Hasrat Wanita Bayaran

Hati Edwards yang rapuh



Hati Edwards yang rapuh

0Nyonya Berenice menggeram marah karena mendengar pernyataan dari Zurich Bahwa Choon-hee menemui Edwards. dengan kekesalan hatinya dia menyuruh semua pengawal ke hotel tersebut dan memisahkan Edwards dari anaknya.     
0

Seperti ingin memulai sebuah peperangan, Choon-hee dan Edward yang sedang berpelukan langsung terkejut saat pintu hotel di dobrak dan semua orang berpakaian hitam dan mengacungkan senjata tajam masuk dengan terburu-buru.     

Choon-Hee bahkan sudah memegang tangan Edwards dengan erat, dari balik Pengawal pengawal itu. Zurich dan Bella datang, melihat kedua orang yang di kenal olehnya, tentu saja membuat Choon-hee langsung Menghela nafas lega..     

"Kalian? kenapa membawa banyak pengawal?." Tanya Choon-hee bingung, Zurich hanya diam saja. Bella berjalan ke arahnya yang masih di peluk dari belakang oleh Edward, lelaki itu seperti anak anjing yang takut kehilangan ibunya.     

"Choon-hee kau sudah diberitahu untuk tidak menemui Edwards kan?." Bella berkata dengan pelan, Choon-hee yang mendengar hal itu hanya diam saja. Menengok sebentar ke arah Edwards dan menghela nafas lelah.     

"Ini, ibumu menelpon." Kata Bella lagi, dia memberikan ponselnya ke arah Choon-hee. Choon-hee langsung mengambil handphone itu dan mendengarkan apa yang mau ibunya katakan.     

"Hallo Mom? Ada apa? katanya Mommy banyak urusan jadi harus kembali ke Jerman duluan?." Choon-Hee mencoba untuk mencari celah agar ibunya tidak mengomeli Dirinya. Dalam hatinya sudah tau, Bahwa pastilah saat ini Nyonya Berenice sedang marah, karena dirinya sangat berani menemui Edwards. apalagi posisinya dan Edward sekarang begitu intens dan sangat intim.     

"Pulanglah Choon-hee, jangan temui lelaki itu lagi. Mommy tunggu di Jerman." Setelah mengatakan hal tersebut, nyonya Berenice mematikan sambungan telepon.     

Choon-Hee hanya bisa terdiam, lalu dia perlahan-lahan melepaskan pelukannya dari Edwards. "Aku harus pergi." hanya itu yang dia lakukan, dia berjalan pergi untuk meninggalkan Edwards. Baru saja Edwards mau menarik tubuhnya lagi lalu menahan Choon-Hee untuk pergi. Tapi para pengawal yang ada disana sudah menahan tubuh Edwards. Agar lelaki itu tidak mengikuti Choon-hee.     

Kepergian itu terlalu terburu-buru tanpa mengatakan apapun. seperti sebuah perasaan yang terbuang, hati yang hancur dan kekecewaan yang mendalam. Choon-Hee sudah meninggalkan lelaki yang masih membutuhkan dirinya. Choon-hee sudah meninggalkan lelaki pernah berharap banyak padanya.     

Pintu di depan Edwards telah tertutup, sekarang dia sendirian dan hanya bisa berdiri dengan rasa Sakit yang teramat dalam. Choon-Hee pergi? Begitu saja? tanpa mengatakan dalam perpisahan sama sekali?     

Siapa yang tak pernah merasakan kekecewaan dalam hidupnya? Paling tidak, hampir semua orang pernah kecewa satu kali selama hidupnya. Garis besar penyebab dari kekecewaan adalah ekspektasi yang tidak sesuai dengan harapan. Hasilnya tak sepadan dengan usaha dan perkiraan. Perhitungan pun jauh meleset.     

Bekerja keras agar bisa di hargai serta di lihat dengan rasa hormat dan kagum, ternyata balasannya tidak sesuai. lalu berusaha memberikan perhatian lebih pada orang yang kita sukai, tapi ternyata dia membalasnya dengan sebuah perkataan yang menyakitkan. Begitulah kekecewaan bekerja. Itu sebabnya, banyak orang yang trauma untuk menggantungkan harapan setinggi langit. Sebab, jatuhnya sangat sangat menyakitkan.     

Namun, jika diselidiki lebih lanjut, selalu ada celah kekurangan di balik harapan yang tak sesuai dengan ekspektasi. Ada usaha yang belum maksimal dan ada pula takdir yang hendak menyelamatkan kita dari marabahaya. Rasa kecewa tak harus kita tanggapi dengan penyesalan.     

Tapi bagaimana dengan perasaan dan harapan yang Edwards rasakan saat ini, ada harapan yang sudah menggantung sangat tinggi di langit. tentang dunianya bersama dengan Choon-hee. dia benar-benar berharap akan kebahagiaan, namun sekarang harus menerima rasa sakit yang teramat dalam.     

Edwards berjalan ke arah balkon kamarnya, dia menatap jalanan dan melihat Choon-hee yang ada disana. Masuk ke dalam mobil tersebut dan pergi meninggalkan Edwards sendirian, satu hati Edwards telah di bawa pergi. dan satu hati itu benar-benar menghilang lalu meninggalkan bekas yang sangat dalam.     

Sekarang, dirinya Sendirian lagi? Lagi?.     

Mungkin itu adalah pertanyaan yang tepat untuk menjelaskan posisi Edwards sekarang. baru saja dia mau menangis, satu pesan masuk di handphonenya berdering.     

Edwards dengan malas berjalan ke arah handphone tersebut dan melihat siapa yang mengirimkan pesan ke nomor pribadinya, karena jika ada pesan ke nomor pribadi, pasti itu sangat penting. jarang ada orang Yang mengetahui nomor pribadi milik Edwards.     

Mata Edwards langsung terbuka lebar, saat nomor itu ternyata di kirim dari Choon-Hee.     

[Edwards, maafkan aku. karena pergi begitu saja, kau harus tau Bahwa aku tidak benar-benar mau pergi dari hidupmu. Tolong, jangan salah paham padaku terlalu jauh.. Aku hanya ingin bersama dengan Keluargaku sebentar saja, mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Lalu, Setelah semuanya aku ketahui. aku akan mencari cara menemui dirimu lagi, mungkin nomor ini tidak akan bisa di hubungi setelah aku meninggalkan negara ini. Tapi kau harus tau, Bahwa hatiku dan hatimu selalu terhubung sampai kapanpun].     

Edwards tertawa kecil membaca pesan tersebut. "Hatiku dan hatimu selalu terhubung? pembohong!!." Edwards membanting Handphone miliknya dan mengacak rambutnya kesal. dia memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Mungkin tidur sebentar akan membuat otaknya lebih baik lagi.     

Ahhhh.. Edwards menghela nafasnya lagi, dadanya benar-benar sesak sekarang.     

Setelah sekian lama sendiri, akhirnya dia bisa menemukan wanita idaman. Sayangnya, kata 'idaman' ternyata hanya berlaku bagi Edwards, bukan orang tua bagi orangtuanya.     

Mempunyai orang tua yang tidak suka dengan wanita pilihan, memang jadi sebuah dilema. Orang tua memegang peranan penting dalam hidup, di sisi lain, Edwards pun tidak bisa berpisah dari kekasih. Lalu timbul pertanyaan, siapa yang harus dipilih, orang tua atau kekasih? Jujur, Edwards pasti tidak bisa memilih salah satunya. Dalam situasi ini, dia harus menjadi 'jembatan' antara orang tua dan si dia. Bagaimana caranya?. entahlah, sekalipun Edwards berhasil meyakinkan Nyonya Anne. Tapi bagaimana dengan orangtua Choon-hee?     

Masalah ini bukan hanya masalah kecil, tapi sudah bergerak sebagai masalah besar. sebab kedua keluarga sama-sama tidak mau mengalah dan tidak mau kalah.     

Edwards membuka matanya lagi, dia menatap langit-langit kamar dan tersenyum kecil. "Mom? kau lihat dari atas sana? Anakmu ini telah di tinggalkan lagi, apakah hidupku hanya untuk di tinggalkan? Mommy pergi dariku, Mommy Anne mencampakkan aku, Nenek Lecy pergi, Daddy tidak memperhatikan aku, dan Choon-Hee? dia pergi Mom. Dia memilih pergi menemui orangtuanya daripada aku. Mom? aku harus apa sekarang? Apa yang harus aku lakukan, aku bingung. Saat satu persatu orang yang aku percayai, mengkhianati aku. sekarang aku sendirian, apapun yang aku punya tidak bisa menahan mereka untuk tetap ada di sisiku." Edwards mau menceritakan semuanya pada Ibunya, seorang ibu yang telah lama meninggalkan edwards. hati lelaki Seperti Edwards benar-benar sangat rapuh saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.