Bebaskan Penyihir Itu

Pengejaran



Pengejaran

2Kilat terbang antara Kota Perbatasan dan Wilayah Selatan, sambil memegang gulungan kertas di tangannya yang sudah hampir terisi semua.     0

Ini adalah tugas baru yang diterima oleh Kilat. Bersama dengan Soraya, Kilat harus menggambar sebuah peta untuk Wilayah Barat.     

Sambil terbang bersama Soraya, ketinggian terbang Kilat berkurang secara signifikan, membuat ia sulit untuk terbang di atas hutan. Pertama-tama Kilat akan melukis garis besar topografi[1], kemudian Soraya akan menggambar gambar yang lebih tepat. Dengan menggunakan pena ajaibnya, peta itu tampak seperti pemandangan dari langit, setiap detail peta itu tampak hidup.     

Kilat berencana untuk kembali ke Kota Perbatasan setelah gulungan kertasnya selesai diisi. Selama berlatih beberapa bulan terakhir, membuat kecepatan terbangnya jauh lebih cepat. Roland mencatat bahwa sekarang Kilat dapat terbang sejauh seratus dua puluh kilometer per jam dengan kecepatan penuh. Pada kecepatan ini, angin kencang yang ditembusnya membuat Kilat kesulitan untuk membuka matanya selagi terbang.     

Kilat pikir ia tidak dapat melakukan apa-apa mengenai tiupan angin kencang yang mengenai matanya. Namun, dua hari yang lalu, Yang Mulia telah memberi Kilat sebuah hadiah, yaitu ikat kepala yang terbuat dari kulit, dengan dua ring tembaga di bagian tengah dan kaca transparan bening yang tertanam di dalam ring tembaga. Selama Kilat mengenakan ikat kepala ini, matanya kebal terhadap angin yang bertiup ke arahnya.     

Yang Mulia menyebut ikat kepala ini sebagai kacamata anti angin, dan kacamata ini dibuat dengan bahan kaca. Yang Mulia mengatakan Kilat tampak seperti Ezreal kecil[2] ketika ia memakai kacamata itu. Kilat tidak mengetahui siapa Ezreal, tetapi ia mengerti bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk menggabungkan ring tembaga dengan lensa kacanya. Sepotong kulit utuh yang memiliki dua lapisan dapat membungkus ring itu dengan kuat mengelilingi ring tembaganya. Kilat tidak perlu merasa khawatir kacamata ini akan menggores kulitnya. Tali pengikatnya juga dirancang agar bisa menyesuaikan kekencangan pengikatnya. Bagaimanapun, kacamata anti angin itu bukan sesuatu yang mudah dibuat.     

Kilat langsung menyukai hadiahnya dan mengenakan kacamata itu di atas kepalanya. Bahkan ketika Kilat tidur ia juga masih memakai kacamata itu. Kilat bisa terbang secepat yang ia mau sekarang, terlepas dari angin kencang yang bertiup di sekelilingnya. Selama Kilat mengenakan kacamata anti anginnya.     

Kilat sudah tiba di Kota Perbatasan, dan ketika ia akan terbang kembali ke istana untuk memberikan petanya kepada Soraya, ia melihat sesuatu dari sudut matanya. Kilat berbalik, dan melihat seekor merpati yang terbang menuju ke Benteng Longsong. Merpati adalah burung yang banyak ditemukan di mana-mana, tetapi burung merpati ini terlihat sangat berbeda. Burung merpati itu sangat gemuk dan tampaknya hanya dengan memakan sayap burung itu saja, Kilat bisa mengenyangkan perutnya sepanjang hari.     

Kilat menelan ludahnya. Kilat teringat kembali ke masa ketika ia masih hidup di pulau itu dan menangkap beberapa ikan dan burung dengan tangan kosong, kemudian memanggangnya di atas api. Sekarang, ia hidup di dalam istana Yang Mulia, meskipun makanannya banyak, makan roti dengan mentega dan sup jamur untuk waktu yang lama, makanan di istana mulai terasa agak membosankan bagi Kilat. Jika Kilat bisa menangkap burung merpati itu untuk dipanggang … Kilat menyentuh bungkusan garam dan merica yang terikat di pinggangnya dan ia membuat keputusan.     

Kilat menyesuaikan arah terbangnya dan langsung menuju ke arah merpati gemuk itu. Merpati itu langsung menyadari kehadiran Kilat. Merpati itu langsung menekuk sayapnya, dan menukik tajam ke bawah, tampaknya merpati itu ingin bersembunyi di dalam hutan, untuk menyelamatkan diri dari pemburu yang mengancam nyawanya.     

Melihat reaksi merpati itu, Kilat merasa terkejut, karena ia tidak menyangka bahwa seekor merpati bisa sepintar itu. Beberapa detik kemudian, Kilat menyeringai. Kilat tiba-tiba berbelok, ia mengikuti merpati itu ke bawah. Sejak Bulan Iblis berakhir, Kilat merasa sangat percaya diri bahwa tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghindari kejarannya.     

Merpati itu mendarat di puncak-puncak pepohonan sebentar, dan kemudian terbang sangat rendah untuk sementara waktu, sampai dekat ke tanah. Namun, jarak antara Kilat dan si burung merpati semakin dekat. Tidak peduli seberapa cepat ia mengepakkan sayapnya, merpati itu tidak bisa menghindari kejaran Kilat.     

Hutan yang lebat sudah mulai terlihat terang, dan matahari bersinar melalui sela-sela ranting. Akhirnya Kilat dan si merpati terbang melintasi lahan terbuka, yang lebih terang benderang. Dengan memanfaatkan kesempatan ini, Kilat meningkatkan laju kecepatannya, ia meraih merpati itu dari belakang dan mereka terguling-guling ke tanah.     

Tidak peduli seberapa keras merpati itu berusaha melarikan diri, merpati itu tidak dapat melarikan diri. Kilat mengambil pisau dari pinggangnya dan bersiap untuk membunuh mangsanya. Saat itu, merpati itu tiba-tiba berteriak, "Hentikan …! Tolong …. !"     

Kilat merasa sangat terkejut sehingga pisaunya hampir terlempar. Kilat langsung mengerti dan bertanya, "Apakah kamu seorang penyihir?"     

Burung merpati itu menganggukkan kepalanya berkali-kali sebagai jawabannya.     

"Aku pikir aku bisa mendapatkan makanan yang sedikit berbeda hari ini." Kilat menghela napas dengan perasaan menyesal, sambil meletakkan pisaunya. "Namaku Kilat, siapa namamu?"     

Merpati itu membesar dan menggembung dan secara ajaib berubah bentuk menjadi manusia. "Namaku Maggie. Beraninya kamu mencoba memakan aku!" kata Maggie sambil mengeluh.     

"Aku sudah makan cukup banyak sebelumnya." Kilat mengangkat bahu dan mengulurkan tangannya untuk membantu Maggie berdiri. Tiba-tiba, sebuah gelang manik-manik keluar dari bawah lengan bajunya dan jatuh ke tanah, dan jatuh ke dalam genangan air. Kilat mengambil gelang manik-manik itu, dan mengembalikannya kepada Maggie. Kilat memperhatikan bahwa gelang manik-manik berwarna merah bening itu diukir dengan serangkaian tanda aneh dan terlihat sangat familiar baginya.     

Kilat mengerutkan kening dan berpikir sejenak, kemudian ia menggenggam kalung yang ada di lehernya, dan perlahan-lahan menarik liontin berwarna merah gelap dari dadanya. Kilat menempatkan bandul itu berdampingan, dan menyadari bahwa pola yang terukir pada kalungnya dan gelang Maggie ternyata sama persis.     

"Apa?" Maggie yang sedang melihat apa yang dilakukan Kilat juga merasa terkejut dan ia bertanya, "Kamu juga memiliki alat pelacak?"     

"Alat pelacak? Apa itu?"     

"Kamu tidak tahu alat pelacak? Alat pelacak itu bisa merespon batu ajaib, memungkinkan seorang pemilik batu ajaib untuk menemukan posisi di mana kamu berada," Maggie tiba-tiba berhenti bicara dan berkata, "Tidak! Aku seharusnya tidak memberitahukanmu hal ini. Kamu baru saja hampir memakan aku!"     

"Apakah kamu memiliki batu ajaib itu?"     

"Benar. Tidak!" jawab Maggie sambil menggelengkan kepalanya.     

"Jadi, kamu bisa melacak posisiku?" Kilat bertanya dengan penasaran.     

"Tidak, aku tidak bisa melacak posisimu. Batu ajaib itu hanya bisa melacak simbol pelacak yang mengeluarkan respon," jawab Maggie, "Dan hanya kami para penyihir yang bisa menggunakannya. Jika kamu tidak mengetahui kegunaan alat pelacak ini, bagaimana kamu bisa mendapatkan milikmu?"     

"Ayahku memberikan ini kepadaku." Kilat mengembalikan gelang manik-manik itu kepada Maggie dan bertanya, "Bagaimana kamu mendapatkan milikmu?"     

"Itu rahasia." Maggie memasang mimik keberatan kemudian ia menatap Kilat sambil merasa ingin tahu. "Kamu berasal dari Asosiasi Persatuan Penyihir, bukan? Ashes mengatakan bahwa kalian tidak ingin meninggalkan Kota Perbatasan."     

"Kamu berada di pihaknya?" Kilat mengerutkan bibirnya dengan pandangan menghina. "Aku pikir kamu adalah penyihir yang baru datang ke kota ini, karena mendengar rumor itu. Kami memiliki kehidupan yang baik di kota ini. Mengapa kami harus ikut dengan kalian?"     

"Karena di sini berbahaya. Gereja bisa datang kapan saja dengan membawa seluruh pasukan mereka."     

"Seorang penjelajah tidak takut dengan bahaya." Kilat tersipu ketika ia menyebutkan kalimat ini. Menara Batu di Hutan Berkabut tidak termasuk dalam hitungan Kilat. Hanya masalah waktu sebelum Kilat mengunjungi reruntuhan itu lagi, dan pada saat itu ia akan memasuki ruang bawah tanah. "Ditambah lagi, Yang Mulia Roland Wimbledon memiliki beberapa penemuan yang luar biasa. Begitu kamu melihatnya, kamu akan mengerti. Kami dapat mengubah bola seukuran kepalan tangan menjadi sebuah senjata, dan ketika seseorang terkena peluru itu, mereka akan hancur berkeping-keping."     

"Benarkah? Apakah kamu bisa membawa aku untuk melihat barang-barang yang luar biasa itu?" Maggie berseru.     

"Tidak. Kamu tidak diizinkan untuk melihat semua hal itu kecuali kamu bergabung dengan Asosiasi dan menjadi salah satu anggota kami."     

"Tetapi aku harus kembali bersama Ashes," kata Maggie dengan ragu.     

"Kalau begitu kamu bisa kembali lagi nanti," Kilat melanjutkan membujuk Maggie, "Di sini ada banyak hal menarik. Kami memiliki mesin yang bisa bergerak sendiri menggunakan air panas, dan ada juga senjata yang dapat menyerang musuh sejauh satu kilometer. Eh, apakah kamu tahu seberapa jauh satu kilometer itu? Itu jarak yang cukup jauh, jika kamu melihat orang-orang dari jarak satu kilometer, dan mereka akan terlihat seperti seukuran cabang pohon." Kilat berbicara sambil membuat banyak gerakan tangan dan kaki. "Ada tempat-tempat dan hal-hal yang lebih menarik untuk dilakukan di dalam Hutan Berkabut. Hal-hal seperti menyodok sarang lebah, mengumpulkan begitu banyak jamur sehingga kamu bahkan tidak bisa menghitung semuanya, dan berburu burung dan babi hutan yang sangat menyenangkan. Daging hewan-hewan itu sangat lezat jika kamu memanggangnya di atas api unggun hanya dengan bertabur garam dan merica."     

"Begitukah?" Maggie tidak bisa menahan diri untuk tidak menjilat bibirnya.     

"Tentu saja. Untuk apa aku berbohong kepadamu?" Kilat mengalungkan lengannya ke bahu Maggie. "Bagaimana kalau kita berburu burung dan memanggangnya, ayo kita lakukan sekarang juga!"     

[1] Gambar bentuk permukaan bumi     

[2] Nama salah satu tokoh animasi jepang     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.