Bebaskan Penyihir Itu

Resolusi Evelyn



Resolusi Evelyn

3Roland merasa takut ketika mendengar kalimat "Kita tidak punya banyak waktu lagi," tetapi ia merasa lega setelah mendengar penjelasan selengkapnya dari Agatha. "Jangan bicara setengah-setengah. Itu terdengar menakutkan." kata Roland.      0

"Menurutmu lima tahun adalah waktu yang lama?" jawab Agatha sambil mengerutkan keningnya, "Dahulu, waktunya tepat ketika terjadi Pertempuran Besar Pertama dan Pertempuran Besar Kedua. Aku tidak tahu mengapa kini waktu pertempuran itu jadi dipercepat dan … Pertempuran Besar Ketiga mungkin akan tiba sebentar lagi."     

"Bukankah kamu mengatakan Bulan Merah akan datang pada musim dingin ini?" balas Roland sambil mengangkat bahu. Menurut rencana penelitian bahan amunisi dan rencana pengembangan wilayahnya saat ini, Roland dapat membagikan senjata api baru untuk seluruh pasukannya dalam waktu satu tahun. Selama musuh tidak kebal terhadap pedang dan tombak, Roland masih memiliki kesempatan untuk memenangkan peperangan ini. Satu-satunya hal yang perlu Roland perhatikan adalah rencana pembangunan dan pengembangan wilayah kekuasaannya. Dua hal ini harus dikembangkan untuk mendukung peperangan yang akan berlangsung lama ini. Agar Roland bisa memenangkan peperangan ini, ia membutuhkan tanah, populasi, dan sumber daya yang memadai. Itu berarti wilayah kekuasaannya harus memiliki tempat perlindungan dan bunker persembunyian yang memadai di mana penduduknya bisa tetap bertahap hidup untuk berjaga-jaga jika mereka menghadapi kemungkinan kalah.     

Oleh karena itu, kesulitan yang utama tidak terletak pada pembuatan senjata itu sendiri, tetapi mengenai pembentukan kota-kota industri yang cukup untuk menyediakan populasi, amunisi, dan makanan secara konsisten selama perang berlangsung. Logistik akan menjamin kemenangan, sementara populasi akan menjamin logistik terus tersedia. Pada akhirnya, Roland menyadari yang paling ia butuhkan adalah para pemimpin, gubernur, dan pegawai administrasi yang dapat diandalkan. Tanpa ketiga hal ini, bahkan jika Roland berhasil menyatukan seluruh Kerajaan Graycastle, ia tidak akan bisa mengkonsolidasikan kerajaannya menjadi sebuah mesin perang, dan kaum bangsawan mungkin akan melengserkan kedudukan Roland dari takhtanya suatu saat nanti.     

Memang benar bahwa negara yang mampu berperang pasti memiliki tingkat populasi yang berpendidikan tinggi.     

"Apa sebutan senjata ini?" Agatha tiba-tiba mengganti topik pembicaraan, "Dahulu, aku ingat kamu menyebutnya sebagai benteng 152 mm …."     

"Namanya Meriam Benteng 152 mm," Roland mengoreksi, "Akan ada pasukan angkatan laut di masa yang akan datang."     

"Jika kamu dapat mempersenjatai tembok kota dengan senjata seperti ini sebelum kedatangan Bulan Merah, kita mungkin dapat menahan serangan iblis. Menurut Kyle, yang aku buat di laboratorium kimia juga merupakan bagian dari senjata meriam, bukan?" Agatha tampaknya sangat bertekad dan melanjutkan, "Aku akan mencoba sekuatnya untuk menghasilkan nitrogen cair dan oksigen cair, asalkan kamu bisa …."     

"Jangan khawatir." Roland mencoba menenangkan Agatha. "Kita pasti akan mengalahkan iblis-iblis itu."     

*******************     

"Apakah hanya ini yang perlu aku lakukan hari ini?" tanya Evelyn sambil mencelupkan jarinya ke dalam anggur kemudian mencicipinya. Rasa pedas anggur ini terasa lebih kuat. Menurut permintaan Yang Mulia, semakin murni White Liquor itu, maka akan semakin enak rasanya. Alkohol terbaik tidak mengandung air, dan setiap tetesnya terasa lembut dan kaya rasa. Meskipun Evelyn merasa White Liquor yang ia buat semakin mirip rasanya dengan yang digambarkan Yang Mulia, ia merasa rasanya malah menjadi semakin tidak enak.     

"Benar, kerja yang bagus." kata Manajer di tempat pembuatan bir sambil memberi label nama pada botol anggur itu. Manajer itu mengangguk pada Evelyn dan berkata, "Ingatlah aku jika kamu hendak menghadap Yang Mulia."     

"Apa kamu yakin bisa … menjual anggur ini?" Evelyn bertanya dengan bingung. Dari pengalaman masa lalunya ketika masih menjalankan bisnis kedai minuman, Evelyn khawatir hanya sedikit orang yang bisa mentolerir rasa yang begitu tajam seperti ini.     

"Anggur ini? Aku tidak tahu apakah anggur ini akan laku terjual," jawab Manajer itu sambil tersenyum, "Tetapi, akan ada seseorang yang datang untuk mengirim minuman keras ini mulai sekarang sampai seterusnya, jadi kupikir pasti masih ada beberapa orang yang menyukai rasanya."     

Evelyn merasa lega. Jika tidak ada orang yang mau minum anggur ini, Yang Mulia tidak hanya gagal, tetapi Evelyn sendiri juga akan merasa tidak berguna … untungnya keadaan ternyata tidak berjalan seperti yang Evelyn pikirkan, dan tampaknya Yang Mulia adalah seorang bangsawan yang benar-benar hebat yang mampu mengetahui selera kaum bangsawan lain dengan sangat baik. Evelyn tersenyum dan berkata, "Kalau begitu aku pamit dulu."     

Evelyn meninggalkan tempat pembuatan bir dan menyeberang ke jalan-jalan yang penuh dengan hembusan angin dingin. Setelah kembali ke istana, Evelyn bisa merasakan udara hangat menyerbu tubuhnya. Suasana di dalam istana ini benar-benar berbeda dari keadaan di luar sana. Evelyn menarik napas dalam-dalam dan melepas mantelnya agar ia bisa lebih merasa hangat.     

Kehidupan yang nyaman seperti ini awalnya tidak pernah terpikir bisa di dapatkan di masa lalu. Setiap musim dingin, Evelyn biasa duduk bersama keluarganya di dekat anglo, atau meringkuk di bawah selimut. "Apa perbedaan antara kehidupan di istana dan Kerajaan Allah yang digembar-gemborkan gereja sebagai musim semi sepanjang tahun? Selain itu, Yang Mulia mengatakan bahwa ia akan mempopulerkan sistem pemanas ke seluruh area perumahan, dan memungkinkan semua rakyatnya untuk tetap hangat selama Bulan Iblis berlangsung." Evelyn tidak tahu berapa banyak jemaat gereja yang telah tiba di Kerajaan Allah, tetapi di sini, para penyihir yang dianggap sebagai jelmaan Iblis, dan warga sipil biasa adalah orang-orang pertama yang menikmati hak istimewa ini. Jika fakta ini sampai ke telinga jemaat gereja, mereka mungkin akan menggertakkan gigi karena merasa iri.     

Yang Mulia Roland benar-benar mampu melakukan segala hal.     

Di seberang lorong, Andrea, Ashes, dan Shavi sedang bermain poker.     

"Aku punya dua kartu delapan!"     

"Aku lewat."     

"Aku punya dua kartu dua! Jadi aku yang menang," Andrea tersenyum bangga dan berkata, "Ashes memiliki kartu paling banyak, totalnya ada enam. Serahkan kartumu untuk ditukar dengan es krim!" Kemudian Andrea berbalik dan melambaikan tangan kepada Evelyn, "Hai, apakah kamu ingin ikut bermain poker dengan kami?"     

Karena penasaran, Evelyn akhirnya bertanya, "Mengapa kita harus menyerahkan kartu untuk mendapatkan es krim?"     

"Itu hanya sebuah taruhan," Ashes mengibaskan tangannya dan berkata, "Siapa pun yang memiliki kartu paling banyak harus menyerahkan es krim yang ia dapat kepada pemenang permainan ini. Apakah kamu ingin mencoba bermain?"     

Evelyn merasa sangat ragu. "Ini adalah kesempatan yang langka bagi Evelyn untuk mengobrol dengan para penyihir tempur. Jika ini di Pulau Tidur, baik Andrea dan Ashes pasti akan selalu berada di samping Lady Tilly, dan mereka pasti tidak akan mengundang Evelyn untuk bergabung dalam permainan mereka secara sukarela. Selain itu, permainan poker ini memang sangat menarik, permainannya memiliki aturan sederhana tetapi banyak variasi permainan yang bisa dimainkan, dan permainan ini juga membutuhkan kerjasama tim. Orang dapat dengan mudah menghabiskan waktu sepanjang hari hanya dengan memainkan permainan ini. Namun …."     

"Hmm, ujian akhir akan segera dilaksanakan. Bukankah kita harus belajar?"     

"Maksudmu ujian pelajaran dasar yang akan diselenggarakan malam ini?" Andrea memonyongkan bibirnya dan berkata, "Ujiannya sangat mudah. Aku mungkin bisa lulus tanpa perlu banyak belajar."     

Dua penyihir lainnya langsung mengangguk setuju mendengar ucapan Andrea.     

Benar juga … Andrea adalah seorang bangsawan, jadi wawasan dan pengetahuannya pasti lebih banyak dari orang biasa. Ashes dan Shavi juga dapat membaca dan menulis. Tampaknya sekarang hanya Evelyn sendiri yang masih tertinggal.     

"Aku … aku mungkin tidak akan ikut bermain," Evelyn ragu-ragu sejenak kemudian berkata, "Lebih baik aku kembali ke kamar dan belajar. Kalian lanjutkan saja permainan kalian."     

Sambil meninggalkan tiga orang penyihir yang tampak sedikit terkejut di belakangnya, Evelyn bergegas pulang ke Gedung Penyihir. Evelyn membuka pintu kamar dan ia melihat Candle sedang duduk di meja di ruang tamu sambil belajar aritmatika.     

"Kamu sudah pulang?" tanya Candle.     

"Iya." Melihat Candle sedang belajar dengan keras, Evelyn merasa lega. "Bagaimana pelajaranmu?"     

"Lumayan. Tetapi Ilmu Pengetahuan Alam dan aritmatika agak sulit dimengerti," jawab Candle sambil tersenyum. "Bagaimana dengan kamu?"     

"Aku juga mengalami kesulitan yang sama," jawab Evelyn sambil mengangguk, "Mari kita tulis semua hal yang tidak kita pahami dan kita tanyakan pada Anna saat makan malam nanti."     

"Kedengarannya boleh juga."     

Menurut Nona Gulir, buku-buku ini ditulis oleh Yang Mulia sendiri, dan isinya berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki Yang Mulia. Jika Evelyn bisa menguasai pelajaran ini, apakah itu berarti ia juga akan memiliki satu bagian dari pengetahuan yang dimiliki Yang Mulia? Evelyn berpikir meskipun ia tidak bisa mengubah kemampuannya sejak lahir, setidaknya ia bisa maju dalam pelajaran dengan cara bekerja keras. Bahkan jika para bangsawan tidak lagi suka minum White Liquor, Evelyn masih bisa bekerja sebagai guru daripada hanya menjadi penyihir yang tidak berguna. Berbekal tujuan ini, kini Evelyn cukup banyak membaca buku pelajarannya dan mempelajari frasa dan persamaan yang sulit kapan pun ia punya waktu luang. Hal ini membuat Evelyn jadi lebih sering berkunjung ke kamar Anna, Gulir dan Wendy untuk bertanya pelajaran yang tidak ia mengerti.     

Evelyn memiliki skor terendah pada ujian tempo hari, tetapi ia yakin kali ini itu tidak akan terjadi lagi.     

"Aku ingin menetapkan tujuan yang dapat aku capai terlebih dahulu — aku ingin melebihi Maggie!" pikir Evelyn.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.