Hasrat Wanita Bayaran

Ancaman



Ancaman

0Daniel kembali masuk, dia menatap diriku dengan pandangan bingung. "kenapa Choon-hee? apakah terjadi sesuatu?." mata Daniel menatap diriku dengan lekat.     
0

"Ah itu, obat salepnya tidak sengaja jatuh. tadi mataharinya terlalu silau, jadi aku mencoba untuk menutup jendela kamarnya. tapi aku malah menjatuhkan obatnya ke bawah sana." Aku menunjuk ke arah balkon kamar, berpura-pura tidak tau apa yang terjadi.     

"Oh begitu, Yasudah tidak apa-apa. Tadi Mommy bilang bahwa itu hanya salep agar kulit Daddy tidak kering saja. Itu bisa di pakai lagi nanti." Daniel membawa makanan yang memang dia ambil dari bawah, aku tidak melihat raut curiga sama sekali di wajah Daniel.     

apakah dia memang tidak tau apa-apa? Atau dia hanya pintar menyembunyikan ekspresi wajahnya?.     

"Daniel, apakah kau sering merawat Tuan Brandon saat sedang sakit begini?." Tanyaku basa-basi.     

"Daddy jarang sekali sakit, dia selalu sehat dan hidup dengan baik. Mengerjakan banyak hal Sendirian, padahal dia bisa meminta bantuan orang lain. Aku juga baru kali ini merawatnya." Kata Daniel, dia terlihat menyuapi makanan ke Tuan Brandon dengan sangat hati-hati. aku yang melihat hal itu hanya diam saja, memikirkan bagaimana caranya membantu Tuan Brandon agar tidak meminum obat-obatan yang di berikan Nyonya Anne dan dokter jahat waktu itu.     

Aku merasa kasihan pada Tuan Brandon, walaupun dia memang pernah menyinggung perasaanku. tapi aku ingin sekarang Menantunya, aku harus berbakti dengan baik. Apalagi sepertinya Tuan Brandon berharap banyak padaku.     

"Tuan Brandon sangat kesakitan sepertinya saat ini, aku berharap dia cepat sembuh." kataku lagi.     

"Aku berharap yang sama, walaupun aku tidak tau apa yang akan terjadi." helaan nafas Daniel terdengar jelas.     

"Daniel, aku akan pergi saja keluar ya. Aku mau mencari udara segar sekalian makan siang. Jadi aku tidak bisa berlama-lama disini." Aku berpura-pura ingin pergi, karena aku takut Daniel mengetahui sesuatu jika aku terlalu lama disini.     

"kau mau pergi? yasudah, Hati-hati ya.." Dia hanya Menengok sekilas, lalu membiarkan aku pergi dari ruangan itu. aku menutup pintu kamar secara perlahan-lahan lalu mulai melangkah menuruni anak tangga satu persatu.     

aku lupa sesuatu, tasku! aku mulai melangkah naik lagi untuk mengambil tas di dalam kamar. Melewati dengan cepat kamar Tuan Brandon tadi, aku membuka pintu dan mencari-cari di mana tas kecil itu aku taruh. setelah aku menemukan tas tersebut, aku mengeluarkan handphone dan mulai menghubungi nomor Edwards.     

Beberapa saat Edwards tidak menjawab, aku terus saja menghubunginya. tapi tetap saja panggilan yang aku lakukan tidak berhasil.     

aku mencoba untuk mencari bantuan lain, aku hanya takut saja jika aku terlalu berdiam diri. Daniel akan mengetahui sesuatu, bagaimana jika dia membunuh diriku? jika tau bahwa aku membuang obat itu secara sengaja?     

Ahhh! Matilah aku! aku tidak terbiasa menghadapi situasi menegangkan Seperti ini. aku mencoba untuk mengecek nomor ponsel, disaat seperti ini siapa yang bisa membantu diriku?     

Tidak ada! Tidak ada seseorang yang bisa membantuku selain Edwards.     

Aku mulai berpikir lagi..     

[Jika kau butuh sesuatu, katakan saja padaku]. ucapan nyonya Berenice tertangkap sinyal otakku, aku langsung mencari kontak nomornya. saat aku melihat nomornya tertera jelas, aku langsung menghentikan gerakan tangan.     

"Tapi Edwards tidak memperbolehkan aku untuk berhubungan lagi dengannya." ujarku pelan.     

Tok..     

Tok..     

"Choon-hee kau sudah pergi? atau masih di dalam kamar?." Suara Daniel membuatku langsung melotot terkejut. aku berusaha untuk tidak bersuara sama sekali, dengan secepat kilat mengunci pintu kamar. lalu aku berjalan kearah balkon dan mulai menelpon Nyonya Berenice.     

Benar kan kataku! Daniel pasti curiga sesuatu!.     

Beberapa saat aku menunggu panggilan di angkat, hanya beberapa saat saja. "Halo? Siapa ini?." Tanya suara wanita di seberang telepon sana.     

"Halo nyonya! ini aku Choon-hee. apakah aku bisa minta bantuan?." Tanyaku sedikit gugup.     

"Ya? Kau butuh bantuan apa? katakan saja padaku." Terdengar begitu khawatir.     

"Bisakah kau menjemput diriku di Mansion keluarga Douglas? maksudku, aku dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin kau bisa berkunjung sebagai temanku, bolehkah?." aku mengigit kuku dengan cemas.     

Bunyi suara pintu yang terketuk, membuatku Semakin resah.     

"Tentu, aku akan sampai dalam 10 menit." Setelah itu sambungan telepon terputus, aku langsung memasukan Handphone lagi ke dalam tas dan memakai tas itu Dengan baik.     

"Choon-hee! aku tau kau di dalam! keluar sebentar, ada yang mau aku bicarakan." kata Daniel sekali lagi, aku yang mendengar hal itu hanya berdecih pelan.     

Ck! Apa yang mau dia bicarakan lagi?     

"Ya! sebentar!." Aku berteriak cukup kencang, aku sebenarnya ingin menunggu Nyonya Berenice menjemput diriku. tapi tidak mungkin kan aku hanya diam saja di kamar? Daniel akan semakin curiga dan bisa saja dia malah mendobrak pintu tersebut. walaupun aku tidak yakin pintu sebagus itu bisa di dobrak.     

Aku berjalan perlahan ke arah pintu, lalu menghela nafas pelan. semoga saja ini hanya ketakutan diriku saja.     

"Ya? Kenapa?." Saat aku sudah membuka pintu lebar-lebar, aku melihat Daniel yang dengan sangat santai. kedua tangannya di masukan ke dalam kantung celana.     

aku memilih untuk keluar dari kamar dan menutup pintu. "kau mau pergi? kenapa masuk ke kamar lagi?.", Tanya Daniel.     

"Tas yang aku bawa tertinggal di kamar, jadi aku baru mengambilnya. kenapa? kau butuh sesuatu?." Tanyaku sekali lagi, jika dia bisa bersikap santai. aku juga bisa sangat santai.     

"Kau mau pergi sekarang? sendiri?." pertanyaan itu mulai menjurus ke arah sesuatu.     

"Ya, lebih tepatnya dengan temanku. dia akan segera sampai, aku akan tunggu di bawah saja." Aku sudah mau berjalan pergi dari hadapannya, namun Daniel langsung memegang tanganku dengan cepat.     

sekarang jantungku benar-benar berpacu tak karuan, sialan! aku ketakutan!     

"Kau kenapa jadi Menghindari situasi begini? apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan?." sekali Pertanyaan membuatku bingung, aku harus apa Tuhan?     

"Tidak, aku hanya sedang terburu-buru saja. kita sudah berbicara banyak hal sejak tadi, jadi aku mau pergi sekarang. bisakah kau lepaskan tanganku?." Kataku pelan.     

"Tidak, bagaimana bisa aku melepaskan orang yang sudah tau Sesuatu." Katanya sambil memberikan senyum sinis.     

Mati kau Choon-hee! aku memaki dalam hati, di Mansion ini tidak ada siapa-siapa lagi. hanya aku dan Daniel, Tuan Brandon bahkan sedang sakit. dan Nenek Lecy sudah menjadi Jasad. aku benar-benar akan mati jika tidak pintar mengelak.     

"Sesuatu? maksudmu apa?." memasang wajah serius aku terus menatap mata Daniel dengan berani.     

"Jangan mengelak, katakan apa yang kau ketahui. kalau kau katakan, aku akan membiarkan dirimu pergi. Tapi jika kau berbohong sekali lagi, mungkin sedikit tindakan akan membuatmu jera." ancaman yang di berikan Daniel membuat seluruh udara di sekitar mendadak sesak, sialan! Daniel sialan! jika saja ada Edwards disini. aku sudah pasti memukul wajahnya yang sombong ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.