Bebaskan Penyihir Itu

Persiapan Melawan Musuh



Persiapan Melawan Musuh

1Pagi berikutnya, Roland baru mengetahui bahwa ada satu pleton dan kuda-kuda yang mendekati Kota Perbatasan, dan dari hasil pemantauan rutin, Kilat melihat pleton yang sedang bergerak perlahan-lahan menuju Kota Perbatasan.      3

"Apa? Pasukan mereka berjumlah lebih dari seribu orang?" kata Roland terkejut. [Bukankah kemarin kalian mengatakan ada lima puluh orang pasukan utusan delegasi?]     

"Hm, benar!" Maggie menambahkan, "Namun hanya enam orang yang menunggang kuda."     

"Kalau begitu, seperti apa pakaian dan senjata yang mereka bawa … pasukan yang berjalan kaki itu?"     

"Biasa saja, kebanyakan dari mereka bahkan tidak memakai baju zirah, dan mereka mengenakan pakaian kain biasa," kata Kilat, "Senjata yang mereka bawa bermacam-macam, namun, ada ratusan prajurit yang membawa semacam tombak pendek di punggung mereka."     

[Peralatan senjata mereka buruk, mungkinkah mereka adalah warga sipil atau budak yang direkrut secara paksa?] Roland bertanya-tanya. [Tidak ada pelatihan khusus untuk sebuah pasukan di zaman ini. Orang-orang itu bertanggung jawab untuk mengangkut persediaan makanan dan menyiapkan amunisi bagi para kesatria, dan para prajurit ini bahkan kadang-kadang digunakan sebagai "umpan meriam" untuk menguras habis panah musuh.]     

Roland harus mempelajari situasi antara Benteng Longsong dan Kota Perbatasan jika Timothy ingin membunuh Roland dengan cara kekerasan. Lebih dari dua ratus orang kesatria milik pasukan Adipati Ryan bahkan belum dikirim ke Benteng Longsong, belum lagi Roland harus menghadapi pasukan yang sedang menuju kemari. Pasukan musuh pasti merasa yakin bahwa mereka dapat menerobos garis penembakan karena mereka masih mendekati Kota Perbatasan setelah mengetahui kemenangan Roland atas Benteng Longsong.     

Roland memikirkan pil-pil yang ditawarkan oleh gereja.     

Sebelumnya Roland menduga jika gereja dengan sengaja mendukung dirinya dan Garcia, dan gereja mungkin juga mendukung Timothy. Situasinya akan berbeda jika Timothy dan Garcia juga sama-sama memiliki pil.     

Pil itu dapat meningkatkan kecepatan lari manusia seperti kecepatan lari seekor kuda dalam waktu singkat dan mereka kebal terhadap rasa sakit, itu berarti bahwa prajurit Roland yang berada di garis terdepan akan menghadapi serangan lebih dari seribu orang "kesatria". Serangan ini akan membahayakan Tentara Pertama, bahkan meski hanya satu orang musuh yang menyerang barisan terdepan.     

Untungnya, Tentara Pertama bukan lagi tentara yang sama seperti dua bulan yang lalu.     

Meskipun hanya ada sekitar seratus revolver yang sudah dimodifikasi, kemampuan tembaknya jauh lebih banyak daripada Pasukan Senjata Api, terutama para penembak yang dilengkapi dengan peluru khusus — musuh dalam jarak tiga ratus meter akan ditembak terus menerus. Pasukan Artileri telah bertambah dari empat tim menjadi dua puluh tim saat ini. Setiap tim dilengkapi dengan pasukan artileri dan meriam seberat enam kilogram yang dapat meningkatkan jangkauan tembakan sampai lebih dari seribu meter.     

Namun, pertanyaan lain muncul di benak Roland.     

"Apakah kalian melihat mereka memakai Liontin Penghukuman Tuhan?"     

"Aku tidak bisa berada terlalu dekat dengan mereka," Kilat menunjuk Maggie dan berkata, "Tetapi Maggie bisa melihat lebih dekat jika ia berubah menjadi burung elang."     

Maggie menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak melihat ada Liontin itu, atau mungkin Liontin itu tersembunyi dalam pakaian mereka!"     

"Kalau begitu …" Roland merenung dan berkata, "Kali ini kamu harus pergi bersama Nightingale. Kamu bisa terbang setinggi sepuluh meter jika kamu hanya membawa satu orang saja. Kamu terbang di sepanjang Sungai Air Merah. Maggie bertanggung jawab untuk mengamati bagian depan barisan pertahanan sementara Nightingale menyerang dari dalam Kabut untuk berjaga-jaga jika ada pasukan musuh yang terlewat." Roland menoleh kepada Nightingale dan berkata, "Kamu harus mengamati apakah pasukan mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan setelah mendekati mereka. Pastikan kalian tidak menyerang mereka terlebih dahulu."     

"Baik," Nightingale dan Kilat serentak menjawab Roland.     

Ketika Nightingale, Kilat dan Maggie hendak pergi, Roland menghentikan mereka dan berkata, "Ingat, keselamatan kalian lebih penting. Lindungi diri kalian sebaik mungkin."     

"Tidak masalah." Nightingale mengedipkan matanya sambil tersenyum.     

Roland merasa agak gelisah setelah mereka bertiga pergi.     

Dan Roland baru menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan besar dalam pekerjaannya, yaitu Benteng Longsong tidak dijaga dengan baik — jika bukan karena utusan yang dikirim oleh Petrov, Roland mungkin baru menyadari kedatangan musuh setelah musuhnya sampai di Kota Perbatasan. Sulit bagi Tentara Pertama untuk membalikan situasi jika mereka sudah terjebak dalam pertempuran.     

[Aku masih terlalu muda dan terlalu naif,] pikir Roland, "Penjagaan di Benteng Longsong seharusnya dibuat segera setelah menaklukan benteng, tidak hanya untuk menempatkan mata-matanya di sana tetapi ia juga seharusnya bisa menempatkan pasukan untuk membantu Petrov.]     

Roland duduk dengan gelisah, ia bahkan kehilangan selera makan untuk makan siang dan ia baru merasa lega ketika melihat Kilat terbang ke kantornya sambil membawa Nightingale di punggungnya.     

Maggie mengepakkan sayapnya dan hinggap di bahu Nightingale dan berkata, "Tidak ada! Tidak ada Liontin itu!"     

"Mereka tidak menggunakan Liontin Penghukuman Tuhan?"     

"Sebagian besar pasukan itu tidak menggunakan Liontin." Nightingale melepas kerudungnya dan rambutnya yang berwarna pirang jatuh tergerai. "Aku telah mengamati bagian depan pasukan itu sampai ke belakang. Selain sepuluh orang yang memimpin pasukan itu, hanya ada tiga atau empat barisan yang kosong di dalam pasukan itu."     

"Bagus sekali." Roland dengan cepat memikirkan strategi untuk bertempur. "Apakah kalian lapar? Pergilah ke ruang makan dan mintalah juru masak untuk menyajikan makanan apa pun yang kalian suka."     

"Aku mau daging barbeque madu!" Maggie merentangkan sayapnya sambil mendongak.     

*******************     

Sisi timur, di luar Kota Perbatasan.     

Van'er melirik para tukang batu dan para tukang yang sedang sibuk di kedua sisi jalan. "Apa sebenarnya yang sedang mereka bangun?"     

Ratusan tukang menggali beberapa parit di tanah dan mulai membangun tembok batu bata di sepanjang parit. Awalnya Van'er mengira bahwa kedua tembok itu dibangun untuk memblokir jalan tetapi tembok itu malah dibangun mengelilingi paritnya.     

"Siapa yang tahu apa yang sedang mereka bangun? Yang aku tahu ada musuh yang harus kita kalahkan lagi," kata Jop dengan semangat.     

"Tepat sekali," pikir Van'er. Sejak mereka mengalahkan pasukan aliansi Adipati Ryan, Yang Mulia, secara pribadi memberikan medali perunggu untuk setiap anggota pasukan artileri … bagian depan medali bergambar tembok tinggi yang melambangkan Benteng Longsong dan bagian belakang medali itu diukir dengan pangkat dan prestasi yang diraih. Medali itu sangat indah, bahkan Pasukan Senjata Api juga ingin mendapatkan medali itu.     

Selain kehormatan itu, semua orang di Tentara Pertama juga dipromosikan kenaikan jabatan satu tingkat dan Van'er saat ini merupakan kapten tim artileri, dan membawahi sepuluh tim artileri. Dan saudara-saudara lelaki Rodney, yang bernama Si Cakar Kucing dan Jop dipromosikan menjadi pemimpin tim, dan tiga orang di antara mereka dipindahkan ke tim yang baru dibentuk untuk mengajari para prajurit baru mengenai cara mengoperasikan meriam.     

Yang paling menyenangkan adalah bahwa Yang Mulia telah memenuhi janjinya dan memberikan sebidang tanah di bagian bawah Pegunungan Tak Terjangkau yang terletak di sisi timur Kota Perbatasan. Meskipun saat ini lahan itu masih berupa hutan, sudah ada sebuah monumen yang didirikan di tanah yang menandakan bahwa tanah itu adalah milik Van'er.     

Oleh karena itu, Tentara Pertama langsung giat bekerja, setelah mengetahui bahwa ada musuh yang hendak menyerbu Kota Perbatasan. Semua orang bersemangat untuk bertempur, berharap untuk ikut membantu dalam peperangan ini.     

Pada malam hari, Van'er menyeka keringat di dahinya setelah menyelesaikan pelatihan hari itu. Van'er bersandar di kereta untuk beristirahat. Van'er memeriksa hasil pelatihan anggota baru dan mengkonfirmasi jika mereka sudah mengoperasikan meriam sesuai dengan aturan. Tenggorokan Van'er terasa kering karena ia berteriak sepanjang hari.     

"Minumlah air ini." Jop memberi Van'er sekantung air minum.     

"Terima kasih." Van'er membuka penutupnya dan meneguk airnya.     

"Kurasa aku tahu apa yang sedang mereka bangun," kata Jop sambil tersenyum.     

"Apakah kamu tahu?" Van'er mengembalikan kantung berisi air minum itu kepada Jop. Tembok bata dibangun setinggi setengah tubuh orang dewasa, dan parit itu dikelilingi oleh tembok berbentuk segi enam. Namun, setiap dinding berjarak tiga puluh cm hingga empat puluh cm dari tanah, membuat celah yang panjang dan sempit. Sepertinya itu jendela, tetapi agak sempit. "Apakah itu sebuah rumah?"     

"Bisa jadi itu sebuah rumah. Aku sudah bertanya pada salah satu tukang batu." Jop mengangguk. "Tukang batu itu memberitahuku bahwa ini adalah gagasan Yang Mulia, yang ingin membangun rumah bawah tanah untuk Pasukan Senjata Api untuk bersembunyi di dalamnya untuk menembak musuh sekaligus menjadi tempat perlindungan. Namun, "rumah" ini memiliki nama yang unik. Yang Mulia menamakannya sebagai bunker[1]."     

[1] Lubang perlindungan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.