Hasrat Wanita Bayaran

Black Card



Black Card

Edwards sudah berjalan dengan langkah tegas untuk menyapa para tamu undangan, Beberapa kali dia terlihat tersenyum dan menampilkan wajah ramah. Walaupun sebenarnya dia sangat malas meladeni mereka dan harus berbasa-basi.     

Edwards menjaga nama baiknya sebab banyak wartawan yang datang kemari dan memotret semua yang di lakukan oleh Edwards, ketukan sepatu heels membuat Edwards menengok ke belakang dan melihat istrinya yang datang.     

"Violet, kau cantik sekali." Edwards langsung merangkul pinggang seksi milik istrinya, Violet langsung tersenyum dan mencium bibir suaminya yang manis itu.     

Wartawan sudah memotret kebersamaan mereka yang begitu romantis, Beberapa gosip yang mengatakan bahwa Violet adalah wanita penyuka sesama jenis, malam ini ditampik dengan keras. melihat bagaimana Edwards merangkul pinggang istrinya begitu erat dan Protektif.     

"Hi Nyonya Violet, senang bisa melihatmu lagi disini. Kau selalu tampil cantik, Edwards pasti memperlakukan dirimu dengan sangat baik. Apakah dia sudah menebar banyak cinta?." salah satu kolega yang merupakan pembisnis di bidang properti, Menegur lembut Violet.     

Mendengar hal itu Violet dengan sengaja menaruh kepalanya di dada suaminya dan bersikap sedikit manja. "Kami sedang proses dalam pembuatan cinta itu, Tunggu saja kabar baik dari kami ya.. Kami juga sudah tidak sabar melihat Edwards junior yang akan lahir sebagai penerus." Violet berkata dengan wajah malu-malu.     

Drama yang violet lakukan memang terlihat begitu natural, Mau bagaimanapun Violet harus tetap membantu Edwards menjaga nama baik keluarga besar Douglas.     

"Ah aku doakan semuanya bisa terwujud dengan cepat, kalau begitu aku permisi.. mau mengobrol dengan yang lain." Pria itu pamit pergi dari hadapan Violet dan Edwards.     

Mereka berdua hanya mengangguk sopan, Violet sedikit menghela nafasnya dan melihat ke arah wajah suaminya yang tersenyum manis.     

"Kau kenapa? melihatku seperti itu, apakah aku terlihat aneh dengan gaun berwarna emas ini?." Tanya Violet pelan, Violet masih mendekatkan dirinya di tubuh Edwards yang hangat itu.     

Mereka seakan terlihat sebagai pasangan yang romantis dan sangat dekat. "Aku hanya senang melihatmu yang bersikap manja jika di depan banyak orang, Payudaramu juga terlihat bagus dengan gaun ini. kau semakin seksi, aku yakin saat rembulan menampilkan sinarnya.. kau seperti Dewi Yunani dengan sejuta keindahan." Pujian Edwards berhasil membuat Violet tersipu dan tertawa kecil.     

"Kau selalu bisa membuat hati wanita merasa bahagia, aku yakin kau akan mendapatkan banyak wanita dengan rayuan mautmu ini. Carilah satu wanita untuk menemani malam ini.. aku tidak pulang, Kekasihku sudah menunggu di apartemen. kami sudah baikan lagi." Ucapan Violet membuat Edwards sedikit sakit hati, Namun Edwards masih bisa menutupi perasaan itu dan mengangguk saja.     

"Akan kulakukan, Kau jangan terlalu lelah. Wajahmu akhir-akhir ini terlihat begitu pucat. Periksalah ke dokter, aku tidak mau sampai kau sakit." Perhatian Edwards membuat Violet semakin mendekatkan diri.     

"Tentu sayang, Aku akan menuruti ucapan suamiku yang tampan ini. Kau juga jaga kesehatan, aku boleh Langsung pergi? drama kita sudah cukup bagus untuk malam ini." Violet mencium bibir Edwards dengan sensual, lalu melepaskannya dan membuat Edwards merasa sedih.     

Violet pergi dari dalam pelukan Edwards, dia berjalan sambil sesekali menyapa tamu yang menegurnya. Kepergian Violet masih di perhatikan oleh Edwards.     

Menghela nafas pelan, Edwards tidak bisa melarang Violet untuk bertemu Kekasihnya yang sama-sama perempuan itu. Entah kenapa Violet tidak bisa melihat cinta besar yang Edwards tunjukan?.     

padahal Edwards sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi suami yang setia dan selalu memenuhi semua kebutuhan Violet.     

"Kak." Tepukan di pundak Edwards membuat dirinya langsung menengok.     

"Daniel." Jawab Edwards pelan, Daniel memberikan segelas wine pada kakaknya. Daniel sangat tau kenapa kakaknya terlihat murung setelah kepergian Violet tadi.     

"Jangan di pikirkan, apakah kakak sudah mendapatkan wanita untuk menemani malam ini?." Pertanyaan Daniel membuat Edwards menggelengkan kepalanya pelan.     

"Aku tidak berminat, aku lebih suka membaca buku saja untuk menghabiskan malam." Kata Edwards sambil meminum Wine di tangannya.     

"Jangan begitu Kak, Kau harus menghabiskan masa Mudamu untuk bersenang-senang. Aku kasihan pada Juniormu yang besar itu, kasihan dia selalu terkurung dalam sangkar dan tidak terbebaskan. Aku punya satu wanita cantik, Aku menyimpannya untukmu.. tadinya aku ingin pakai sendiri, tapi setelah melihatmu yang sangat sedih ini. kupikir memberikan padamu tidak ada salahnya." Daniel menaikan sebelah alisnya, menunggu persetujuan Edwards.     

Edwards berpikir sebentar lalu mulai menghela nafasnya pelan. "apakah wanita kali ini hebat?." Tanya Edwards yang mulai tertarik.     

"Kau akan terkagum merasakan servis darinya, dia salah satu wanita yang memiliki hasrat begitu besar. Wajahnya cantik dan tubuhnya begitu menggoda. dia air mineral di tengah gurun pasir.. aku jamin hal itu kak!." Ucapan Daniel begitu menggebu-gebu, membaut Edwards tertawa.     

"Baiklah, antarkan dia sejam lagi ke kamar hotelku. aku ingin dia menggerai rambutnya.. aku tidak suka wanita yang di kuncir." Kata Edwards.     

"Sip Kak, aku akan katakan padannya nanti. baiklah, aku pergi dulu.. Aku bosan menyapa para Tamu.." Daniel melambaikan tangannya dan mulai berjalan dengan santai menuju ke arah Choon-hee.     

Daniel memang sengaja memberikan Choon-hee pada kakaknya, karena sepertinya Choon-hee adalah wanita yang humoris dan cerdas.. Wanita bayaran tidak melulu harus pintar di atas ranjang, tapi dia juga harus pintar Mambawa diri serta bisa membuka obrolan jika percintaan telah selesai.     

Daniel datang sambil tersenyum, memainkan rambut Choon-hee yang sangat halus. "Kakakku mau menemui dirimu, apakah aku bisa gantikan posisi ku untuknya?." Daniel yang tadi pergi tiba tiba dan sekarang datang juga tiba-tiba. membuat Choon-hee sedikit berpikir keras.     

"Kakak? Maksudmu?." Choon-hee tidak berani mengucapkan nama pewaris utama keluarga Douglas itu, Pikirannya hanya menggantung saja dan sebisa mungkin tetap menampilkan wajah manis dengan senyuman.     

"Kau pura-pura tidak tau, Kakakku Edwards.. Dia mau dirimu malam ini, Dia memintamu untuk datang ke kamar hotelnya dan syarat dari dia adalah kau yang menggerai rambut indahmu itu. Dia suka wanita dengan rambut panjang yang tergerai." Mendengar perkataan Daniel, tentu saja Choon-hee langsung tersenyum senang.     

Sekali dayung dua pulau terlampaui, Choon-hee langsung bisa dekat dengan Edwards hanya karena berkenalan sebentar dengan Daniel..     

Choon-hee harus bisa memberikan servis terbaik, Apa yang harus dirinya lakukan sekarang? menggosok giginya? atau memoles lipstick lagi di bibir seksinya? Ah.. mungkin sedikit memberi pengharum di setiap jengkal kulitnya..     

"Jadi? Berapa nomor kamarnya?." Tanya Choon-hee dengan tidak sabar.     

Daniel langsung tertawa mendengar perkataan Choon-hee, Daniel memberikan kartu berwarna hitam dengan ukiran emas di sekitar sudut kartu.     

"Waw Black card hotel milik keluarga Douglas?." Kata Choon-hee terkagum, Choon-hee tentu saja tau jenis kartu seperti ini. ini adalah kartu sakti yang bisa membuat Choon-hee keluar masuk hotel dengan segala pelayan bintang lima.     

"Setelah kau memuaskan kakakku, Malam berikutnya datanglah ke apartemen Milikku. aku tetap ingin merasakan dirimu, jangan lupa ya.. selamat bersenang-senang." Daniel langsung meninggalkan Choon-hee, karena Daniel sudah sangat ingin pergi ke Club' bersama teman-temannya yang lain..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.