Hasrat Wanita Bayaran

Kekecewaan hatiku



Kekecewaan hatiku

0Aku baru saja selesai keramas dan sekarang sedang berjalan ke arah lemari pakaian untuk mencari pakaian yang cocok di pakai sore ini. Mommy mengajakku untuk berjalan-jalan di kota sambil mencari makan malam.     
0

Tanganku hampir mengambil salah satu Pakaian, saat dering ponsel cukup kencang masuk ke pendengaran. aku berjalan ke arah handphone tersebut dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata Edwards? Edwards akhirnya Menelpon diriku? Dasar lelaki sialan itu, kenapa dia baru Menelpon sekarang? dan dia meminta panggil Video call.     

aku langsung mengangkatnya dan melihat wajahnya yang sangat berantakan. "selamat siang sayang.." Katanya padaku.     

"Sore sayang.. Kau baru bangun tidur?." aku bertanya seolah-olah kami tidak ada masalah sama sekali.     

"Oh ya, aku lupa bahwa disana sudah sore. Tidak, aku hanya sedang berpikir banyak hal saja. bagaimana keadaanmu disana?." Dia bertanya, aku yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa tersenyum kecil.     

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu saat ini? kenapa kau baru menelpon diriku?." Tanyaku balik.     

"Ya, aku baik-baik saja. Aku menelpon dirimu karena mau mengetahui kabarmu saja. Kau sudah makan?." Tanya Edwards lagi, aku sedikit tidak berselera melihat wajahnya yang sangat kebingungan, entah kenapa aku merasa Edwards sedang memikirkan banyak hal. dan entah kenapa aku merasa dia mau mengatakan hal lain, namun dia tidak sanggup mengatakannya padaku.     

"Aku tidak bernafsu makan, tapi nanti malam aku dan Mommy akan makan malam di luar. ke kota sore hari begini sangat bagus untuk di habiskan waktunya bersama keluarga, aku harap kau disini. jadi kita bisa makan malam bersama-sama lagi." Aku berkata jujur, melihat reaksi wajah Edwards yang Sepertinya sedang tidak dalam mood yang baik mendengar kata-kata manis dariku.     

"Edwards? jika kau sibuk, kita bisa sudahi panggilan ini." Ujarku lagi, setelah beberapa saat tidak ada obrolan darinya.     

"Ya, aku akan menelponmu lagi nanti. Selalu bawa ponselmu ya. Jika aku rindu, aku bisa menelpon kapanpun aku mau.. semoga harimu menyenangkan." Katanya, dia langsung mematikan Sambungan telepon itu dan membuatku terdiam beberapa saat.     

Sudah? hanya seperti itu sikapnya? dia hanya mau menelpon diriku menanyakan kabar? bukan hal lain? ahhh.. Choon-Hee apa yang kau harapkan? Edwards pasti punya banyak urusan yang lebih baik. dari sekedar mengajakmu mengobrol.     

Aku menghela nafas panjang, lalu memijat Keningku yang terasa sakit dan lelah. Beberapa saat perutku agak sedikit mual, mungkin karena aku belum makan apapun sejak siang tadi.     

Ada banyak hal yang mau aku bicarakan pada Edwards, tapi kenapa dia hanya bersikap seolah-olah tidak ada masalah? apakah dia sedang merencanakan sesuatu? itu kenapa dia menelpon diriku? bisa jadi, mengingat sikapnya yang memang selalu aneh.     

Seandainya saja aku punya nyali yang cukup untuk bertanya banyak hal padanya, mungkin kami sudah terlibat obrolan panjang.     

"Nak? sudah selesai bersiap?." Mommy bertanya padaku, setelah dia masuk ke dalam kamar.     

"Nk? kau baik-baik saja? wajahmu sangat pucat." Kata Mommy lagi, dia melihatku yang menunduk dan memegang perut. aku memang masih pakai handuk saja saat ini, merasa enggan untuk berganti pakaian ataupun pergi dari kamar.     

"Aku merasa tidak enak badan, tiba-tiba.." Kataku pelan, aku mencoba untuk Merebahkan tubuh ke atas tempat tidur dan memejamkan mata perlahan. Entah ini efek kecewa pada Edwards atau efek tubuhku yang memang belum sejak tadi.     

"Kau Sepertinya kelelahan dan banyak pikiran, Mommy panggilkan dokter ya. kau tidur saja disini lebih dulu, nanti aku kembali." mendengar ucapan Mommy, aku tidak membantah. aku hanya mengangguk dan masih saja memejamkan mata. sesekali tangan kananku memijat area kening agar rasa sakit di kepala bisa sedikit berkurang. Walaupun hal tersebut tidak banyak membantu.     

Pikiranku berkelana kemana-mana, Kenapa hanya mendapatkan telepon dari Edwards begitu saja aku kecewa? sangat kecewa, dia tidak mengatakan bagaimana situasi disana. Maksudku, apakah dia tidak mengkhawatirkan aku? apakah dia membiarkan aku dalam masalah Sendirian? itulah pertanyaan-pertanyaan yang mau aku ajukan padanya. Tapi Edwards terlalu jahat, dia bahkan tidak mau memberitahu apapun, dan aku tidak berani bertanya sedikitpun. sekarang aku harus apa? saat dunia ini tidak mendukung kisah cinta kami sama sekali.     

sekarang aku harus apa? saat perlahan-lahan hatiku di patahkan dan aku harus menanggungnya kesaktian ini sendirian?. Aku bisa menahan diri saat di tinggalkan oleh Edwards, tapi jika di tinggalkan oleh Pengkhianatan? aku belum tentu sanggup, aku rasa tidak ada wanita yang benar-benar sanggup.     

Edwards sangat tau Bahwa aku memang membutuhkan dirinya, tapi kenapa dia tidak mau berada di sisiku? Padahal dia sangat tau bahwa dunia ini bisa saling menjaga jika kita berpegangan tangan, sepasang suami istri yang saling percaya.     

Astaga Choon-hee! ada apa dengan dirimu? kau berharap banyak saat Edwards menelpon tadi, tentu saja berharap! aku menunggu telepon darinya sudah sebulan! dan saat dia menghubungi diriku, dia hanya Bertanya apakah aku baik-baik saja? dia melihat wajahku yang masih baik, tentu aku baik tanpa harus bertanya. Apakah dia memang sebodoh itu? Ahhhhn! sialan!.     

Ketukan pintu membuatku menengok, Mommy sudah datang bersama seorang dokter wanita. aku tidak tau sudah berapa lama melamun sendirian di dalam kamar ini, hingga Mommy telah kembali bersama dokter.     

"Halo Nona Choon-Hee, Aku akan periksa Dirimu sekarang ya. apa yang kau keluhkan?." Tanya dokter itu, aku hanya menghela nafas pelan saat di tanya- seperti ini. bukan aku sombong dan tidak mau katakan apapun, hanya saja aku merasa sangat lelah jika aku berbicara banyak hal.     

"Baiklah, aku langsung periksa saja ya." seperti tau apa yang aku pikirkan, dia hanya tersenyum dan memeriksa diriku. aku mulai memejamkan mata lagi, membiarkan dia memegang pergelangan tanganku, mengecek dadaku, memijat sesuatu di area-area tertentu. Lalu dia memegang perutku, aku tidak tau apa hubungannya sakit kepala dengan perut. namun aku tetap diam saja ketika dia melakukan hal tersebut, Mungkin itu caranya untuk mengecek kondisi orang sakit.     

setelah beberapa saat tangannya tidak lagi menyentuh tubuhku, aku cukup penasaran dan membuka mata. dia menatap mataku dan Tersenyum manis.     

"Bisakah kau mendapatkan air seni milikmu? maksudku urine." ujarnya pelan.     

"Untuk apa? apakah harus? Periksa saja seperti biasa, lagian aku tidak punya penyakit serius." ucapku sedikit malas.     

"Sayang? jangan begitu ayo." Kata Mommy mencoba untuk menasehati diriku.     

"Mommy, Untuk apa? aku lelah.. aku mau Tidur saja." Ujarku lagi.     

"Ayo Nona Choon-Hee, kau harus melakukan pengecekan kesehatan ini, karena Selama ratusan tahun, urine atau air seni telah menjadi salah satu cara dokter melihat kondisi kesehatan pasien. Perubahan dalam warna, bau dan konsistensi urine dapat memberikan petunjuk penting tentang kondisi tubuh. Urine dapat mengungkapkan apa yang telah dimakan, berapa banyak yang telah diminum dan penyakit apa yang dimiliki. Dari pandangan sejarah, urinalisis (analisis urine) adalah salah satu cara alami untuk mengetahui apa yang terjadi dalam tubuh karena banyak zat-zat yang beredar dalam tubuh, termasuk bakteri, ragi, kelebihan protein dan gula, dan akhirnya masuk ke dalam urin. Jadi aku butuh urine milikmu sekarang, Ini gelas plastik. kau bisa memasukannya disitu. aku akan menunggu." Seperti sebuah perintah, dia mengatakan hal itu dengan wajah tegas dan senyum yang sedikit menyeramkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.