Bebaskan Penyihir Itu

Selamat Datang



Selamat Datang

2Badai berlalu dalam sekejap, secepat kedatangannya yang tiba-tiba.      3

Tim utusan Fjords berangkat dua hari setelah badai berlalu dan kapal yang membawa mereka adalah Kapal Si Cantik milik Kapten Jack.     

Sylvie bersandar di pinggir kapal sambil mengeluarkan sepotong daging sapi dari kantungnya, dan menggoyang-goyangkan daging sapi itu di atas kepalanya.     

"Ou, ou …."     

Seekor burung camar gemuk mendarat sambil berkicau dari langit. Sylvie tidak bisa berhenti berkedip karena kibasan angin yang dihasilkan kepakan sayap burung camar itu. Daging sapi di tangan Sylvie dicaplok oleh burung camar gemuk itu. Ketika Sylvie mendongak, burung camar itu telah kembali ke bagian depan kapal dan kembali bertugas mengarahkan kapal.     

Itulah yang diperintahkan Maggie pada Sylvie, karena Maggie tidak bisa mengeluarkan dendeng dagingnya sendiri ketika ia sedang berubah menjadi burung camar.     

Meskipun tidak ada perbedaan antara Maggie dan burung camar normal (kecuali untuk ukurannya), Sylvie masih bisa mengamati perubahan kekuatan sihir Maggie dan bentuk asli kekuatan sihirnya. Jika Sylvie memperhatikan dengan saksama, ia melihat bahwa kekuatan sihir yang datang dari segala arah berubah menjadi titik-titik cahaya sebelum akhirnya menghilang.     

"Aku dengar wanita itu bisa berubah menjadi berbagai macam burung. Apakah itu benar?" terdengar suara seseorang berkata, "Sejauh yang aku tahu, burung camar tidak pernah tersesat di laut dan selalu dapat mengetahui apakah akan ada badai."     

"Benar sekali, Tuan Kapten." Meskipun Sylvie tidak menoleh, ia tahu siapa yang sedang berbicara sekarang. "Itu sebabnya kita berani memilih rute perjalanan baru. Kalau tidak, kita akan terdampar di barat daya Kerajaan Graycastle setelah mengelilingi Tanjung tak Berujung."     

Kemampuan yang dimiliki Sylvie tidak hanya membuat dirinya bisa melihat perubahan dan aliran kekuatan sihir dan memberinya pandangan luas tanpa harus menoleh untuk melihat subjek atau pun objeknya, tetapi juga bisa melihat hal-hal yang ada di sekitarnya tanpa halangan kapan saja dan di mana saja. Sylvie bahkan bisa melihat ada seorang awak kapal yang sedang tidur di bawah lapisan lantai kayu dan juga melihat ikan-ikan di bawah perahu.     

"Apakah di Kota Perbatasan juga ada dermaga?" tanya Kapten Jack sambil merokok. "Aku ingat ada seorang penjelajah yang telah pergi ke Wilayah Barat, tetapi mereka tidak menemukan apa pun kecuali pegunungan dan perairan dangkal."     

"Akan lebih baik jika tidak ada apa pun di sana," kata Sylvie acuh tak acuh, "Dengan begitu, semua orang bisa kembali pulang."     

"Bukankah itu berarti kita tidak mendapatkan hasil apa-apa dari perjalanan ini?" tanya Kapten Jack sambil mengocok-ngocok rokoknya. "Aku ingin tahu apakah ada pemandangan bagus dalam rute baru ini."     

Perjalanan kali ini dipercayakan kepada mereka oleh Lady Tilly. Misi mereka adalah untuk mengunjungi 'Gunung Suci' para penyihir lain, sehingga mereka dapat mempererat hubungan mereka dan saling membantu. Selain lima penyihir yang terpilih di kapal, ada juga Ashes dan Molly yang ikut bersama mereka. Ashes dan Molly tidak akan pergi ke daratan; mereka akan berada di kapal untuk memastikan bahwa rute perjalanan mereka berlangsung lancar dan aman. Pelayan ajaib milik Molly dapat membantu kapal menahan badai dan Ashes dapat memastikan para bajak laut yang mengincar kapal mereka tidak akan pernah kembali untuk mengganggu perjalanan mereka.     

Ashes juga punya misi lain. Misinya untuk menentukan identitas asli Roland Wimbledon untuk Lady Tilly.     

Sebelum mereka pergi, Tilly telah menjelaskan kepada Sylvie apa tugas yang harus ia laksanakan, kemungkinan hasilnya seperti apa, dan cara untuk mengatasi jika terjadi masalah. Singkatnya, Tilly ingin Sylvie mencoba sebaik mungkin untuk mencapai kesepakatan dengan pemimpin Asosiasi Persatuan Penyihir dan mengembalikan Roland yang asli. Tetapi sejujurnya, Sylvie pikir ini adalah sebuah tugas yang sulit. Masuk akal jika Asosiasi Persatuan Penyihir tidak setuju melakukan pertukaran. Tetapi bagaimana jika mereka tidak ingin informasi ini diketahui dan akhirnya mereka malah memenjarakan semua orang yang ada di kapal ini?     

Melalui dinding kabin, Sylvie bisa melihat Lotus, Evelyn, dan Pelayan Ajaib milik Molly yang sedang bermain sambil tertawa gembira. Sylvie menghela nafas.     

Sylvie berharap para penyihir di Asosiasi Persatuan Penyihir akan bersikap ramah seperti yang diceritakan Maggie.     

…     

Setelah berlayar selama satu minggu, Sylvie akhirnya melihat pesisir pantai yang berwarna abu-abu.     

"Kita sudah hampir sampai!" teriak Honey sambil bersandar di pinggir kapal. Segerombolan burung layang, burung Elang Tiram, dan burung camar di sebelah Sylvie berkicau dengan berisik.     

"Akhirnya kita sampai juga …?" Candle sedang berbaring di sisi kapal, wajahnya terlihat pucat pasi. "Kurasa aku sudah tidak mampu bertahan lagi."     

"Pusing yang kamu rasakan hanya berlangsung sementara. Setelah kamu mendarat, kamu akan segera pulih." kata Jack tertawa sambil memegang teleskop. "Aku sudah berlayar selama bertahun-tahun, tetapi aku belum pernah melihat ada orang yang mati di kapal karena mabuk laut."     

"Di mana Maggie?" tanya Honey.     

"Maggie pergi ke Kota Perbatasan terlebih dahulu untuk menghubungi Asosiasi Persatuan Penyihir," kata Ashes, "Dan aku yakin seseorang akan segera menjemput kalian."     

"Apakah kamu tidak ikut dengan kami, Ashes?"     

"Tilly lebih membutuhkan bantuanku." kata Ashes sambil tertawa. "Jangan khawatir, Asosiasi Persatuan Penyihir akan memperlakukan kalian seperti saudari-saudari dengan hangat … jika kalian menemui masalah, mintalah bantuan kepada Wendy. Wendy pasti akan segera membantu kalian."     

[Wendy?] Sylvie diam-diam mengingat nama ini dalam benaknya.     

"Oh ya, ada satu hal lagi." Ashes berkata sambil menepuk keningnya. "Ingatlah kalian harus menjauh dari Roland Wimbledon. Kalian tidak boleh tinggal sendirian bersama dengan Roland."     

"Mengapa begitu? Bukankah Roland Wimbledon adalah kakak Lady Tilly?" tanya Evelyn dengan heran.     

"Memang benar," kata Ashes dengan sungguh-sungguh, "Tetapi itu tidak akan menghentikan Roland untuk tidak meremas bokong kalian para penyihir!"     

Semua penyihir itu langsung terkesiap.     

Kapal Si Cantik akhirnya merapat di perairan dangkal sekitar dua ratus lima puluh meter dari pesisir pentai. Lagi pula, tidak ada peta yang rinci di sini. Tidak ada yang tahu seberapa dalam air di pesisir pantai yang dangkal itu. Mudah bagi mereka untuk menuju ke daratan. Mereka bahkan tidak perlu menggunakan sekoci untuk mendarat. Molly membuat Pelayan Ajaibnya mengangkut lima orang penyihir, termasuk dirinya sendiri, lalu terbang melayang melintasi laut menuju ke daratan.     

Pantai dangkal ini jelas merupakan terusan dari gunung yang berubah menjadi pantai setelah terkena erosi laut yang terus menerus. Garis pantai sepenuhnya dipisahkan oleh gunung-gunung tinggi yang berada tidak jauh dari sana. Gunung-gunung itu tidak ada habisnya, semakin ke barat semakin tinggi. Di ujung, deretan pegunungan itu terhubung ke Pegunungan Tak Terjangkau.     

Setelah menunggu selama dua jam, Sylvie melihat bayangan aneh bergerak mendekati mereka.     

Bayangan itu cukup besar, sebanding dengan ukuran Kapal Si Cantik. Bentuk bulat bayangan itu menandakan benda itu bukanlah benda buatan alam. Logikanya, benda sebesar itu seharusnya sangat berat, tetapi gerakannya pelan dan juga bisa melayang di udara. Sylvie tidak bisa melihat bayangan itu dengan jelas karena tertutup pegunungan dan hutan, tetapi ia yakin bahwa benda naik ke atas langit dengan cepat dan tingginya hampir melewati gunung.     

Setelah beberapa saat, benda itu keluar dari bayangan dan mengungkapkan bentuk yang sesungguhnya.     

"Ya Tuhan. Apa itu?" Lotus bertanya dengan heran, sambil menunjuk ke langit.     

"Ashes, apakah kamu pernah melihat benda itu sebelumnya?" Evelyn bertanya sambil menarik lengan Ashes.     

"Tidak …" Ashes tampak terkejut. "Ini adalah pertama kalinya aku melihat benda itu."     

"Sepertinya ini cara Asosiasi Persatuan Penyihir untuk menyambut kita," kata Sylvie.     

Balon berukuran raksasa itu melayang di udara dengan keranjang yang terbuat dari tanaman rambat yang menggantung di bawahnya. Maggie ada di dalam keranjang itu, sambil diapit oleh dua penyihir lainnya. Yang paling mengejutkan adalah kain kanvas kuning yang tergantung di bagian bawah keranjang, dan ada kalimat besar yang tertulis di kain kanvas itu.     

Di kain itu tertulis: "Selamat datang di Kota Perbatasan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.