Bebaskan Penyihir Itu

Bintang Panggung (Bagian II)



Bintang Panggung (Bagian II)

2Saat May melihat Ferlin, ia langsung melupakan bahwa ia harus segera kembali ke Benteng Longsong dengan mengejar kapal berikutnya.     
0

"Ya Tuhan, M-May!" Ketika mereka mendekat, Irene berseru dengan tatapan tidak percaya. Irene meraih tangan May dan memperkenalkan May kepada Ferlin. "Sayang, tahukah kamu siapa wanita ini? Wanita ini adalah aktris yang sangat terkenal dari Teater Longsong, ia adalah May! Setiap kali May tampil, orang-orang berbaris dari lobi teater sampai ke jalanan!"     

Jantung May berdegup ketika ia mendengar ucapan Irene, tetapi berkat pengalamannya selama bertahun-tahun dalam dunia akting, May dapat tersenyum dan menganggukkan kepalanya sedikit. "Halo."     

"Tentu saja aku tahu wanita ini. Kamu sendiri yang mengatakannya, wanita ini adalah aktris terkenal, semua bangsawan di Wilayah Barat pernah mendengar namanya." Ferlin menghela nafas kemudian meminta maaf kepada May. "Maafkan sikap istriku yang tidak sopan. Namaku Ferlin, selamat datang di Kota Perbatasan."     

Ferlin tidak menyebutkan gelarnya, posisinya, atau nama keluarganya. Hati May sedih, tetapi ia tetap mempertahankan sikap anggunnya. "Aku mengenal kamu. Kamu dikenal oleh semua orang sebagai Kesatria Utama di Wilayah Barat, si Kesatria Cahaya Pagi, Tuan Ferlin Eltek. Aku minta maaf, karena pekerjaanku di teater, aku tidak dapat menghadiri pernikahan kalian."     

"Kejayaan itu sudah berlalu sekarang." Ferlin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Saat ini, aku hanya seorang guru, bukan anggota keluarga Eltek lagi, jadi kamu tidak perlu bersikap terlalu sopan." Kemudian, Ferlin melambai ke arah kawanan itu dan berkata. "Ayo kita pulang. Kami sudah memesan tempat tinggal sementara untuk kalian."     

[Ferlin menjadi seorang guru?] May terkejut. [Apakah maksud Ferlin menjadi seorang pengajar di pengadilan? Meskipun penguasa kota ini adalah seorang pangeran, tetapi bahkan seorang pangeran yang diasingkan di kota ini tidak akan menyewa seorang kesatria untuk posisi seperti itu. Dan bagaimana dengan tempat tinggal sementara yang dikatakannya? Bukankah seharusnya Irene membawa kami ke penginapan lokal yang bagus?]     

Sebelum May bisa memikirkan semua pertanyaan itu, Irene mendekati dirinya. "Ya Tuhan, aku benar-benar tidak menyangka kamu mau datang ke sini. Jika kamu bermain drama Cinderella, dramanya pasti akan sukses besar!"     

"Begitukah?" May berkata dengan ragu. May belum pernah mendengar drama Cinderella, yang berarti drama itu mungkin ditulis oleh seorang penulis naskah baru. Selain itu, May tidak punya waktu untuk berlatih drama, ia hanya datang ke sini … karena ia ingin melihat bagaimana keadaan Ferlin, dan mungkin ada sesuatu yang bisa May lakukan untuk membantu Ferlin.     

Ketika mereka memasuki kota, May menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan tempat ini. Kota ini terletak di perbatasan kerajaan dan kota ini seharusnya berfungsi sebagai pos terdepan untuk melindungi Benteng Longsong, tetapi kota ini terlihat seperti kota yang baru dibangun! Jalan-jalan ditutupi dengan kerikil berwarna abu-abu gelap, tidak berlumpur, belum lagi lebar jalanannya, jalanannya bisa memuat dua buah kereta secara berdampingan.     

"Jalanan macam apa ini?" Sam mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang dipikirkan May. "Jalanannya rata sekali."     

"Aha." Irene dengan bangga tersenyum. "Ketika aku pertama kali tiba di kota ini, jalanannya masih berlumpur, tetapi sekarang sudah berubah seperti ini. Faktanya, jalanan ini masih belum selesai. Aku mendengar dari tukang batu bahwa jalan ini hanya fondasi untuk jalan raya."     

"Mereka membodohi kamu." jawab Rosia. "Hanya rumah yang membutuhkan sebuah fondasi. Benda-benda yang sudah berada di tanah tidak akan runtuh, jadi mengapa tukang batu membangun jalanan di atas jalan?"     

"Sungguh, tukang batu menggunakan semacam campuran bubuk berwarna abu-abu dan batu lalu menyebarkannya di jalan. Setelah itu, mereka menuangkan air di atasnya dan menekannya dengan batu sampai rata. Pada awalnya, aku juga berpikir ini adalah jalanan yang baru, tetapi tukang batu mengatakan bahwa ini adalah metode yang dikembangkan oleh Yang Mulia, sesuatu yang disebut … semacam lapisan air. Singkatnya, jalanan ini hanya sebuah fondasi! " Irene berbalik dan terus memimpin jalan, dengan rambut kepang panjangnya yang berayun-ayun di setiap langkahnya. "Di masa depan ketika penduduk dan kereta-kereta bertambah banyak, jalanan itu akan diaspal dengan batu sabak[1]. Kemudian jalanan itu baru benar-benar selesai."     

Jalanan beraspal? May mencibir ke dalam hatinya. Selain kota bagian dalam di Kota Raja, kota mana yang mampu menutupi jalannya dengan batu sabak? Jalanan yang luas dan datar seperti ini saja sudah cukup bagus, bahkan di Benteng Longsong, masih banyak jalanan yang berlumpur.     

Ketika mereka masuk ke kota, May melihat banyak rumah-rumah di kedua sisi jalan sedang dihancurkan, baik itu rumah kayu ataupun rumah tanah liat. Meskipun rumah-rumah itu jelas bukan rumah baru, rumah-rumah itu bukan rumah yang tidak layak huni. "Apakah penguasa kota ini mengusir mereka karena rumah mereka menghalangi jalan?"     

"Tidak, para penduduk pindah ke distrik lain."     

"Distrik?" May bertanya, "Apa itu distrik?"     

"Distrik adalah area perumahan baru, yang berisi rumah-rumah dari batu bata yang terlihat sama," sahut Irene menjelaskan. "Rumah-rumah ini akan diberikan untuk semua penghuni tetap, dan tidak lama lagi tidak akan ada rumah tua di kota ini."     

Rumah yang terbuat dari batu bata dialokasikan untuk semua orang? May tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar. Ini bahkan lebih mewah daripada jalan-jalan beraspal. Apakah Irene tahu berapa biaya untuk proyek semacam itu? Tetapi di depan Ferlin, May hanya bisa terdiam.     

Ada banyak pejalan kaki di jalan, dan kadang-kadang mereka akan berhenti dan menyapa Irene atau Ferlin. Jadi, May mengetahui bahwa Irene juga berprofesi sebagai seorang guru.     

"Apakah kamu tidak tampil di teater kota ini?" May bertanya kepada Irene, "Mengapa semua penduduk kota memanggilmu dengan sebutan guru?"     

"Guru adalah pekerjaanku. Aku hanya melakukan drama sebagai pekerjaan paruh waktu. Lagi pula, kota ini tidak memiliki sebuah teater." Setelah itu, Irene menceritakan kisah bagaimana ketika ia dipanggil oleh Yang Mulia. "Meskipun drama itu akan menjadi pertunjukan secara terbuka dan para penonton hanya terdiri dari warga sipil, bayarannya akan tetap dihitung sesuai dengan standar di Teater Longsong. Aku pikir ini adalah kesempatan yang baik. Setidaknya, aku bisa berlatih beberapa kali."     

"Kamu benar. Selama aku bisa naik panggung, aku sudah puas." jawab Gait dan Sam sambil mengangguk berkali-kali.     

Sebuah pertunjukan terbuka untuk warga sipil! May bahkan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Dibandingkan dengan Irene, yang lebih sulit bagi May untuk dimengerti adalah alasan di balik ide-ide sang pangeran. Bagaimana mungkin penduduk yang hanya memiliki tujuan untuk bertahan hidup setiap hari akan memahami drama roman dan mengerti alur cerita dramanya?     

Secara perlahan, mereka akhirnya tiba di depan sebuah gedung berlantai dua.     

"Ini adalah tempat tinggal para guru, tetapi karena hanya ada sembilan orang guru di Kota Perbatasan saat ini, masih ada banyak kamar kosong yang tersisa. Ferlin mengajukan kepada Yang Mulia agar kalian bisa tinggal sementara di dua kamar di bangunan ini. Selama pertunjukan, kalian bisa tinggal di sini." Irene membagikan dua buah kunci. "Gait, Sam, ini untuk kalian. Rosia dan Tina akan mendapatkan kamar yang lain, eh, sedangkan kamar untuk May …."     

"Aku akan tinggal bersama kamu," kata May.     

"Tetapi …."     

"Aku datang ke sini untuk melihat bagaimana kehidupan kawan teaterku," kata May sambil tersenyum, "Lagi pula, kita telah melalui begitu banyak kebersamaan di teater, dan kamu mungkin tidak akan kembali ke Benteng Longsong lagi, jadi aku ingin mengobrol lebih lama dengan kamu. Apakah kamu akan menolak permintaanku?"     

"Tentu saja tidak!" Irene dengan gembira memegang tangan May. "Aku hanya khawatir kamar itu terlalu kecil untukmu untuk tinggal dengan nyaman. Ada juga banyak hal tentang akting yang ingin aku tanyakan kepadamu!" Irene berbalik kepada keempat kawan lainnya. "Mari simpan dulu koper kalian, lalu kalian bisa datang ke kamarku dan kita bisa membahas naskahnya bersama."     

May naik ke lantai dua sambil mengikuti Irene dan Ferlin ke rumah baru mereka.     

Tetapi harapan terakhir May untuk menghina Irene langsung sirna.     

Mau tidak mau May mengakui bahwa kamar kecil ini memberikan perasaan nyaman dan juga tampak bersih. Ada taplak meja dan gorden katun berwarna merah dan putih yang baru dibeli. Lantainya bersih dan ada karpet linen yang diletakkan di ruang tamu. Perhatian May langsung tertuju pada beberapa cangkir aneh di atas meja. May melangkah lebih dekat, ia mengambil cangkirnya untuk melihat lebih dekat, tetapi ia tidak dapat mengetahui terbuat dari apa cangkirnya — cangkir itu terasa ringan, seperti kayu, tetapi permukaannya halus dan warnanya cerah. Cangkir ini tidak seperti barang murah yang biasa dimiliki oleh warga sipil. Cangkir itu bergambar dua orang yang saling berpegangan tangan dengan penuh kasih sayang.     

"Cangkir yang indah, bukan?" tanya Irene sambil menghampiri May, "Tetapi cangkir itu terlalu mahal. Cangkirnya dijual seharga lima keping perak di pasar serba ada, satu set terdiri dari empat cangkir, dengan berbagai jenis gambar. Untuk merayakan upah pertama kami sebagai guru, Ferlin bersikeras membeli cangkir itu untukku dan menghabiskan seluruh gaji kami. Dasar bodoh."     

"Pasar serba ada?" May dengan sengaja mengabaikan kalimat yang terakhir itu.     

"Benar!" jawab Irene sambil mengangguk. "Yang Mulia telah membuka pasar serba ada di alun-alun kota, di mana mereka menjual beberapa kebutuhan sehari-hari yang sangat bagus, tetapi harganya tidak murah. Jika kamu mau, aku bisa membawa kamu ke sana untuk melihat-lihat."     

Perasaan May campur aduk. Semuanya tidak seperti yang May pikirkan. May berpikir bahwa, sebagai tawanan perang, dan sebagai seorang kesatria yang tidak ditebus, bahkan jika Yang Mulia telah membebaskan mereka, hidup Irene dan Ferlin seharusnya sangat sulit. Dan karena Irene tidak pernah memiliki tabungan, satu-satunya hal yang bisa Irene lakukan untuk menolong Ferlin adalah menemaninya melewati masa-masa sulit ini.     

Jika demikian, bantuan apa pun yang bisa diberikan oleh May kepada Ferlin akan sangat dihargai oleh Ferlin. May bahkan bisa membantunya lebih lagi, dan dengan menggunakan pengaruhnya, May mungkin bisa mencoba membujuk Yang Mulia untuk mengizinkan dirinya menebus Ferlin. Dengan begitu, May mungkin bisa memenangkan hati Ferlin sepenuhnya.     

Namun … semua rencana May sia-sia. Ferlin memiliki kehidupan yang baik di Kota Perbatasan, bahkan ia tidak memerlukan bantuan dari May.     

Haruskah May kembali ke Benteng Longsong? Jika May memilih untuk meninggalkan kota, ia harus melupakan segalanya tentang Ferlin dan juga Kota Perbatasan.     

May terjebak dalam kebingungan.     

[1] Batu pipih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.