Hasrat Wanita Bayaran

Jangan pergi dariku Choon-hee



Jangan pergi dariku Choon-hee

0Edwards POV     
0

aku memarkirkan mobil di depan Mansion, belum mau turun. aku memilih untuk diam sebentar dan mengingat lagi masa-masa dimana Violet pernah sangat menghargai diriku dulu sekali. saat perkenalan pertama mereka, saat cinta itu pertama kali tumbuh.     

Tapi mengapa sekarang? Mengapa sangat sulit sekali mendapatkan apa yang aku nginkan?. Aku tidak mau membuat suasana semakin kacau, apalagi membuat Violet dalam bahaya seperti sekarang. tapi bagaimana lagi? Violet yang memulai semua ini, dia yang tidak mau menerima semuanya.     

Apa susahnya dia menerima saja diriku, memberikan keturunan untukku dan semuanya akan baik-baik saja. Hanya itu yang perlu dia lakukan, wataknya terlalu egois. Dia terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan, membuatnya jadi merasa seperti Ratu.     

Aku menghela nafas sekali lagi, ketika aku melihat di depan pintu Choon-hee sudah berdiri menunggu diriku. Dia manis sekali, sikapnya yang penuh perhatian dan begitu menarik.     

Dia tetap terdiam di depan pintu, memegang susu hangat dan selimut tebal. apa yang dia tunggu? Diriku?     

Aku tersenyum kecil, melihat bagaimana wajah polos Choon-hee membuat moodku jadi membaik lagi. aku membuka pintu mobil dan keluar dari sana, Choon-hee lagi berlari pelan dan Berdiri di depanku.     

"Kau sudah pulang, aku tidak bisa tidur. aku menunggumu sejak tadi, saat mendengar suara mobilmu. aku langsung membuatkan susu hangat dan kemari, kau mau?." Tanyanya begitu lembut, bagaimana bisa dia berkata bahwa suara mobilku yang halus ini terdengar sampai ke kamar?     

Dia sedang berbohong, aku rasa dia memang menunggu diriku sejak tadi dan Langsung berlari ketika melihatku datang. lihat saja keringat dingin di keningnya, dan nafasnya yang tidak beraturan.     

Aku mengelus lembut puncak kepalanya, lalu mencium keningnya dengan sayang. "Aku mau minum susu, Ayo masuk. di luar dingin sekali." Kataku padanya.     

"Ini selimutnya, aku sengaja membawakan untuk dirimu. Pakailah." Choon-hee lagi-lagi Memperhatikan diriku, aku tentu saja tidak menolak. aku mengambil selimut darinya dan melebarkan sedikit untuk menyelimuti tubuh kita berdua.     

Dia dia beberapa saat, matanya yang indah menatap mataku. senyumnya yang manis Tersenyum kecil ke arahku. Bibirnya yang begitu kecil membuatku langsung terlena, bagaimana bisa wanita biasa sepertinya membuatku mudah terlena? keindahan yang dia berikan begitu sempurna. tidak salah saat aku membelanya di depan Violet tadi, Bahwa Choon-hee memang berbeda. dia terlalu berbeda dari wanita kebanyakan di luar sana.     

Seandainya saja dunia tidak kejam padanya, aku rasa dia akan menjadi wanita paling cerdas dan anggun. dia akan punya pekerjaan yang baik dan hidupnya di keliling oleh orang-orang yang baik juga.     

"Ayo.." Suaranya serak, Dia menggandeng lenganku. dan sebelah tangannya masih memegang segelas susu, yang aku rasa sudah tidak lagi hangat.     

Aku mengangguk dan kami berdua masuk ke dalam, Ada beberapa pelayan yang menyambut kami. Tapi aku tidak butuh mereka lagi, Karena apa yang aku butuhkan sudah di sediakan oleh wanitaku. ya.. sekarang dia wanitaku, hanya milikku. tidak ada yang boleh menyewanya lagi, tidak sampai aku benar-benar merasa dia tidak...     

ah.. apa yang aku pikirkan? Bagaimana bisa aku berpikir bahwa ada saatnya dia tidak berguna? saat ini saja aku tidak punya alasan kuat kenapa dia sangat berguna, aku hanya sedang kesepian saja kan? Dia hadir membawa banyak perhatian. hal yang sangat aku butuhkan, jadi? Apakah ini yang di namakan begitu berguna?     

Memangnya wanita mana lagi yang bisa memberikan semua hal yang aku butuhkan? Aku sudah menemui banyak wanita di luar sana, mereka hanya membutuhkan uangku saja. sebenarnya.. Choon-hee juga merupakan wanita yang sama, dia butuh uangku saja. Tapi entah kenapa, aku tidak merasa sakit hati Mengetahui hal itu. sebab apa yang dia lakukan, semuanya terasa sempurna dan murni dari hatinya.     

Kaki menaiki lift untuk naik ke lantai atas, ketika sudah sampai. Choon-hee berjalan lebih dulu, dia membuka pintu kamar untukku, lalu dia tersenyum lagi.     

Kami masuk bersama, dia begitu sigap. Dia mulai mengambilkan baju tidur untukku dan juga sudah menyiapkan air hangat. "Kau mau mandi kan? Air hangatnya sudah aku siapkan. tadi aku tanya pada Nyonya Douglas, apa yang biasa kau pakai saat mandi. Katanya semuanya sudah tersedia di kamar mandi yang kau punya, jadi aku tidak menyiapkan apa-apa lagi." Dia berkata sangat santai, mengambilkan handuk untukku dan memberikannya padaku.     

Aku menarik tangannya dan menyuruhnya untuk duduk sebentar, Aku mengambil susu hangat yang memang sudah dingin dari tangannya. Meminumnya hingga habis, rasanya sama saja seperti susu yang biasa aku minum. hanya saja kali ini sensasi yang tercipta jauh lebih manis.     

"Kenapa?." Dia bertanya padaku, tapi aku hanya menggelengkan kepalaku saja.     

"Aku senang dengan semua yang aku berikan, maksudku. semua perhatian darimu, bisakah aku terus mendapatkan semua ini? Jangan pernah pergi dan meninggalkan diriku, tanpa aku suruh. maukah?." Aku bertanya dengan nada serius padanya, entah kenapa aku bisa bertanya hal seperti ini.     

Tapi aku benar-benar takut, aku takut Bahwa apa yang terjadi padaku dan Violet hari ini. akan terjadi juga pada Choon-hee suatu hari nanti, bagaimana dengan semua keadaan yang sudah terlanjur nyaman ini?     

"Aku tidak akan pergi sebelum kau suruh pergi, kau yang membawaku ke kehidupanmu. Maka kau yang harus mengeluarkan aku sendiri, dari kehidupanmu. Aku ini duduk disini, karena permintaan darimu. aku menatap matamu disini, Karena keinginan darimu. Aku bisa melakukan apa saja, sesuai yang kau minta. Kau Tuanku, seorang Pria yang begitu manis memperlakukan wanita bayaran sepertiku. Aku tidak hanya di perlakuan seperti Boneka, tapi kau Memperlakukan diriku dengan layak. Jangan pernah merasa takut, aku disini. Tuan Edwards." Choon-hee memegang pipiku, lalu dia mengecup bibirku perlahan.     

Gelas yang tadinya aku pegang, sekarang aku taruh saja di atas lantai. Aku ikut memegang kedua pipinya dan kami berciuman cukup lama, ciuman itu saja sudah cukup membuatku tenang. Ciuman itu saja sudah cukup membuatku paham Bahwa Choon-hee akan selalu disini.     

Choon-hee melepaskan ciumannya dariku, lalu dia mengecup punggung tanganku dengan begitu lembut. "Tuan, Bagaimana jika aku hamil?." Satu pertanyaan dari Choon-hee membuatku terdiam, hamil? Bagaimana bisa dia hamil?     

Aku menutup mataku sebentar, lalu membukanya lagi. aku lupa, aku membuang benih langsung ke rahimnya. Tapi? apakah dia tidak memakai alat kontrasepsi?     

"Hamil? Kau tidak memakai alat kontrasepsi?." Pertanyaan di kepalaku, langsung aku ajukan pada Choon-hee.     

Dan dia langsung menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, kenapa memangnya? Apakah kau tidak mau aku hamil? tidak masalah kalau begitu, aku bisa langsung mengugurkan kandunganku. saat aku ternyata hamil nanti, tenang saja Tuan. Ini sudah biasa di duniaku." Choon-hee memegang tanganku, dia tidak terlihat sedih sama sekali saat mengatakan hal itu.     

Tapi tidak denganku, aku..? Aku memang butuh anak, aku butuh anak untuk menyelesaikan semua masalah dalam hidupku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.