Hasrat Wanita Bayaran

permintaan Edwards



permintaan Edwards

0Aku sudah kembali ke dalam kamar dan menutupnya dengan kencang, aku menguncinya dari dalam dan berusaha untuk menetralkan detak jantungku yang sudah berlarian tidak karuan.     
0

"Kau sedang apa?."     

"Astaga!!!." Aku berteriak kencang, saat aku mendengar suara Edwards yang sudah tiba-tiba ada di dalam kamar. aku Melihatnya yang baru saja mandi, aku sampai memegang jantungku Dengan perlahan karena Edwards yang menegur diriku secara tiba-tiba.     

"Kau sedang apa? seperti melihat hantu saja." Ujar Edwards sekali lagi, dia sudah membuka lemari untuk mengambil baju, aku lebih dulu berjalan ke arahnya dan mengambilkan kaus dan juga celana pendek. Lalu memberikan pada Edwards. dia masih menatap mataku dengan lekat, menunggu aku menjawab apa yang dia tanyakan.     

"Apakah di kamar ini masih ada kamera pengintai?." Tanyaku pelan sambil melihat ke Beberapa arah.     

"Aku sudah mencopot semuanya, dan memasang alat lain untuk mencari tau apakah ada kamera pengintai di kamar ini, kau tenang saja." Edwards sudah Memakai bajunya dan mengganti celana, lalu dia memegang kedua pipiku dengan gemas. Dia tersenyum dengan manis, mencium keningku perlahan. aku dapat merasakan kehangatan dari semua yang dia lakukan.     

Entah bagaimana ceritanya dia bisa jadi sangat manis, padahal tadi dia masih begitu Bersedih dan sangat pendiam. "Katakan, jika kau mau mengatakan sesuatu. ada apa?." Tanya Edwards, dia menggandeng tanganku dan kami duduk bersama di atas ranjang. Langit sudah semakin Sore, membuatku merasa sedikit nyaman dengan posisi dan suasana seperti ini.     

"Aku tadi mendengar pembicaraan Nyonya Anne dengan seorang dokter, dan aku merasa mereka sedang merencanakan sesuatu. karena mereka Ternyata yang membuat Tuan Brandon sakit." Aku bicara jujur pada Edwards, melihat reaksinya yang Hanya diam saja. Aku jadi merasa bahwa Edwards saat ini tidak percaya dengan apa yang aku katakan.     

apakah Edwards begini karena sangat percaya pada Ibunya? jadi apa yang aku katakan pasti hanya sebuah gurauan baginya     

"Aku bicara jujur, aku benar-benar mendengar Bahwa Nyonya Anne merencanakan sesuatu pada ayahmu. Apakah kau tidak mau berbuat sesuatu?." Tanyaku lagi, aku melihat ke arah wajahnya yang masih saja bersikap datar dan hanya memandangi lantai tanpa mengeluarkan suara apapun.     

"Edwards? Apakah kau mendengar apa yang aku bicarakan?." aku mulai bertanya lagi, melihat bagaimana Edwards yang tidak memberikan reaksi apapun.     

"Jangan terlalu ikut campur urusan yang memang bukan urusan bagimu, kau tau kenapa? itu bisa saja membunuh dirimu secara tidak langsung. Memangnya selama ini aku tidak tau siapa yang benar-benar jahat di Mansion ini? aku tau, tapi aku bungkam dan menunggu semuanya agar bisa Menghancurkan mereka hingga habis dan tidak tersisa lagi. Jadi mulai sekarang, berpura-pura saja tidak mengerti apa apa jika kau mau hidup tenang." Edwards memegang tanganku lalu mengecupnya dengan Lembut.     

"Apa maksudku Edwards?." Tanyaku tidak mengerti.     

"Aku bisa hidup bertahun-tahun disini karena diam dan berpura-pura tidak tau apa yang terjadi dan menjadi orang bodoh, aku lakukan semua itu untuk menunggu. menunggu sampai aku bisa membunuh mereka semua, orang-orang yang menyebabkan ibuku meninggal dunia." Edwards mengeluarkan air matanya, dia terlihat sangat menderita. apalagi saat dia menceritakan apa yang aku dengar saat ini. jadi Edwards memang tau semuanya?     

Bagaimana bisa dia hidup bertahun-tahun di rumah yang terasa seperti neraka begini? dia tau bahwa ibunya di bunuh, oleh siapa? apakah Nyonya Anne? sudah pasti. siapa lagi ular di Mansion ini yang begitu berbisa dan sangat lincah?.     

"Edwards, maafkan aku. aku tidak bermaksud apapun, aku tidak bermaksud membuka luka lama di hatimu. aku benar-benar tidak tau apa-apa." Kataku sedikit merasa bersalah, lalu mulai Memeluknya dari samping. aku merasakan kehangatan yang terasa dari kulit tubuhnya yang beraroma sabun. aku semakin erat mendekatkan tubuhku di tubuhnya, memastikan Edwards tidak marah padaku sama Sekali.     

"Tidak masalah, aku hanya mau memperingatkan dirimu saja. Jangan sampai kau masuk terlalu jauh pada permasalahan di Mansion ini. Aku Mungkin tidak pernah mengatakan padamu Tentang apa yang terjadi disini. tapi aku berharap kau jangan terlalu ikut campur Ya? aku hanya takut kau Terluka dan..." Edwards berhenti bicara, dia memandang lagi wajahku lalu Menghela nafas panjang. "Dan kau bisa terbunuh seperti Nenek Lecy." Katanya lagi.     

Aku terdiam mendengar apa yang Edwards katakan, jadi Edwards sebenarnya sudah tau siapa yang membunuh Nenek Lecy? tapi kenapa Edwards berpura-pura tidak tau? apakah dia benar-benar takut mati? padahal dia punya banyak orang yang bisa membantunya untuk membunuh Nyonya Anne, Tapi kenapa? kenapa Edwards masih diam dan terlihat tenang begini?     

"Edwards, apakah kau benar-benar sangat takut pada Nyonya Anne? padahal kau memiliki Hak dan Kekuasaan atas nama Keluarga Douglas. Kau bisa menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh nyonya Anne. Tapi kenapa?." Tanyaku dengan suara yang hampir Berbisik takut, aku hanya takut Edwards akan merasa tersinggung dengan Pertanyaan yang aku ajukan.     

"Aku bukan takut, aku hanya menunggu waktu yang tepat. buah yang telah masak akan lebih manis untuk di makan, untuk mendapatkan rasa manis itu kita harus menunggu hingga sangat lama dan butuh waktu. itu kenapa aku merasa bahwa menunggu lebih baik daripada melakukan semuanya secara terburu-buru." Edwards bangun dari tempat duduknya dan mulai berjalan ke arah balkon kamar.     

dia menatap langit sore yang begitu terang, gradasi oranye yang terlihat sore ini memang membuat suasana jadi lebih hening dan terasa lembab. Aku melihat bagaimana tubuh belakang Edwards begitu kokoh dan sangat indah. aku memilih untuk bangun lalu Memeluknya dari belakang, aku hanya ingin merasakan keindahan tubuh itu sendiri saja. aku mau Memeluknya hingga aku bosan, tapi kapan aku bisa bosan memeluk Edwards? rasa-rasanya aku akan terus memeluknya tanpa lelah..     

"Langit sore ini begitu indah, biarkan aku memeluk dirimu dengan nyaman dan seperti ini terus. kita akan Singkirkan lebih dulu semua permasalahan yang terjadi saat ini, aku mau berdua dengan dirimu lebih lama." kataku pada Edwards, dia mengelus tanganku yang sudah memegang perutnya dengan erat. aku mencium beberapa kali pundaknya, kami berdiri cukup lama. Hanya terdiam dan saling memberikan kehangatan satu sama lain.     

"apapun yang kau mau, aku akan mencoba memberikan Semuanya. Jangan pernah takut untuk meminta, karena kau sudah memberikan banyak hal padaku Choon-hee." Suaranya begitu lembut mengalun di telingaku, aku tersenyum kecil mendengar apa yang dia katakan. semuanya terasa begitu indah di telingaku. aku benar-benar ingin selalu berada di dekat Edwards, seperti ini hingga kami tua nanti. tapi apakah bisa?.     

Mengingat aku dan Edwards memiliki banyak halangan untuk bisa selalu bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.