Hasrat Wanita Bayaran

Mental yang Tertekan



Mental yang Tertekan

(Choon-hee POV)     

"Tapi kau tidak baik-baik saja Choon-hee, lihat bagaimana wajahmu yang pucat dan kau hampir mati tenggelam. aku tidak bis menjaga dirimu dengan baik, Bahkan aku tidak sadar saat kau melepaskan Tanganmu tadi." Edwards masih berkata dengan nada sedih.     

Aku yang mendengar hal tersebut Berusaha bangun dan merebahkannya punggung di sisi ranjang, aku tidak tau dimana ini. sepertinya ruangan hotel.     

"Sudahlah, jangan terlalu merasa bersalah. Lagian kota tidak pernah tau kapan kecelakaan akan terjadi. Yang berlalu biarlah berlalu, di jadikan pelajaran saja agar kau bisa menjaga diriku lebih baik lagi setelah ini, Kau sudah makan? aku sepertinya cukup lapar. Perutku terasa perih sekarang, oh ya.. apakah bayiku baik-baik saja?." Aku baru sadar bahwa aku sedang hamil, saat memegang Perutku sendiri.     

"Baik-baik saja, dokter sudah memeriksanya. saat sampai di rumah nanti kita akan langsung ke dokter Kandungan dan melihat secara langsung. aku sudah menelpon Dokter Lita untuk menyiapkan semuanya, aku tidak mau ada kesalahan lagi." Edwards berkata dengan pelan, dia memegang tanganku erat sekali. seperti takut akan hilang di telan bumi.     

"Kita ke rumah ? memangnya kita akan pulang sekarang?.", Tanyaku bingung.     

"Ya, kita sudah di pesawat sekarang." Mendengar apa yang Edwards katakan, membuatku sadar bahwa memang ada yang aneh dengan ruangan ini. sejak tadi sedikit bergoyang, aku kira karena aku baru bangun dari pingsan dan kepalaku yang pusing. tapi ternyata ini memang sudah di pesawat.     

"Oh begitu, aku kira kita di hotel. Jadi?? apakah aku bisa mendapatkan makanan?." tanyaku lagi, aku tidak mau mendengar Edwards kembali mengatakan keresahan hatinya atau rasa bersalahnya. aku Tidak mau dia berpikir buruk dan malah dia bisa kambuh sakitnya, aku juga tidak tau apa saja yang bisa membuat Edwards kambuh, aku belum cukup tenaga meladeni Edwards yang sakit. Sebab tubuhku juga masih lemah, setidaknya untuk saat ini aku lebih baik membahas makanan.     

"ada, kau mau makan apa? Biar aku katakan pada pelayan." ujar Edwards.     

"Salad buah bisa tidak? Atau salad sayur. aku mau makanan yang segar, dan juga minuman dingin. tenggorokanku terasa sangat sakit, sepertinya minuman dingin bisa menyegarkan." Ujarku pada Edwards.     

"Baiklah, aku akan keluar sebentar. Kau jangan kemana-mana." Edwards bangun dari ranjang, dia berjalan cepat meninggalkan diriku. aku hanya Tertawa saja melihatnya yang sangat cekatan memberikan apa yang aku inginkan.     

Dia pantas di berikan Penghargaan sebagai suami atau kekasih yang baik hati dan Pengertian. Walaupun memang terkadang jalan pemikiran Edwards tidak bisa aku cerna dengan baik. Dia terlalu cerdas dan aku cukup sulit menyamai apa yang dia pikirkan.     

Tak berapa lama Edwards Kembali, dia Membawakan minuman dingin. air putih dan es batu, dia membawanya untuk aku minum lebih dulu, aku memang sangat kehausan. Mungkin karena aku juga sudah pingsan cukup lama, aku menerima gelas yang di berikan Edwards. meminum isinya hingga habis, aku bahkan benar-benar menenggak tanpa tersisa dan meminta segelas lagi. Edwards hanya tertawa dan menuang kembali air dingin untukku. Memasukan Beberapa potong es batu, membuat air putihnya semakin dingin dan menyegarkan.     

"Terimakasih Edwards, segar sekali. Kau tidak minum juga? aku tau kau pasti sejak tadi mengurus diriku hingga lupa segalanya, ayo minum. Jangan malu padaku." Ujarku pelan, aku tersenyum manis ke arahnya dan menyuruhnya minum juga. Dia mengangguk dan mulai mengikuti apa yang aku inginkan. dia hanya meminum sedikit saja, matanya tetap mengarah padaku. aku rasa Edwards masih merasa bersalah, ahh.. apa yang bisa membuatnya melupakan kejadian tadi? Padahal aku saja mau melupakan dengan cepat.     

Aku memang orang yang mudah melupakan apa yang telah terjadi, lebih tepatnya aku malas memikirkan hal yang tidak perlu di pikirkan. walaupun kejadian tadi hampir merenggut nyawaku. Tapi apa yang bisa dilakukan lagi? Semuanya sudah terjadi.     

"Kenapa Edwards? aku sudah bilang bahwa aku baik-baik saja, jangan di pikirkan lagi oke? aku tidak senang melihat wajah khawatir itu. aku sudah cukup melihatmu disini menjaga diriku, aku tidak memikirkan hal buruk lainnya Tentang apa yang telah terjadi, sudah ya. Lupakan saja Semuanya, Jangan di pikirkan lagi." Aku memeluk Edwards yang hanya menghela nafasnya pelan. aku memang tidak tau bagaimana hati dan pikiran seorang Edwards, dia punya penyakit mental yang mungkin sedikit membuat hatinya mudah sedih.     

Aku tidak tau, apakah karena Edwards cukup rapuh hatinya atau benar-benar hanya karena mentalnya yang bermasalah?.     

Aku hanya bisa memeluk dirinya, mungkin untuk sebagian orang berpikir bahwa Edwards hanya laki-laki bodoh yang lemah, atau lainnya berpikir Edwards terlalu naif dan kekanakan. Tapi aku tidak mau berpikir Edwards seperti itu, Hati seorang manusia itu seperti lautan yang dalam. Kita tidak pernah bisa menyelami hingga sampai ke dasar, Karena sejatinya hati kita hanya kita saja yang tau kebenarannya.     

Aku mengelus pelan punggungnya yang keras namun terasa begitu rapuh, Edwards terjebak pada dunianya dulu. saat dia masih kecil dan sering di manja oleh Ibunya, mungkin itu yang membuatnya seperti anak kecil sewaktu-waktu. dia memang lebih manja dan selalu ingin di perhatikan..     

"Kenapa? Kenapa kau malah mau memaafkan diriku? biasanya saat aku punya salah, aku akan disalahkan sampai masalah itu selesai. Bahkan terkadang Violet juga sering memarahi diriku saat aku membeli barang branded sebagai oleh-oleh. dia meminta apa tapi aku belikan yang lain, Dan dia akan begitu murka dan memaki diriku. Aku hanya bisa meminta maaf saat hal tersebut terjadi. Tapi kenapa? kenapa kau malah memeluk diriku dan mengatakan semuanya baik-baik saja? Padahal kau tau aku salah Choon-hee." Ungkapan Edwards membuatku jadi merasa sedih, benarkah begitu? kasihan sekali Edwards, bukankah masalah barang bisa di beli lagi? kenapa Violet harus memarahi Edwards seperti itu?     

Violet sepertinya menambah para penyakit mental yang diderita Edwards, dia membuat Edwards jadi semakin terpuruk. aku benar-benar ingin membunuh wanita ular itu.     

"Kenapa aku harus marah? Edwards? kau tau? terkadang apa yang kita lakukan tidak bisa benar-benar sempurna. karena apa? karena kesempurnaan hanya milik sang Pencipta Dunia ini, kita tidak bisa mengendalikan apapun. kita ini hanya makhluk fana yang lemah dan penuh kekurangan. Mungkin kau bisa membeli segalanya, kau bisa menjadikan dunia ini di dalam genggaman tanganmu. Tapi kau tidak bisa benar-benar menguasai dunia dan menggerakkan seluruh alam di sekitar. seperti contohnya, sekuat apapun bangunan yang kau buat agar tidak hancur saat tsunami. Semuanya akan tetap hancur jika memang Tuhan sudah berkehendak. Begitupula kejadian hari ini, Semuanya sudah takdir dan memang seharusnya terjadi. jangan merasa bersalah lagi ya, aku Tidak mau bersedih lama-lama. Nanti anak kita ikut bersedih, kau mau anakmu bersedih?." Tanyaku pada Edwards, dan dia langsung Menggelengkan Kepalanya di dalam pelukanku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.