Hasrat Wanita Bayaran

Mie ramen dan kenangan



Mie ramen dan kenangan

0Beberapa kali kami memutari toko tersebut, banyak barang yang di beli. Dari barang yang tidak penting sampai yang penting namun tidak benar-benar aku butuhkan. Entah bagaimana aku dan Nyonya Berenice bisa memilih-milih lalu memasukan ke keranjang, kami terlalu senang berbelanja bersama. bahkan sesekali dia memilih barang untukku dan aku tanpa berpikir lagi langsung mengiyakan, seperti punya ikatan batin yang kuat, aku menyukai semua hal yang dia pilihkan.     
0

Kami sudah berada di depan Kasir untuk membayar, satu pengawal berjalan ke arahku dan memang dia adalah perempuan. Membantuku untuk membayar semua belanjaan itu, aku berjalan ke arah Nyonya Berenice, dia sedang berbicara dengan seseorang di telepon. "Ya, aku sedang berbelanja Dengan Choon-hee. Iya, nanti aku langsung pulang jika sudah selesai." Tak berapa lama dia menghentikan pembicaraan saat melihat diriku, dia tersenyum dan memasukan kembali handphone ke dalam tas kecil miliknya.     

"Nyonya mau langsung pulang?." Tanyaku pelan.     

"Aku belum makan siang, ini sudah hampir sore. jadi bagaimana kalau kita makan bersama saja? kita sampai lupa waktu saat berbelanja." Ucapnya sambil tertawa pelan, aku yang mendengar hal itu ikut tertawa.     

"Boleh, aku juga sudah sangat lapar. Kita menunggu sampai barang selesai di hitung?." Tanyaku lagi.     

"Tidak usah, ada pelayan yang akan membuatnya. bagaimana denganmu.?" Dia Menengok ke arah keranjang belanjaan milikku yang sudah di urus oleh pengawal perempuan tadi. "oh kalau begitu kita langsung saja berjalan ke Restauran yang ada di sana. Itu tidak terlalu jauh, makanan disana enak." Dia menggandeng tanganku, aku langsung mengikutinya dari belakang. kami mengobrol beberapa hal sambil berjalan, dia terlihat senang karena aku mau membuka banyak pembicaraan. dari awal yang tadinya bingung ini mengobrol apa, sampai akhirnya kami punya banyak obrolan hingga berjam-jam lamanya, aku bahkan sampai lupa sudah membeli apa saja tadi. Mungkin nanti aku akan membongkar semuanya di rumah.     

Kami sudah masuk ke dalan Restauran Jepang yang cukup hangat Tempatnya. Beberapa pelayan langsung menyambut kami, aku melihat-lihat makanan yang sedang di buat langsung oleh Beberapa Chef di restauran ini. terlihat ikan yang di potong masih sangat segar.     

"Kau makan yang sudah matang saja ya, tidak baik jika makan makanan masih mentah." dia tau Bahwa aku menginginkan Salmon segar Dengan perasaan jeruk lemon itu, dan memang ikannya tidak di masak lagi. Hanya di potong sangat tipis dengan cocolan saus berwarna coklat, aku lupa apa namanya.     

"Kita makan yang lain saja ya, ada ramen yang enak disini. kuah kaldunya pasti akan kau sukai." Dia berkata sambil memesan mie ramen yang katanya enak itu. setelah di memesan semuanya, kita duduk untuk menunggu.     

Nyonya Berenice mengeluarkan handphone dari tasnya. "ayo kita berfoto bersama, rasanya menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama dengan dirimu." Katanya dengan sangat bersemangat, aku yang mendengar hal itu tentu saja langsung Mengangguk mengiyakan.     

"Satu dua tiga.." ujarnya.     

"Sekali lagi." Kataku bersemangat, aku melihat bagaimana hasil foto kami sangat bagus. aku dan Nyonya Berenice mempunyai bentuk mata yang sama.     

"Ayo, satu dua tiga.." Kami mengambil beberapa gambar, lalu mulai melihat-lihat hasil yang ada di galeri foto.     

"Wah, kau cantik sekali disini." Katanya, aku yang mendengar pujian itu Langsung memerah malu.     

"Kau juga cantik Nyonya Berenice." Pujiku balik, dia sudah Tertawa kecil. Tak berapa lama makanan yang kami pesan sudah datang, melihat bentuk mie ramen di depanku. aku jadi ingat saat makan ramen bersama dengan ibuku, ahh.. hari ini aku cukup merindukan ibu, karena memang Nyonya Berenice sepertinya seumuran ibuku.     

"Ayo di makan, Mie ramen adalah makanan kesukaan anak perempuanku." Dia berkata sambil tersenyum manis ke arahku. aku yang melihat senyum itu langsung terdiam, kenapa? kenapa aku melihat wajah ibu di balik wajah Nyonya Berenice? aku benar-benar merindukan sosok ibu, Seandainya saja aku dan ibuku bisa melakukan banyak aktifitas seperti ini, pasti akan sangat menyenangkan.     

"Di makan, kenapa melamun?." dia mengelus pipiku, aku yang mendengar hal itu langsung mengangguk. Menahan air mata yang sudah mau keluar, aku langsung mengambil Sumpit dan mulai memakan mie yang masih hangat. aroma kaldunya benar-benar membuatku mengingat kenangan masa lalu. Masa-masa aku dan ibuku yang masih tinggal di Jepang, kami selalu makan mie Ramen Karena itu adalah makanan yang paling murah dan salah satu Restauran memberikan diskon kepada kami, karena terlalu sering makan disitu. Tapi itu dulu..     

Kenapa? setelah sekian lama aku tidak merindukan ibu dan mengingatnya, hari ini aku merasa hatiku begitu merindu?.     

"Bagaimana rasanya? enak?." Dia bertanya, lalu membuka tutup botol air minum dan memberikan padaku. aku yang melihat setiap gerakan tangannya langsung merasa Terhantam ribuan masa lalu, tanganku sudah bergetar hebat. ketika gerakan yang di lakukan Nyonya Berenice adalah gerakan yang selalu ibuku lakukan, bertanya apakah rasanya enak? lalu membuka air minum padaku. "Mau tambah saus cabainya lagi?." dia sekali bertanya, aku benar-benar tidak kuat menahan semuanya. aku membiarkan saja air mata yang sudah menggenang sejak tadi turun begitu saja, aku menangis. Ketika semua kenangan satu persatu masuk ke dalam otak kecilku.     

"Choon-hee?." Dia menegur diriku, aku yang tersadar dengan Semuanya. langsung menghapus air mata dan tertawa kecil.     

"Maafkan aku nyonya Berenice, aku tiba-tiba mengingat ibuku. kami punya banyak kenangan manis saat sedang makan mie ramen. Mungkin ini terdengar aneh, tapi aku benar-benar merindukannya. sampai tidak sadar bahwa sedang makan bersama dengan dirimu." Kataku jujur, dia Langsung Tertawa dan mengelus pelan rambutku.     

"Kenapa kau harus menahan semua rindu itu? kau bisa meluapkan semua kerinduan itu dengan diriku. anggap saja aku ibumu, aku tidak masalah dengan hal seperti itu. bagaimana Nak?." Air mata yang memang sudah mengalir, semakin jatuh tidak tertahankan. dia memeluk diriku dengan begitu erat, pelukannya membuatku langsung jatuh pada kegelapan dan masa lalu yang perlahan-lahan merenggut kenyataan.     

Aku yang lemah, atau memang Nyonya Berenice sangat mengerti kesedihanku saat ini? dia memelukku lebih erat lagi, aku ikut memeluknya dan menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya. Ibu..? Ibu Dimana sekarang? aku rindu ibu..     

"Kau bisa memeluk diriku jika memang merindukan ibumu, aku juga punya anak perempuan. aku tau apa yang kau Rasakan saat ini, aku tau bagaimana kerinduan membuat kita berusaha untuk kuat. aku juga tau bahwa masa lalu memang indah untuk di ingat-ingat, walaupun masa lalu itu juga membawa banyak kesakitan. Rindu dan cinta selalu mengikat tanpa tau malu, ketika pertemuan bisa melepaskan semua rindu dan cinta itu, aku berharap pertemuan kita ini membawa banyak perubahan di masa depan. aku berharap kita bisa seperti ini seterusnya." ujar Nyonya Berenice, aku tidak mengerti dengan apa yang dia katakan. aku hanya memejamkan mata dan merasakan semua kehangatan dari peluknya. aku hanya diam saja dan membiarkan waktu berlalu dengan perlahan-lahan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.