Hasrat Wanita Bayaran

Bertengkar dengan menghina



Bertengkar dengan menghina

0"Choon-hee yang membawa banyak malapetaka! dia yang keguguran, tapi kau malah menyalahkan kami!!! kau dan anakmu sama-sama pelacur murahan! rasanya tidak pantas kalian berada di Dunia ini." Violet menimpali dengan ucapan kasar, membuat Choon-hee langsung Melotot tidak terima. Dia merasa ibunya tidak salah apa-apa, tapi kenapa malah di hina begini?.     
0

"Kau juga Pelacur! kau dan ibu mertuamu sama-sama Pelacur murahan, Kalian hanya menikah demi harta saja. Ckckckck! memalukan." Ucap Nyonya Berenice sekali lagi     

"Lancang!!!! jaga ucapanmu Nyonya Berenice! memangnya aku tidak tau bagaimana kau bisa mendapatkan semua ini? kau bahkan mengemis dengan menjual tubuhmu ke suamimu sendiri! dasar pelacur murahan!!!". semua orang yang mendengar itu merasa sangat sakit hati, terutama Choon-hee yang sudah sadar dari pingsannya.     

Ibunya dihina sebagai pelacur? apakah serendah itu ibunya Dimata Nyonya Anne? Choon-hee dapat melihat ibunya sudah menangis dan dipeluk oleh Zurich. Zurich? entah bagaimana lelaki itu bisa ada disini. Choon-hee merasa bingung dengan semua hal yang terjadi dengan cepat.     

Harga Dirinya merasa dinodai karena di hina seperti sekarang.     

"Ahhh ternyata anak dan ibu sama-sama menjual diri agar bisa menjadi seorang Nyonya?. UPS!." Violet mencoba untuk menimpali keadaan yang memang sudah panas itu.     

"Mommy?". kata Choon-hee pelan, air matanya sudah kembali turun dengan deras. membuat semua orang disana langsung menengok dan memandang ke arah Choon-hee. Edwards langsung memegang tangan istrinya dan menciumnya dengan sayang.     

"Kau merasa lebih baik sayang? apa ada yang terasa sakit?". kata Edwards bertanya dengan nada khawatir.     

"Aku tidak baik, aku sakit, aku terhina, aku kecewa, karena kalian sangat jelas menghina Mommy tanpa belas kasihan sama sekali. kenapa kalian jahat sekali? ibuku datang kemari karena merasa khawatir aku keguguran. kenapa? kenapa kalian malah menghinanya? Edwards? kenapa kau tidak membela aku atau ibuku?." Tanya Reista yang sudah memandang wajah Edwards dengan pandangan kebencian.     

"Nyonya Anne boleh menghinaku, memaki keluargaku yang tidak ada bandingnya dengan keluarga kalian. tapi tolong jangan hina Mommyku didepan banyak orang, merendahkan dia dan merasa kau paling sempurna. benar kata Mommy, kesombongan dan keangkuhan kalian membawa banyak masalah dalam hidupku dan keluargaku. apa kalian tidak sadar hal itu? kalian tidak sadar bahwa saat ini sumber masalah adalah di dalam diri kalian?". kata Choon-hee lagi.     

"Choon-hee tenanglah". Edwards menimpali dengan suara pelan.     

"Tenang kau bilang!? Tenang saat anakku mati? tenang saat Mommymu menghina Mommyku? apakah kalian puas sekarang? kau puas Edwards? kau puas saat anak kita harus mati? Karena apa? karena kau tidak becus sebagai kepala rumah tangga! kau terlalu lemah!!! dan keluargamu terlalu serakah!!." teriakan Choon-hee yang sudah memenuhi ruangan ini. di balik rasa sedih atas kehilangan, dan rasa kesal karena di hina. amarahnya yang telah lama di pupuk sekarang merekah dengan cepat.     

"Lancang!!!". Plaaakkk.....     

Satu tamparan dilayangkan oleh nyonya Anne kepada Choon-hee, membuat semua orang terkaget saat itu juga.     

"Nyonya Anne!!!". teriak Zurich yang sudah tidak tahan saat Choon-hee diperlakukan seperti binatang.     

"Apa!? kau berani berteriak di depanku!?". Nyonya Anne menantang Zurich dengan mata yang memerah kesal.     

"Nyonya benar benar kelewatan, apa maksud nyonya dengan semua ini? apakah nyonya tidak kasihan padanya? dia baru saja kehilangan bayinya! calon cucu nyonya, seharusnya nyonya mencari dalang di balik Ini semua! bukan malah menyakitinya!." kata Zurich yang menahan diri untuk tidak menampar balik nyonya Anne, pantang bagi Zurich memperlakukan wanita dengan kasar. Tapi nyonya Anne benar benar sudah kelewat batas.     

"Berteriak sekali lagi dan kepalamu kupastikan hilang!!". kata Nyonya Anne sudah menekan omongannya agar Zurich berhenti dari bicaranya itu.     

Zurich menggertakkan giginya dan meninju tembok dengan kasar.     

"Sudahlah, jangan kau habiskan tenagamu untuk meladeni pikiran mereka yang bodoh itu. mereka terlalu buta untuk melihat kenyataan yang ada, Kau tidak perlu takut pada mereka. setelah ini kita tidak perlu berhubungan apa apa lagi dengan keluarga mereka". Choon-hee sengaja berucap mengejek, Edwards yang mendengar hal itu tentu saja merasa bingung.     

"kenapa? jangan berkata hal-hal aneh lebih dulu sayang. kau harus banyak beristirahat." Ucap Edwards pelan, Choon-hee yang mendengar hal itu hanya tertawa pelan. Bagaimana Edwards masih tetap tenang disaat kondisi sudah sangat panas begini? kenapa Edwards bisa diam saja? saat istrinya di katakan Pelacur? saat anak mereka meninggal dunia? kenapa? kenapa Choon-hee merasa Edwards tidak merasa sedih sama sekali? Choon-hee benar-benar merasa kecewa pada Edwards. dengan sikapnya itu..     

"Tidak usah memperhatikan aku dengan drama konyol kalian, setelah ini. aku akan ke pengadilan, aku akan menggugat cerai dirimu dan kita akan berpisah dan melupakan satu sama lain. aku sudah Muak dengan semua ini, aku sudah tidak mampu bertahan dengan semua karma yang kalian berikan padaku. anakku mati dan hidupku hancur, tidak ada yang bisa aku pertahankan dari pernikahan bersamamu Edwards! Kau dan seluruh keluargamu. kalian menyakiti hatiku! hati Keluargaku!". Choon-hee sudah memandang kosong ke arah Edwards, mendengar hal tersebut Edwards merasa sedih.     

"Apa? apa yang sedang kau katakan? kau masih dalam pengaruh obat bius, lebih baik kau istirahat ya. omonganmu sudah melantur tidak jelas". kata Edwards, dia sudah mau menyelimuti tubuh Choon-hee. tangannya bahkan terlihat bergetar karena rasa takut di tinggalkan.     

Namun tangan Edwards ditahan oleh Nyonya Anne dan menggeleng dengan pelan.     

"Kau sudah dibuang Edwards, jangan merendahkan dirimu hanya untuk wanita seperti dia. tidak ada yang bisa dipertahankan dari pernikahan kalian, dan itu memang benar!! anak kalian sudah tidak ada, dan kau sudah tidak memiliki kewajiban apapun". kata kata nyonya Anne memang sangat kasar, lagi-lagi menyakiti Hati Choon-hee yang lemah itu. Edwards menggelengkan kepalanya tidak terima apa yang dikatakan oleh ibunya sendiri.     

Tidak ada perceraian apapun, kau akan tetap menjadi istriku! sampai maut yang memisahkan kita! aku tidak akan membiarkan gugatan yang kau buat berhasil dipenuhi pengadilan! Dengarkan aku baik-baik Choon-hee, saat kau sudah menikah denganku. maka hanya aku yang bisa memutuskan apakah kau bisa pergi dariku atau tidak!! saat kubilang Tidak, maka tidak!!". kata Edward yang sudah begitu marah akibat perkataan Choon-hee yang sudah bisa di toleransi.     

"Sebenarnya apa maumu Edwards? apa keuntungan saat kau masih memiliki istri sepertiku? apa yang membuat kita harus mempertahankan pernikahan ini? anak kita sudah mati!! kau mengambilnya dariku dan kau berikan kepada Tuhan! lalu untuk apa aku hidup denganmu lagi!?Hah!! untuk apa aku menghabiskan sisa hidupku untuk menjadi istrimu! aku muak dengan semua ini". Choon-hee melempar vas bunga yang ada disamping ke tempat dimana suaminya berdiri, Edwards bisa merasakan pecahan vas bunga itu mengenai kakinya.     

"Karena aku suamimu! maka aku berhak atas dirimu! saat aku meminta dirimu dan kau secara sukarela bergantung hidup padaku, maka saat itu juga! kau sudah menjadi milik Edwards Salvador Douglas!!! saat itu juga seluruh hidupmu menjadi milikku, dan merupakan aset keluarga Douglas!!!". Edwards menendang pecahan vas bunga lagi dengan kakinya, kaki yang hanya dilapisi sandal biasa karena memang sejak kemarin dia tidak sempat berganti pakaian atau sepatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.