Hasrat Wanita Bayaran

Keromantisan di pagi hari



Keromantisan di pagi hari

0Keesokan paginya Aku sudah terbangun dengan baik, kepalaku terasa berputar karena melihat cahaya mentari yang begitu terik. aroma kopi dan juga parfum cukup familiar di penciumanku, aku menengok ke samping dan benar saja ada Edwards yang duduk tenang sambil meminum kopinya.     
0

Dia duduk di salah satu sofa dekat Tempat tidur, matanya menatap ke arahku dengan seksama. "Pagi sayang, apakah aku kesiangan? kau sudah rapih mau berangkat kerja begitu." aku bangun dari tempat tidur dan merenggangkan sebentar otot-otot tubuhku yang terasa begitu kaku. melihat Edwards yang masih diam saja, dia meminum kopi ditemani roti manis yang Aromannya sangat enak.     

"Kau kenapa? Apakah aku melakukan kesalahan?." Tanyaku, saat melihat tatapan matanya yang begitu aneh pagi ini.     

"Katakan, darimana kau Semalam?." Tanya Edwards, aku yang di tanya seperti itu langsung mengingat apa yang aku lakukan semalam.     

"Semalam? Aku pergi keluar, mencari udara segar dan makan di pinggir jalan. ada apa? ahh, aku lupa memberitahu dirimu kalau aku pergi ke luar. maafkan aku, karena memang aku cukup bosan di kamar saja. jadi aku pergi ke luar sementara untuk menenangkan pikiran." Aku duduk di pangkuan Edwards, dia menaruh gelas kopinya lalu memeluk diriku dengan erat. padahal aku belum mandi dan dia sudah rapih dengan setelan jas kerja berwarna biru Dongker. rambutnya di tata dengan rapih dan tubuhnya sangat-sangat harum. aku sampai mengecup lehernya dan menjilat sedikit kulit Edwards.     

"Apakah kau bertemu laki-laki?." Tanya Edwards lagi, aku yang mendengar kata laki-laki langsung melepaskan pelukan itu dan menatap mata Edwards yang sudah menunggu jawaban dariku.     

"Ya, aku tidak sengaja bertemu dengan Dokter Zurich. Jadi kami berbicara beberapa hal, tentang kesehatanmu. kenapa? Kau tau darimana aku bertemu laki-laki?." Tanyaku sedikit bingung, namun Edwards hanya menggelengkan kepalanya saja lalu menghela nafas pelan. terlihat dia lega akan sesuatu, aku yang melihat sikap anehnya hanya diam saja.     

Tak lama Edwards mencium bibirku perlahan, dia menatap dalam ke arah mataku. "Lain kali jangan keluar sendirian ya? Minta aku untuk menemani dirimu, jika memang kau bosan di kamar sendirian. apa perlu aku berikan Asisten pribadi seorang perempuan?. agar jika aku tidak bersama dengan dirimu, kau bisa mengobrol banyak hal dengannya. dia juga bisa mengajak dirimu keluar dan menjaga dirimu. aku cukup khawatir kau keluar malam-malam dan bertemu lelaki lain." Edwards berkata jujur, dia mengatakan tentang isi Hatinya yang cukup resah.     

Aku yang mendengar hal itu langsung Tersenyum dan mengangguk mengiyakan, aku mengecup sekali lagi Bibirnya dan mengelus lembut pipinya yang disekitar rahang sudah tumbuh bulu-bulu halus. dan hal itu membuat Edwards semakin tampan saja.     

"Baiklah, Apapun yang kau berikan padaku. aku akan terima dengan baik, aku memang butuh teman. Carikan yang bisa di ajak mengobrol dan Tidak sombong." Kataku sambil tertawa.     

"Pasti, aku akan berangkat kerja sekarang. Ini sudah lewat dari jam sarapan, kau tidur sangat nyenyak. Violet sudah berangkat kerja lebih dulu, apakah kau mau aku temani sarapan? aku masih punya cukup waktu sebelum jam makan siang, karena aku ada rapat penting nantinya. bagaimana?." Pertanyaan dari Edwards Membuatku mengangguk sekali lagi.     

"Berikan aku ciuman panas lebih dulu." Kataku, tanpa menunggu dia menjawab. aku sudah lebih dulu mencium Edwards dengan sangat lembut, mengecap setiap rasa bibirnya dan menjelajahi rongga mulutnya, dia sempat tersenyum kecil di balik ciuman kami. aku yang melihat senyum itu langsung melepaskan ciuman kami dan mengelap sudut Bibirnya.     

"Kenapa kau Tertawa?." Tanyaku Bingung.     

"Rasa mulutmu, seperti rasa mie pedas." Edwards tertawa pelan ketika menyatakan hal tersebut, aku yang mendengar ucapan darinya langsung mendelik kaget. aku lupa Bahwa Semalam memang aku makan mie dan jajanan Korea.     

"Apakah rasanya tidak enak? kalau begitu aku sikat gigi lebih dulu." aku sudah ingin bangun dari pangkuan Edwards, tapi dia lebih dulu menarik tanganku dan mengurung diriku hingga tidak bisa kemana-mana.     

Tangannya yang besar sudah merapihkan anak-anak rambut yang ada di sisi wajahku, lalu dia mengecup kembali bibirku. "Aku suka apapun rasa bibirmu, kau sudah Seperti candu bagiku." ucapan Edwards langsung membuatku tersipu malu.     

Matanya sangat dalam, dia mencium pipiku, bibirku, keningku, hidungku, hingga ke leherku. mengecup semua itu secara berkali-kali hingga aku tertawa kegelian.     

"Edwards, jangan begini! Aku bau tau! belum mandi." Ujarku malu, namun dia malah memeluk diriku dengan gemas. dia ini kenapa sih? jadi manja begini, padahal ini masih pagi dan seharusnya jika di pagi hari begini seorang istri hamil yang manja pada suaminya.     

"Kau tetap harum untuk aku cium, aku suka sekali aroma tubuhmu di pagi hari. entah kenapa terasa khas dan unik." Ucapannya tentu saja membuat diriku tertawa sekali lagi, aku memukul gemas lengannya dan memeluknya kembali.     

"Seharusnya ibu hamil sepertiku yang manja, kenapa sekarang malah kau yang manja. Apakah anak kita laki-laki? Karena ayahnya yang manja." Kataku menebak-nebak.     

"Mana ada yang seperti itu? Jenis kelamin memangnya bisa di prediksi dari siapa yang manja?." Tanya Edwards yang sepertinya tidak setuju dengan apa yang aku katakan.     

"Aku juga tidak tau, hanya menebak-nebak saja. memangnya kau mau anak kita laki-laki atau perempuan?." Tanyaku, setelah sekian lama dengan Edwards. baru kali ini aku berani bertanya jenis kelamin anak yang dia inginkan.     

"Aku suka apa saja, perempuan atau laki-laki sama bagiku. yang penting ibu dan anaknya sehat, kita bisa membuat banyak bayi. jadi kita bisa mendapatkan banyak anak laki-laki dan anak perempuan." Ucapan Edwards terdengar mesum di telingaku.     

"Ish!! Kau pikir melahirkan bayi itu mudah, kelaminku akan di sobek untuk mengeluarkan kepala anak kita. dan aku yakin rasanya pasti sakit sekali, Tapi jika kau memang mau punya banyak anak. aku siap melahirkannya." Aku tersenyum manis ke arahnya, lalu mencium keningnya cukup lama. dia memejamkan mata dan menikmati ciuman yang aku Berikan. aku juga mengelus pipinya, lalu memberikan kecupan-kecupan kecil di sekitar wajah Edwards.     

Tak lama dia membuka matanya lagi, kami berpandangan cukup lama. "Kalau memang seperti itu, maka aku akan menerima saja berapapun anak yang kau berikan. satu, dua, tiga, empat. laki-laki atau perempuan, semuanya tidak masalah bagiku. aku hanya ingin kau baik-baik saja dan Bahagia. lalu kita juga bisa mengajak mereka Berlibur kemanapun yang kau mau." Edwards memang pandai dalam berkata-kata, saat ini aku sudah terharu karena mendengar suara dan ucapannya yang sangat indah.     

kapan lagi aku punya suami yang begitu sempurna seperti Edwards? Edwards begitu indah dan luar biasa. aku mencintai dia dan segala yang ada di Dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.