Bebaskan Penyihir Itu

Perasaan Yang Bergejolak



Perasaan Yang Bergejolak

0Roland membuka matanya dan mendapati dirinya telah berbaring di ranjangnya yang besar dan empuk. Ada langit-langit yang sudah ia kenal di atas kepalanya dan bahkan semua hal di kamarnya masih sama persis seperti yang terakhir kali ia ingat.      2

Ini adalah … kamarku?     

Roland menoleh untuk melihat kedua bahunya. Kedua lengan kiri dan kanannya tampak utuh. Roland bahkan mencoba menggerakkan kedua tangannya dan kedua tangannya masih berfungsi dengan baik.     

Semuanya terasa seperti mimpi.     

Namun, Roland mengetahui bahwa itu semua bukan mimpi dan bahwa penyelidikan ke Tanah Barbar dan serangan iblis itu memang benar-benar nyata, itu semua adalah hal-hal yang sudah terjadi! Melihat kenyataan bahwa kini Roland sedang berbaring di kamarnya yang nyaman, menunjukkan bahwa ia dan para penyihir telah berhasil lolos dari kejaran iblis dan mereka berhasil pulang ke istana.     

Namun, apakah semua penyihir juga pulang dengan selamat?     

Memikirkan hal itu, hati Roland menciut. Roland berusaha mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tetapi lengannya terasa lemas. Tepat ketika Roland hendak memanggil seseorang, ia melihat para penyihir yang sedang tidur bersandar di dinding di seberang tempat tidurnya. Anna, Nightingale, Kilat, Maggie, dan Nana, mereka semua bersandar bersama satu dengan yang lain dan bernafas dengan lembut dengan mata yang terpejam. Mereka tampaknya sedang tidur dengan nyenyak.     

Roland diam-diam membuka tirai sedikit dan ia melihat matahari terbit dari arah Sungai Air Merah, sungai itu tampak berkilauan dan berwarna keemasan saat terkena sinar matahari.     

"Kamu … sudah bangun?"     

Roland membalikkan tubuhnya, dan Anna juga sudah bangun. Anna berjalan ke arah Roland sambil mengusap-usap matanya yang masih mengantuk.     

"Ya, aku sudah bangun. Para penyihir yang lain …."     

"Mereka semua kembali ke kota dengan selamat. Hanya kamu satu-satunya orang yang terluka."     

"Benarkah?" Roland merasa lega, "Syukurlah kalau begitu …."     

"Kamu memang bodoh."     

Sebelum Roland bisa menjawab perkataan Anna, gadis itu memeluk Roland dengan sangat erat. Pelukan Anna sangat kuat sehingga tangannya meninggalkan bekas di tubuh Roland.     

Saat Roland dan Anna berpelukan, para penyihir lainnya ikut terbangun.     

"Yang Mulia …!"     

Semua penyihir itu berdiri dan langsung menghampiri Roland. Orang kedua yang memeluk Roland adalah Kilat, lalu Nana, kemudian Maggie. Nightingale merasa ragu sejenak untuk memeluk Roland, tetapi akhirnya ia ikut memeluk semua penyihir dari belakang. Untuk waktu yang lama, semua orang saling berpelukan seolah-olah mereka tidak ingin melepaskan pelukan itu. Waktu terasa berhenti pada momen seperti itu.     

…     

Setelah menyantap sarapannya, Roland baru mengetahui apa yang terjadi sesudah ia pingsan setelah mendengarkan cerita lengkap yang disampaikan oleh para penyihir.     

Para penyihir ini telah mengalahkan iblis yang mengejar mereka dan memutuskan agar Kilat dan Maggie yang membawa Roland terlebih dahulu ke Kota Perbatasan.     

Lengan Roland yang putus sudah pulih dengan cepat setelah ia dibawa kembali ke istana untuk mendapatkan perawatan Nana. Namun, Roland masih tidak sadarkan diri selama beberapa hari karena ia kehilangan banyak darah. Sekarang sudah hari yang keempat dari tanggal ketika Roland dan para penyihir itu berangkat ke Tanah Barbar.     

Ekspedisi kali ini agak ceroboh. Roland tidak menyangka iblis itu benar-benar bisa menemukan balon udara yang sudah dilapisi lapisan kamuflase seperti corak langit dari jarak lebih dari lima kilometer. Menurut Sylvie, iblis raksasa yang memiliki banyak mata di tubuhnya itu awalnya tidak memperhatikan mereka sampai Sylvie menatap iblis itu dengan Mata Kebenaran miliknya, dan pada saat itulah iblis itu langsung menargetkan mereka dengan menggunakan ratusan bola matanya.     

Roland belum pernah mencoba metode investigasi seperti ini sebelumnya. Selain Mata Kebenaran Sylvie, bahkan jika ia ingin melihat melalui teleskop, semuanya masih tetap tidak jelas dari jarak sejauh itu. Bahkan lebih sulit lagi untuk melihat apa yang dilakukan oleh iblis itu dari jarak sejauh itu, ditambah lagi ada Kabut Merah yang menutupi puncak menara iblis. Tetapi iblis itu masih bisa menemukan mereka.     

Karena itu, informasi yang telah mereka dapatkan sejauh ini sudah sangat bagus meskipun faktanya, Roland dan para penyihir itu juga menanggung resiko yang besar.     

Iblis itu bukanlah utusan dari neraka yang misterius. Para iblis itu memiliki sistem perkotaan dan juga sistem organisasi. Para iblis itu termasuk dalam evolusi peradaban yang lebih tinggi, sama seperti manusia.     

Iblis itu juga tidak terlalu kuat jika berada di udara, setidaknya iblis yang bermukim di belakang gunung salju tidak sekuat itu. Ratusan iblis yang keluar dari dalam tanah dan ternyata hanya dua iblis yang mengejar Roland dan para penyihir di gunung, itu berarti tidak semua iblis bisa terbang. Untuk saat ini, masih belum diketahui apakah tunggangan itu adalah binatang buas yang langka, atau penunggangnya yang tidak lazim. Namun, secara garis besar, ini adalah kabar baik bagi Kota Perbatasan. Setidaknya Roland tidak perlu khawatir memikirkan gerombolan iblis yang datang dari sisi selatan gunung dan langsung menyerang Wilayah Barat untuk membakar dan menjarah Kota Perbatasan.     

Selain itu, ini merupakan sebuah penemuan penting bahwa ternyata iblis itu juga memiliki kekuatan sihir.     

Menurut Nightingale, meskipun kekuatan sihir iblis yang mengejar mereka memang tidak umum, kekuatan sihir iblis itu berbentuk seperti angin topan yang sangat mudah dilihat di dalam Kabut. Namun, cara iblis mengaktifkan kekuatan sihir tampaknya sama sekali berbeda dari para penyihir. Iblis itu tidak mengaktifkan kekuatan sihirnya sendiri, tetapi mereka menggunakan semacam mekanisme yang berasal dari sebuah batu bercahaya untuk melepaskan kekuatan sihir mereka. Batu itu tidak bekerja dengan fleksibel jika dibandingkan dengan kemampuan para penyihir, tetapi batu itu adalah semacam senjata standar bagi kaum iblis yang bisa mereka produksi dalam jumlah besar.     

Tentu saja, ini hanya spekulasi Roland semata. Sayangnya, tubuh iblis-iblis itu telah jatuh ke laut sehingga Roland tidak bisa memastikan lebih lanjut.     

Yang terakhir adalah menara iblis.     

Menara batu yang berwarna hitam dan ramping itu bukanlah tempat tinggal para iblis dan bahan bangunannya juga cukup aneh. Permukaan menara itu tidak memiliki bekas akibat erosi gesekan Kabut Merah. Beberapa menara batu itu kosong di bagian dalam sementara bagian yang lain diisi dengan cairan merah, yang mirip fungsinya dengan tangki penyimpanan.     

Mungkinkah Kabut Merah yang ada di langit terbentuk oleh cairan merah itu setelah melalui proses gasifikasi[1]?     

Mungkin iblis itu tidak sedang berusaha memperluas wilayah mereka ke Tanah Barbar atau keempat kerajaan karena keterbatasan jangkauan gas merah itu?     

Bagaimanapun, iblis-iblis itu mungkin saja, meski saat ini belum pasti, tidak menimbulkan ancaman terhadap Kota Perbatasan, menurut informasi yang dikumpulkan oleh Roland.     

Namun, Roland juga mengetahui bahwa sejak manusia dihalau dari Tanah Barbar oleh iblis selama lebih dari empat ratus lima puluh tahun yang lalu, mungkin iblis-iblis itu akan kembali lagi suatu hari nanti, jadi Roland harus bersiap-siap untuk itu.     

…     

Malam telah tiba, dan karena kehilangan banyak darah, Roland langsung kembali ke tempat tidur setelah mengurus beberapa dekret yang harus ia tanda tangani.     

Roland hendak bersiap-siap untuk memadamkan lilin dan hendak tidur setelah membaca buku sejarah di tempat tidur ketika terdengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.     

Roland agak terkejut dan ia turun tempat tidur untuk membuka pintu. Itu Anna yang berdiri di pintunya.     

Kali ini Anna tidak membawa buku tebal 'Fisika Lanjutan' atau buku 'Teori Ilmu Pengetahuan Alam' seperti sebelumnya. Anna tidak membawa apa-apa di tangannya, dan ia berjalan masuk ke kamar Roland dengan mengenakan pakaian tidur berwarna putih. Anna bahkan tidak memakai alas kaki dan kakinya yang halus menyentuh lantai tanpa suara.     

Roland menelan ludahnya.     

Anna menutup pintu dan menguncinya. Kemudian, Anna menggandeng tangan Roland dan mereka berdua berjalan ke tempat tidur.     

Rambut Anna yang tergerai baru saja dikeramas dan rambutnya bersinar keemasan terkena cahaya lilin. Rambut Anna wangi harum ketika Roland berada dekat dengan gadis itu dan wangi itu bahkan bukan berasal dari sabun wangi beraroma bunga mawar yang diciptakan Roland, melainkan dari tubuh Anna sendiri.     

Bulu mata Anna yang panjang sedikit bergetar dan pipinya memerah. Mata birunya tampak seperti aliran sungai di musim gugur. Meskipun Anna tampak sedikit gugup, tidak ada rona ketakutan di wajahnya, dan matanya menatap Roland dalam-dalam.     

Roland mengerti maksud Anna meskipun kenyataannya Roland belum pernah mengalami kejadian seperti ini.     

"Ehem, ini …."     

"Aku tidak mau menunggu lagi," bisik Anna dengan lirih, "Terutama setelah mengalami kejadian yang mengerikan itu." Anna berhenti sejenak dan kembali berkata, "Aku tidak ingin ada penyesalan."     

.     

[1] Proses perubahan benda padat menjadi gas     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.