, bahkan terhadap ayahnya, Raja Wimbledon III. Selain penampilan dan kecerdasan Tilly yang luar biasa, Roland tidak memiliki banyak informasi mengenai Tilly di dalam ingatannya.     

Roland tidak mengetahui sejak kapan Tilly mulai melindungi para penyihir atau apa yang sedang ia rencanakan di Fjords. Namun, karena Roland dan Tilly sama-sama berencana untuk berperang melawan gereja, Tilly akan menjadi pihak yang harus Roland jaga dan perjuangkan.     

Dengan mengutus Theo untuk menyebarkan rumor itu bukan tindakan yang sia-sia. Kebangkitan para penyihir benar-benar terjadi secara acak. Tilly tidak akan bisa merekrut semua penyihir sendirian. Terutama karena Asosiasi Persatuan Penyihir sudah tidak ada, penyihir yang baru tersadar akan sangat membutuhkan sebuah tempat perlindungan.     

Karena Roland sudah mengumpulkan informasi baru mengenai Pasukan Penghukuman Tuhan, hal berikutnya yang perlu ia lakukan adalah menambahkan produksi pembuatan asam nitrat dan asam sulfat.     

Bubuk mesiu dan bom yang lebih canggih tidak dapat dipisahkan dari asam nitrat dan asam sulfat. Begitu Tentara Pertama mengganti senjata mereka dengan pistol, laras senapan dan cara pengisian peluru akan berubah secara drastis untuk meningkatkan akurasi penembakan. Oleh karena itu, pelatihan menembak menjadi lebih penting. Di zaman ini tanpa adanya pengendalian terhadap senjata, seorang prajurit yang terampil akan mampu melawan sepuluh orang pemula. Tingkat konsumsi peluru akan sangat tinggi.     

Bubuk mesiu hitam akan tetap berada di laras senapan dan memblokir senapan, mengurangi hambatan di dalam laras senapan. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan bubuk mesiu tanpa asap. Bubuk tanpa asap awalnya adalah nitroselulosa, pada tahap selanjutnya akan menjadi campuran gliserol[1] dan nitroselulosa. Saat ini, bahkan asam nitrat yang digunakan untuk merendam nitroselulosa masih belum mencukupi, belum lagi Roland harus mengganti semuanya dengan nitroselulosa.     

Produksi di laboratorium terbatas pada skala kecil. Roland akan membutuhkan manufaktur industri jika ia menginginkan peralatan yang tepat untuk memasok seluruh pasukannya. Namun, Roland tidak familiar dengan industri kimia. Roland tidak bisa memikirkan ide yang lebih baik saat ini. Selain itu, pendidikan bagi rakyatnya juga tidak bisa dihentikan sekarang.     

Selain itu, Roland juga tidak bisa mengabaikan pentingnya pendidikan. Tidak hanya pengetahuan dasar, tetapi Roland juga harus menerapkan sesuatu untuk mengubah pemikiran rakyatnya. Penduduk setempat sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap para penyihir setelah melewati Bulan Iblis dan juga propaganda yang dilakukan Tentara Pertama. Namun, orang luar masih banyak yang dipengaruhi oleh doktrin dari gereja. Populasi orang luar di Kota Perbatasan telah meningkat secara drastis, terutama para petani. Mereka masih tinggal di pondok kayu di dekat Sungai Air Merah. Daerah di tepi Sungai Air Merah itu bisa dianggap sebagai "daerah pinggiran" di kota itu. Namun, begitu mereka dipromosikan menjadi orang merdeka, mereka secara bertahap akan pindah ke dalam kota. Pada saat itu sudah terlambat untuk mengubah pemikiran para petani itu.     

Roland harus memikirkan metode transformasi yang tidak menyita terlalu banyak perhatian dan akan diterima oleh publik.     

…     

Pikiran Roland penuh dan kacau untuk sejenak. Roland membuka matanya dan menyadari bahwa Nightingale sedang menatapnya dari samping. Ketika mata mereka berdua bertemu, tanpa sadar Nightingale langsung memalingkan kepalanya.     

"Ahh … ya, aku lupa memberitahu kamu sesuatu." Nightingale menatap ke luar jendela dan berpura-pura tidak terlihat peduli. "Wendy memintaku untuk memberitahu kamu sesuatu."     

"Apa itu?" tanya Roland.     

"Wendy mengucapkan terima kasih."     

[1] Minyak     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.