Hasrat Wanita Bayaran

Badai salju



Badai salju

0Aku tersenyum senang ketika Aurora yang kami tunggu sejak tadi sudah mulai terlihat, warna hijau yang bergerak-gerak tercipta sangat indah. Aku menatap langit dari balik tenda, aku dan Renand sama sama membaringkan tubuh di atas kasur. Namun mata kami memandang langit dengan begitu lekat..     
0

Senyum di bibir kami tidak luntur sejak tadi, aku dapat melihat Keindahan dari Tuhan. aku dapat merasakan semua rasa dingin dan hangat secara bersamaan. Cahaya yang begitu menakjubkan membuatku tersadar, bahwa keindahan itu banyak macam bentuknya.     

Ketika kau bisa bersama dengan orang yang kau sayang, dan menciptakan keindahan itu sendiri. Kau akan dapat merasakan semua kebahagiaan tanpa syarat.     

Aku tau, Mungkin ini terdengar berlebihan bagi sebagian orang yang mendengarnya, tapi kalau boleh jujur aku sangat bahagia sekarang. aku bermimpi bisa bersama Renandra selalu dan merasakan keindahan ini setiap hari.     

Aku ingin dan aku terus menginginkan..     

Walaupun aku tidak tau apakah Kebahagiaan ini akan bertahan lama atau tidak, aku juga tidak tau apakah Tuhan benar-benar sedang memberikan kebahagiaan tanpa syarat, atau ada hal yang harus aku korbankan?.     

Kalian pernah dengar tentang ada kebahagiaan setelah kesedihan? kurasa iya, tapi apakah kau pernah dengar bahwa ada kesedihan setelah kebahagiaan yang begitu panjang....     

Ada satu masa di mana sesuatu yang berlebihan biasanya membawa dampak buruk, Dan aku takut dengan semua itu. Aku takut kebahagiaan yang besar ini akan sirna dalam sekejap, bahkan aku takut jika semua yang aku rasakan beberapa hari ini hanya sebuah mimpi panjang.     

Saat aku terbangun nanti, aku sedang berada di atas kasur apartemen milikku dan menatap langit-langit kamar yang membosankan.     

"Ternyata Aurora tidak bertahan lama ya, Kita menunggu berjam-jam sejak tadi. tapi Aurora hanya datang sebentar dan perlahan-lahan hilang." Suara Renand membuatku langsung tersadar akan apa yang tadi sempat ku pikirkan.     

Aku menatap langit lebih jelas lagi, Auroranya memang perlahan-lahan menghilang. aku hanya bisa menghela nafas pelan     

"Aurora akan datang lagi, kita tunggu lagi saja." Kataku pada Edwards     

"Ini sudah sangat malam, kita beristirahat saja lebih dulu." Edwards berkata pelan, dia menghabiskan makanannya dan menyeruput kuah terakhir dalam mie cup. lalu dia mendesah pelan karena merasa sangat senang karena berhasil menghabiskan mie cup lebih dulu.     

"Dasar! kau Seperti anak kucing yang menggemaskan. setelah kau kenyang, kau akan Langsung mau beristirahat." Kataku pelan, dan Edwards hanya tertawa saja lalu dia merenggangkan tubuhnya dan mulai tidur dengan perlahan. Dia benar-benar langsung merebahkan tubuhnya? padahal dia baru saja makan. dasar anak kucing.     

(Author POV).     

Choon-hee dan Edwards menutup tenda agar merasa lebih hangat, mereka sibuk bercengkrama hingga tidak melihat cuaca di sekitar. Beberapa pengawal yang memantau sudah melihat keadaan sekitar, Tapi mereka hanya memantau keadaan dari pada musuh, mereka tidak bisa memprediksi cuaca.     

hawa yang semakin dingin mereka kira karena pemanas di tenda mereka sudah sedikit rusak, Mereka juga tidak tau dari arah Utara sudah terlihat badai besar. Mereka juga tidak tau saat beberapa pengamat cuaca sudah berusaha memberitahu, namun gangguan sinyal membuat Ponsel mereka tidak berguna sama sekali.     

Keadaan terkesan hening beberapa saat, lalu angin cukup kencang menggoyangkan tenda. Choon-hee dan Edwards sudah saling melihat sekitar dari celah tenda. Mereka berpikir bahwa ini hanya angin biasa.     

Pikiran mereka yang terlalu positif tentu saja membuat keadaan semakin kacau, mereka juga tidak paham akan keadaan sekitar. Ini bukan daerah mereka dan mereka hanya bisa diam dan meringkuk bersamaan saat angin kencang lagi-lagi menggoyangkan tenda.     

"Edwards? Apakah ini akan baik baik saja? maksudku, angin kencang ini hanya hal biasa?." Choon-hee berbisik pelan pada suaminya, saat ini suaminya memang sedang memeluk Choon-hee dengan erat.     

"Aku tidak tau, Aku tidak bisa menghubungi salah satu pengawal. Kurasa ada gangguan sinyal, apakah kau mau aku keluar sebentar dan Bertanya soal Angin ini?." Tanya Edwards, Choon-hee di yang mendengar itu Langsung mengangguk saja.     

"Pergilah, Tanyakan ada apa ini. tapi jangan lama-lama." Kata Choon-hee pada suaminya.     

"Baiklah, aku akan kembali dengan cepat." Edwards melepaskan pelukan dari istrinya dan Mencium Keningnya sebentar.     

Edwards mengambil satu selimut tebal di samping Choon-hee. lalu Melilit tubuh istrinya itu agar semakin hangat. "Pakai selimutmu dengan erat, Cuaca semakin dingin saja." Kata Edward lagi, sebelum dia benar-benar keluar dari tenda.     

Saat keluar, Angin semakin kencang saja. Edwards menutup tenda dan berjalan perlahan-lahan ke arah tenda lain yang berisi para pengawalnya.     

Edwards melambaikan tangan untuk memberi kode pada para pengawalnya, Namun karena angin kencang yang menerbangkan salju-salju. Renand tidak terlihat oleh mereka, dia lupa membawa senter... Jadilah dia berjalan sedikit lebih dekat dengan tenda pengawalnya.     

Tenda mereka ada di bawah pohon-pohon besar, terlihat nyaman namun sedikit seram. Saat Edwards hampir membuka pintu tenda pengawalnya, saat itu juga angin kencang membuat badai besar yang menerbangkan banyak hal.     

Edwards terpekik kencang saat merasakan matanya kemasukan banyak salju, Salju-salju yang dari bawah tanah berterbangan ke ke langit-langit. Edwards berusaha untuk berjalan ke arah Tenda Choon-hee, Namun kakinya benar-benar tidak bisa melangkah.     

"Edwards!!!!." Suara Choon-hee samar-samar terdengar, Tapi dia tidak bisa membuka mulutnya. Tubuhnya terhantam angin dengan sangat kencang, Edwards terjatuh dan terbawa oleh angin yang memporak-porandakan semua yang ada di dekatnya.     

Edwards merasa tubuhnya terobrak-abrik kesana kemari.. Dia masih berusaha menggapai sesuatu yang mungkin ada di depannya, namun Nyatanya hanya angin yang tangan Edwards rasakan.     

"Edwards!!!! Tolong aku!!!." suara Teriakan Choon-hee semakin terdengar, tenda yang berisi istrinya itu sudah bergerak-gerak tidak karuan dan perlahan-lahan terbang terbawa angin. Edwards memegang akar pohon yang ada di bawah kakinya, dia berusaha membuka mata dan melihat kembali tenda Choon-hee.     

"Choon-hee!!!." Teriak Edwards juga, namun yang di Teriakan namanya sudah tidak terdengar lagi.     

di balik tenda yang sudah terbang, Choon-hee merasa tubuhnya sudah terhantam banyak barang. dia masih mencoba untuk memegang Perutnya agar tidak terkena barang apapun.     

"Edwards, Edwards tolong aku...." Choon-hee masih Berbisik pelan sebelum Sesuatu menghantam Kepalanya dan dia terjatuh tidak sadarkan diri. masih dengan posisi memegang Perutnya, badai salju terus bergerak beberapa saat setelahnya.     

Menerbangkan apa yang bisa diterbangkan, dan menghancurkan apapun yang bisa di hancurkan.     

"Choon-hee!!!." Teriakan Edwards kembali terdengar, saat badai sudah berlalu. saat itulah Edwards langsung bangun dari tumpukan salju dan mencari keberadaan Choon-hee.     

Edwards membuka matanya dan mencari kesana kemari, beberapa pengawal juga sudah terlihat bangun dari tumpukan salju. mereka membantu Tuanya untuk mencari keberadaan Nyonya mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.