Hasrat Wanita Bayaran

Aku hanya butuh kartu kredit saja.



Aku hanya butuh kartu kredit saja.

0Edwards sudah bangun pagi-pagi sekali, dia melihat ke arah samping dan Choon-hee berada di sana. Duduk di atas sofa sambil memegang keningnya dengan mata tertutup.     
0

Edwards memilih untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Choon-Hee, dia berjongkok di depan wanitanya dan mengelus lembut pipi yang halus itu. Rambut yang begitu panjang dan berkilau, Edwards merasa Bahwa Choon-hee sangat sempurna sekali. Walaupun dia hanya tidur dan matanya tertutup, tapi kecantikannya sangat indah dan juga luar biasa.     

Edwards tidak mau berbohong dengan semua keindahan yang dilihatnya saat ini. dia mau terus menatapnya sangat lama, Bahkan Edwards tidak akan pernah bosan menatap wanita yang mampu menggetarkan hatinya dengan sangat cepat.     

Edwards juga selalu merasa berbunga-bunga ketika berada di dekat Choon-hee. wanita ini seperti membawa energi positif dan selalu membuat bahagia.     

"Kau cantiknya sekali saat sedang tertidur begini." Ujar Edwards pelan, Dengkuran halus yang di keluarkan dari bibir Choon-hee membuat Edwards Tertawa pelan, Edwards mencoba untuk mencium bibir Choon-hee, namun wanita itu keburu membuka matanya. Mata coklat yang berbinar terang seperti rembulan.     

"Kau sudah bangun? Mau sesuatu? kau lapar?." Pertanyaan yang di ajukan Choon-hee membuat Edwards Tertawa kecil. Bahkan di saat bangun tidur dan masih mengantuk saja Choon-hee selalu bertanya Edwards butuh apa.     

"Aku butuh dirimu." Ujar Edwards pelan, mata Choon-hee menyipit bingung.     

"Hah?." Tanya Choon-hee.     

"Aku butuh dirimu di sampingku." Edwards mengambil punggung tangan wanitanya lalu mengecup punggung tangan tersebut, Dengan penuh kehati-hatian dan cinta.     

Cinta? Edwards tidak yakin bahwa itu cinta, Edwards hanya merasa nyaman. Mungkin?.     

"Aku? aku selalu di sampingmu, kau kenapa? Mimpi buruk?." Choon-hee mulai sadar bahwa Edwards aneh, Langsung memegang tangan Edwards dan memastikan pria di depannya tidak sedang sakit. "ada yang sakit? kau belum makan, kita makan dulu ya. Setelah itu kau minum obat, ini hari libur. Kau tidak usah mengurus pekerjaan lebih dulu." Kata Choon-hee lagi.     

"Aku senang di perhatikan oleh dirimu seperti ini." Hanya itu yang Edwards ucapkan.     

"Hah?." Choon-hee masih belum mengerti, Edwards sekali lagi Tertawa melihat kepolosan di wajah wanita yang sebenarnya sangat lugu ini.     

"Terimakasih ya, sekali lagi kau selalu berada di sampingku dan membela diriku. Kau luar biasa hebat, bahkan kau menunggu diriku disini sampai aku bangun. setelah itu kau mengatakan aku harus makan, Kau memang sangat berbeda. bolehkah aku merasakan semua perhatian dan kehangatan ini selalu?." Tanya Edwards.     

Sekarang giliran Choon-hee yang tertawa kecil. "Kenapa kau meminta seperti ini? kau tidak meminta saja akan aku Berikan, sudahlah.. Jangan banyak bicara, ayo kita turun dan makan bersama. atau kau mau duduk disini saja? aku minta pelayan untuk membawakan makanan?." Tanya Choon-hee.     

"Kita turun saja ke bawah, Aku sedikit sumpek jika selalu di kamar. apakah kau menunggu diriku sambil tidur di sofa? kenapa tidak di kasur saja?." Belum Choon-hee bangun dari tempat duduknya, Edwards sudah lebih dulu bertanya dan Pertanyaan itu memang biasa saja, tidak ada yang spesial di pendengaran Choon-hee.     

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku memilih duduk sambil memandangi dirimu. Ternyata aku malah tertidur di sofa cukup lama, malah sampai kau bangun." Ujarnya, Choon-hee langsung bangun dari sofa di bantu Edwards. kepalanya sedikit terasa pusing Karena hanya tidur sebentar. Mungkin setelah menemani Edwards dia akan memilih untuk tidur kembali     

Mereka berdua berjalan keluar dari kamar, suasana mansion seperti sebelumnya. selalu sepi dan hening, para pelayan sedang mengerjakan tugasnya masing-masing. Edwards dan Choon-hee memilih untuk menuruni tangga satu persatu, mereka saling berpegangan tangan tanpa mengatakan apapun.     

Ada benih-benih cinta yang timbul di hati mereka masing-masing, entah mereka menyadari atau tidak. senyum yang merekah dan kebahagiaan yang timbul di sekitar mereka. Membawa banyak perubahan dari sikap dan keadaan, Choon-Hee membuat Edwards mengerti artinya hidup penuh dengan makna di dunia ini. Dan Edwards mengajarkan rasa kepercayaan serta kebersamaan bagi Choon-hee.     

sebenarnya mereka saling melengkapi, namun mungkin takdir Tuhan tidak seindah apa yang di Bayangkan. Pikirkan saja bagaimana hidup sebagai manusia bisa berjalan baik-baik saja? tentu saja tidak bisa, Semua takdir saling berkaitan dan hal tersebut membuat kita harus tetap kuat dan baik-baik saja.     

Mereka sudah sampai di depan meja makan, ada satu pelayan yang sedang menyiapkan sesuatu di atas meja. Padahal Choon-hee belum meminta apapun pada pelayan.     

"Itu milik siapa?." Tanya Choon-hee pelan     

"Milikku." Sebuah suara perempuan terdengar di belakang Choon-hee dan Edwards.     

Mereka berdua menengok ke belakang dan melihat Violet yang wajahnya di perban. Tidak secara keseluruhan, hanya di beberapa bagian saja yang terlihat. Tapi memang wajahnya sedikit bengkak, Choon-hee yang melihat hal itu sedikit merasa kasihan.     

Violet berjalan ke salah satu kursi, lalu dia duduk di sana sambil memakan makanan yang sudah di sediakan oleh Pelayan. Dia tidak mengatakan apapun lagi, hanya sibuk makan. aku menengok ke arah Edwards, dia sepertinya memperhatikan kenapa wajah Violet bisa begitu.     

"Wajahmu kenapa?." Satu pertanyaan keluar dari bibir Edwards, dia masih berdiri di samping Choon-hee.     

"Aku butuh ke dokter kecantikan, berikan aku kartu kredit. Kau sudah beberapa Minggu tidak memberikan jatah padaku, Aku ini masih istrimu. walaupun kau memang mau menikah lagi, setidaknya tetap pikirkan kehidupan diriku." Violet tidak mengatakan kenapa wajahnya seperti itu, Bahkan dia tidak Menengok ke arah Edwards sama sekali saat sedang berbicara.     

Choon-hee sedikit merasa aneh, apakah tadi Edwards memang tidak melihat Choon-hee yang menyakiti Violet?     

"Aku akan berikan, atau ambil saja di kamarku. Tapi katakan dulu kenapa dengan wajahmu." Edwards bertanya sekali lagi, Barulah saat itu violet menghentikan gerakkan Tangannya dan menatap kami berdua.     

"Aku tidak mau ambil ke kamarmu, berikan saja ke kamarku nanti. aku kenapa? tanyakan pada calon istrimu itu. sudahlah, aku tidak mau berdebat apapun. oh ya, aku mau kartu kredit yang unlimited. Berikan aku kartu utama milikmu, Lagipula kau juga jarang menggunakan kartu tersebut." Violet sedikit berkata sinis, dia kembali melanjutkan makannya.     

Choon-hee memegang lengan Edwards dengan pelan, menatap matanya yang juga sudah menatap mataku.     

"Kenapa?." Tanya Edwards.     

"Maaf ya, Violet maafkan aku. Tadi aku terlalu jahat padamu." Ujar Choon-hee pada Edwards dan Violet.     

"Aku tidak perlu maaf darimu, Jatah bulanan Milikmu berikan saja padaku. Maka aku akan melupakan kejadian ini, Lagipula aku tidak butuh apa-apa di tempat ini selain uang saja." ucapannya tidak terdengar menyakitkan sama sekali, Bahkan Choon-hee merasa ucapan Violet terasa sangat menyedihkan.     

Choon-hee diam dan Edwards juga terdiam, mereka bertiga di dalam ruangan tersebut hanya saling menghela nafas saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.