Hasrat Wanita Bayaran

Jerman adalah rumahku saat ini.



Jerman adalah rumahku saat ini.

0(Choon-hee POV)     
0

Aku menatap langit sore hari itu, langkah kakiku keluar dari Jet pribadi yang telah mendarat dengan sempurna di Bandar Udara Frankfurt am Main, Jerman.     

Bella menggandeng tanganku dengan erat, dia tampak sangat senang saat bisa menginjakkan kakinya disini. Tapi tidak dengan diriku, aku merasa sesuatu tertinggal di belakang sana. sesuatu yang sangat merusak naluri dan perasaanku.     

Sekarang, Aku berjalan sendirian. Walaupun aku tau banyak pengawal dan dua orang yang aku kenal lainnya. Namun, rasa kesendirian ini melekat erat di hatiku. aku ingin pergi dari sini, lalu kembali ke arah Edwards. aku merindukan Edwards, padahal hanya beberapa jam lalu aku meninggalkan dirinya.     

Sebenarnya yang di tinggalkan itu siapa? aku atau dia? kenapa aku merasa terdampar di ujung dunia yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan?.     

"Kau tau Choon-hee, ini adalah bandara terbesar di Jerman, sebagai Frankfurt-Flughafen merupakan bagian kota yang mandiri dari kota otonom Frankfurt am Main. Bandara Rhein-Main juga merupakan bandara pertama, dengan sistem pengurusan bagasi setengah otomatis dan merupakan hub lalu lintas udara terbesar Jerman. Bandara Frankfurt adalah salah satu bandara dunia yang menggunakan sistem pengurusan bagasi otomatis mulai pada tahun 1972. aku tau banyak tentang negara ini, karena ini adalah negara yang selalu ingin aku tempati setelah aku menikah. Untungnya Zurich dan keluarga Berenice mau pindah ke negara ini." Ucapan Bella hanya aku tanggapi dengan senyuman kecil.     

Mau sebagus apapun negara itu, jika aku merasa sendirian. aku akan merasa Bahwa negara satu dengan yang lainnya sama saja. Hanya ada kehampaan yang bisa aku temukan.     

Kami di sambut dengan salah satu mobil mewah, Zurich masuk lebih dulu. dia duduk di bangku depan dekat supir, sedangkan aku dan Bella duduk di belakang. Mobil itu mulai berjalan perlahan meninggalkan landasan udara, Mataku hanya menatap jalanan yang ada di luar sana. Terkesan sangat rapih dan tersusun dengan baik, negara-negara Eropa memang sangat bagus dalam penataan kota dan fasilitas yang hebat. apalagi Jerman, Dengan posisinya yang berada di tengah Eropa, Jerman merupakan penghubung transportasi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan transportasinya yang begitu rumit dan modern. Jaringan jalan tol adalah jaringan tol terpanjang ketiga di dunia dan terkenal karena tidak memiliki batas kecepatan. Jerman juga mempunyai jalur kereta api cepat. Jaringan Inter City Express atau ICE melayani kota-kota besar di Jerman beserta destinasi di negara-negara tetangga dengan kecepatan sampai 300 km/jam.     

Belum lagi Jerman adalah negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, PDB terbesar keempat dunia, dan pendapatan nasional bruto terbesar kelima dunia tahun 2008. Sejak era industrialisasi dan kapitalisme industri, negara ini berhasil menjadi motor, inovator, dan pengglobal ekonomi. Jerman adalah eksportir terbesar kedua dunia pada tahun 2011 dengan nilai 1,409 triliun dolar AS.     

Bisa di bayangkan bagaimana keadaan negara ini, jumlah pengangguran yang sedikit dan sistem pendidikan yang juga sangat hebat, Jerman menjadi negara dari banyak penemu dan insinyur, seperti Johannes Gutenberg (penemu mesin cetak), dan Konrad Zuse (pembuat komputer digital otomatis pertama). Jerman juga merupakan kampung halaman ilmuwan paling terkenal di dunia yaitu Albert Einstein.     

Apakah aku akan baik-baik saja tinggal di negara yang sangat hebat ini? Hidup dengan Keluarga baru dan sistem baru.     

Hanya beberapa menit saja, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki gerbang besar sebuah Mansion mewah. Gaya arsitektur yang unik dan menarik, Mansion itu berwarna Abu-abu dari tampak depan, pilar-pilar tinggi menyanggah bangunan, membuat kesan semakin mewah dan mahal. Taman Dengan air mancur, patung seorang wanita tanpa busana, dari kedua tangannya keluar air jernih yang memanjakan mata. Bunga-bunga khas Eropa terlihat di kanan kiri taman, jalanan yang mulus tanpa cacat sama sekali.     

Beberapa Pelayan dengan pakaian serba hitam, dan pengawal dengan jas rapih menyambut kedatangan kami. di balik saku celana mereka, semuanya memegang Pistol kecil yang sewaktu-waktu bisa di Arahkan ke siapa saja yang berani macam-macam di Mansion ini.     

Aku melihat Ibu Katty yang tersenyum menyambut diriku, lalu di dekatnya ada seorang lelaki yang duduk di atas kursi roda. aku tidak tau siapa dia, tapi mungkin.. salah satu dari keluarga Berenice.     

salah satu pengawal membuka pintu mobil, aku turun lebih dulu baru Setelahnya Bella dan Zurich. Kami berjalan bersama ke arah Ibu Katty, yang biasa di sebut Nyonya Berenice.     

Aku tersenyum kecil, lalu memeluknya dengan erat. "Maaf terlambat Mom." Kataku pelan.     

"Tidak masalah Nak, selama kau sampai disini Dengan selamat." Ujar ibu Katty.     

aku melepaskan pelukan darinya dan menengok ke arah pria tua yang aku ingat sebagai suami Ibuku kan? Apakah dia ayahku? karena saat malam pernikahan aku dan Edward waktu itu, Ibu memang memperkenalkan dia sebagai suaminya.     

Lelaki di kursi Roda itu tersenyum kecil, hanya senyum saja yang bisa dia berikan padaku. Tangannya terlihat bergetar saat ingin memegang tanganku.     

"So...rry.." aku menaikan sebelah alis bingung, ketika dia berkata dengan terbata-bata. Dia berkata Sorry?.     

"Ya?." Tanyaku pelan.     

"Dia Daddymu Nak, Tuan Berenice.. Dia terkena stroke beberapa tahun yang lalu, Ada beberapa masalah yang membuatnya Seperti ini. Tapi kondisinya lebih baik sekarang, saat aku katakan bahwa kau akan kembali ke tengah-tengah Keluarga kita." ucapan Ibu membuatku langsung Tersenyum penuh haru, tanpa berkata apa-apa lagi aku memeluk pria yang merupakan ayahku itu. seorang ayah yang selama ini aku rindukan.     

"Daddy.. senang bertemu dengan dirimu." Ucapku penuh dengan kelembutan, aku bahkan sudah meneteskan air mata karena dapat merasakan kehangatan seorang ayah. Akhirnya, akhirnya setelah sekian lama aku bisa merasakan pelukan darinya.     

Aku masih ingat dengan jelas di hari pernikahanku, ayahku ini mengirimkan kado sepasang sepatu. Ternyata dia hadir di pernikahanku dan Edward, astaga.. tuhan memang sangat baik.     

"a.. a..." Hanya itu yang ayah katakan, bibirnya masih bergetar. tapi aku melihat air mata kebahagiaan dari sudut matanya. aku mengelus lembut pipinya dan mencium pipi keningnya dengan sayang.     

"Aku tau Dad, aku tau kau pasti sangat senang.. Jangan katakan apapun lagi, aku paham apa yang mau kau katakan. Aku tidak akan pernah membenci Daddy ataupun Mommy, aku tau kalian punya alasan tersendiri. dan aku akan menunggu sampai kalian menjelaskan alasan itu." Mataku menatap matanya yang sudah memberikan ketulusan, wajah ayahku sangat tampan. walaupun sakit Seperti ini, tapi dia masih terlihat begitu gagah. rahangnya sangat tegas, alisnya tebal, hidungnya mancung dan ada jenggot di bagian dagunya. menambah kesal maskulin dan dewasa..     

lalu aku melihat ke arah Mommy, Dua orang yang aku inginkan sejak dulu telah ada di depan mataku. disini, di mansion besar ini.. Di negara Jerman yang indah, sekarang adalah rumahku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.