Hasrat Wanita Bayaran

Pagi ini masih bersama dengan dirimu



Pagi ini masih bersama dengan dirimu

0Choon-Hee menatap wajah Edwards dalam diam, pagi sudah menjelang, sinar mentari sudah masuk ke dalam sela sela gorden, namun dia masih enggan untuk bangkit dari duduknya dikasur dan membangunkan Edwards agar bersiap-siap pulang dari sini. Ink sudah seharian mereka berlibur, sejauh ini Nyonya Berenice memang belum mencari Choon-hee sama sekali.     
0

Semenjak Choon-Hee bangun sejam yang lalu dan berada dalam pelukan suaminya, membuatnya berbunga bunga dan enggan untuk melewatkan kesempatan berada dalam posisi ini.     

jatuh cinta memang gila, apalagi saat jatuh cinta dengan suami sendiri. terkadang Choon-hee malu karena mengakui perasaan itu secara gamblang, namun berulang kali juga dia bersyukur karena diberikan perasaan itu oleh tuhan.     

kicauan suara burung tak seindah dengan suara dengkuran dari bibir Edwards, bibir merah menggoda yang membuat Choon-hee ingin sekali mengecupnya.     

Saat pertama kali dia tau bahwa dirinya hamil, ingin sekali rasanya dipeluk oleh Edwards dan bangun tidur melihat senyumannya. mungkin ini pengaruh bayi yang dikandungnya, banyak mau. itu yang Choon-hee akui saat sedang hamil seperti ini.     

Namun secara tidak langsung Atau mungkin berkah dari Tuhan, Edwards sekarang benar benar memeluknya dengan erat sepanjang malam. hanya menunggu senyum dari wajah suaminya saja maka hari yang akan dilalui Choon-Hee menjadi pelangi setelah hujan.     

dia sedikit menyisir rambutnya dengan tangan, dia tidak ingin terlihat berantakan saat mata indah Edwards terbuka nanti. rasa penasaran dirinya untuk melihat mata itu dan senyumannya, wajah Choon-hee sudah berseri hanya membayangkan saja.     

padahal baru beberapa hari yang lalu dirinya dan Edwards bertengkar hebat, dan sekarang mereka Terlihat baik-baik saja. Lebih tepatnya, Edwards selalu Menyingkirkan masalah lama dengan kebaikan hati dan perasaan yang manis.     

Choon-Hee mencoba untuk mengambil pelajaran dari semua yang sudah ia lalui, walaupun berat tapi dirinya tau bahwa semua akan berlalu dengan semestinya.     

hanya perlu berusaha dan berjuang agar semua ini cepat berlalu, lagipula dirinya tidak sendiri. ada banyak keluarga yang membantunya bangkit dan menopang tubuhnya, Choon-hee tidak akan sendirian dan semuanya akan baik baik saja.     

"kau menunggu diriku bangun?" ucapan serak dari bibir Edwards, membuat Choon-hee seketika tersenyum senang, dirinya yang memang duduk disamping Edwards buru buru menggenggam tangan Suaminya dan mengecup perlahan.     

"aku menunggu dirimu, sejak tadi". Choon-Hee berkata jujur, hatinya sangat yakin bahwa hari ini akan berlalu dengan indah.     

"oh ya? kenapa?." Edwards bangun dari tidurnya dan sekarang posisi mereka berdua sudah berhadap hadapan. Suaminya dengan pelan mengusap matanya membuang sisa sisa kotoran disekitar mata.     

"aku ingin melihat senyummu dipagi hari". lagi lagi Choon-hee berkata jujur, seseorang pernah berkata pada Choon-hee, Bahwa untuk meluluhkan hati seorang pria adalah memberikan seluruh cinta dan kejujuran.     

"kau memang selalu menggemaskan, ada bayaran untuk senyuman diriku dipagi hari". Edwards mencoba untuk meledek istrinya yang memang tetap tenang mendengar permintaannya saat ini.     

"apa itu? katakan? aku punya seluruh harta keluarga Douglas, aku bisa memberikanmu apa saja". Edwards tertawa kencang dan membuat Choon-hee ikut tersenyum, wanita itu mendapatkan bonus dipagi hari ini. bukan hanya senyum Edwards namun tawa suaminya terdengar merdu sekali.     

"Really? kau menawarkan sesuatu yang memang juga milikku". tanya Edwards dengan gemas, dia mencubit pipi chubby istrinya.     

"punyamu juga punyaku, kau yang katakan itu. aku bisa membeli apa saja dan memiliki apa saja punyamu. jadi katakan saja apa bayaran itu?". kata Choon-Hee dengan rasa percaya diri yang tinggi.     

"ciuman pipi dipagi hari, bagaimana?." Tanya Edwards santai.     

"mengapa aku harus menciummu Edwards?." Choon-hee bertanya sambil memainkan alisnya naik turun.     

"karena kau menginginkan senyumanku, kau yang bilang seperti itu. Jadi kau harus bayar dengan ciuman." mendengar hal tersebut, Choon-hee sedikit berpikir dengan kata kata Edwards lalu tersenyum sedikit licik. Suaminya Langsung mengerutkan alisnya bingung, apa yang sedang dipikirkan otak licik istrinya ini.     

"aku sudah tidak ingin senyumanmu, aku bahkan tadi dengan mudah mendapatkan tawamu. itu sudah lebih dari cukup, jadi aku tidak perlu mencium pipimu yang bau itu". Choon-hee menyengir kuda saat mengatakan perkataan yang membuat Edwards tertawa sekali lagi. Istrinya benar benar pintar, lelucon recehnya mampu membuat Edwards terhibur.     

"baiklah baiklah, ibu hamil yang satu ini menang". Edwards tidak ingin memperpanjang perdebatan ini, dia hanya ingin membuat Choon-hee nyaman berada di dekatnya saat ini.     

"aku memang tidak ingin mencium pipimu, tapi aku ingin sekali mencium bibirmu". ucapan Choon-Hee belum sempat Edwards pahami dengan baik, namun sebuah bibir kenyal dan manis sudah mengulum lembut bibirnya. rasanya lembut mendominasi dan permainan lidah yang terburu buru membuat Edwards seketika meremang dan otaknya merespon dengan cepat situasi yang sedang terjadi.     

Membiarkan Choon-hee memimpin ciuman pagi ini dengan caranya, Edwards mencoba untuk menuntun ciuman Choon-hee dengan pelan, agar dia tak kelelahan dan membuat bayi dan kondisinya tidak baik.     

Choon-hee dengan cepat menyudahi ciuman itu saat tangan Edwards hampir menyentuh kedua puncak payudaranya.     

"aku suka bibir manismu, namun aku tidak suka tangan besarmu yang akan membuatku jatuh kedalam sumur terlarang". Choon-hee berucap dengan pelan, suara serak seksi yang membuat Edwardsmenjadi tidak baik baik saja.     

"kau pandai berbicara sekarang, aku tidak akan memaksa dirimu untuk bersama sama berlari kearah nikmatnya dunia. aku tau kau juga sedang lelah". Kata Edward dengan senyum manisnya     

"ya begitulah, kau memang sangat pengertian". Choon-hee sekali lagi mengecup bibir Edwards, hanya sebentar lalu merebahkan kepalanya di dada bindang suaminya itu.     

"Terimakasih ya, sudah membiarkan satu kehidupan tumbuh didalam rahimmu. aku harap kita bisa menjaganya bersama sama sampai Roh ditiupkan disana dan dia bisa lahir dengan selamat kedunia ini". ucapan Edwards membuat Choon-hee mau tidak mau merasa tersentuh, dia memang irit bicara. jadi saat ada kata kata yang keluar dari mulutnya, itu semua terdengar sangat manis.     

"aku akan sangat berterimakasih juga jika kau benar benar akan bersamaku menjaga kehidupan didalam tubuhku ini, aku tidak ingin meminta janjimu. aku hanya ingin meminta waktumu dan perhatianmu untukku dan anak anak kita". Kata Choon-Hee menimpali.     

"sesuai keinginanmu, katakan padaku apa saja yang kau inginkan. maka dengan semampuku akan kuberikan". Edwards bertanya dengan lembut     

Choon-hee hanya mengangguk dan membiarkan telinganya mendengar suara detak jantung dari suaminya. matanya mengantuk saat mendapatkan tempat ternyaman. paginya sudah indah, berharap siang, sore, dan malamnya juga akan sama indahnya.     

"tidurlah, hari masih panjang dan kita akan melewati ini bersama sama. dunia berputar sesuai porosnya. namun kehidupan di waktu mendatang tak bisa kita ramalkan. maafkan aku yang belum bisa membuatmu merasa bahagia, aku tau ini sulit. aku juga sulit untuk melalui semua ini, namun aku yakin keteguhan hatimu mampu membuatku jatuh kedalam pelukanmu". Edwards berucap tulus pada istrinya yang memang sudah tertidur. membiarkan Choon-hee beberapa saat dalam pelukannya, menghirup sensasi wangi yang membuat seluruh persendiannya terasa tenang.     

Edwards melihat mentari pagi yang semakin bersinar menyentuh tubuhnya dan istrinya melalui sela sela gorden, mengerti bahwa sejauh apapun gelap bersembunyi ada banyak cara cahaya masuk dan menerangi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.