Hasrat Wanita Bayaran

Kami saling merasa di untungkan?



Kami saling merasa di untungkan?

0(Choon-hee POV)     
0

Aku sudah selesai memakai Gaun biru tua dengan lekukan yang pas di tubuhku, Memakai high heels 7cm untuk menambah kesan anggun pada kakiku.     

Edwards berkata bahwa malam ini dia memintaku untuk menemaninya makan malam dan juga memandangi Kota.     

Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu, dia sepertinya terasa sangat kesepian. jadi sekarang dia benar-benar mengajak aku makan malam, dibandingkan mengajakku bercinta di atas ranjang semalaman.     

Ck! Apakah malam ini dia benar-benar tidak mau menyentuh diriku lagi? mungkin saja, tapi tak apalah.. aku cukup senang dengan apa yang aku lakukan saat ini.     

Aku sudah menatap cermin sekali lagi, memakai parfum mahal yang sengaja aku beli untuk malam ini. lalu mengambil dompet kecil dan mulai berjalan keluar dari apartemen, satu orang pengawal sudah berdiri di depan pintu kamar apartemen milikku, dia menunduk hormat dan kami mulai berjalan turun untuk masuk ke dalam mobil yang sudah di sediakan oleh Edwards. Ya pengawal, Mobil dan satu supir untukku.     

Edwards benar-benar memanjakan aku dengan semua fasilitas yang dia punya, aku jadi merasa beruntung. Mungkin aku belum bisa memiliki Tubuhnya, tapi Mendapatkan kesempatan dengan semua kemewahan ini? Aku harus banyak banyak bersyukur.     

Aku sudah duduk dengan tenang di dalam mobil, memperhatikan jalanan malam ini melalui kaca jendela. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, jalanan terlihat tidak terlalu ramai. Mungkin karena kebanyakan dari mereka memilih berlibur ke luar kota atau luar negeri.     

Aku hanya menempuh kira-kira 20 menit untuk sampai di depan hotel yang sudah Edwards pesan. Restauran untuk makan malam kita kali ini terletak di atas gedung hotel, Salah satu lantai tertinggi dan kita bisa menikmati pemandangan kota dengan sangat baik.     

Aku pernah membaca tentang kemewahan dari Restauran Tersebut, di salah satu artikel. Tentunya di dalam internet, Dimana lagi aku bisa membacanya?     

Aku turun dengan langkah anggun, memasuki loby hotel dan di sambut oleh dua pelayan perempuan. Pakaian mereka begitu rapih dan sopan, aku hanya memberikan senyum semanis mungkin dan kami mulai memasuki lift.     

Lift tertutup dan mulai naik secara perlahan namun cepat, Aku menatap sekali lagi diriku di cermin kecil yang aku bawa. rasanya seperti sangat gugup, kenapa aku bisa gugup? padahal ini hanya sekedar makan malam..     

Lift berdenting dan kami mulai keluar dari sana, Pelayan itu membawaku ke salah satu meja yang sudah di pesan. Belum ada siapa siapa disana, Mungkin Edwards akan datang sebentar lagi.     

Aku duduk dengan tenang, Meja yang aku duduki terletak sangat strategis. aku langsung bisa melihat pemandangan kota dari jendela di sekitarku. Jendela besar dan sangat transparan, aku akan mengira ini tidak ada jendela. jika saja aku tidak melihat pembatas putih pada setiap sudut jendela tersebut.     

Mataku melihat ke sekeliling, sangat sepi.. Ya mungkin saja Edwards menyewa keseluruhan restauran untuknya saja..     

Aku mendengar alunan biola dan lampu mulai sedikit meredup, tak lama suara sepatu yang berjalan tegas mengusik pendengaranku.     

Aku menengok ke belakang lalu bangun dari dudukku, disana ada Edwards. dia berjalan ke arahku dengan tatapan datar.     

"Sudah lama menunggu?." Tanyanya dengan sopan, sebenarnya selama ini dia selalu sopan. pertemuan kedua kami dia tetap sama, Tetap luar biasa tampan dan menakjubkan.     

"Tidak, aku juga baru sampai." Edwards mengangguk saat mendengar penjelasan dariku. Kami kemudian duduk bersama secara berhadapan.     

Satu pelayan datang dan membawakan sebotol wine, Aku tidak tau jenis wine tahun berapa yang di bawanya. tapi pastilah wine mahal yang harganya sangat fantastis.     

"Mau memilih Menu Nona Choon-hee? atau yang ada saja?." Tanyanya lagi, aku yang mendengar itu hanya tersenyum kecil.     

"Apa saja Tuan Edwards, aku tidak pemilih." Kataku jujur, dia terlihat mengangguk sekali lagi dan mulai meminta pelayan membawakan makan malam untuk kami.     

Kami diam Beberapa saat, aku masih memandangi wajahnya yang begitu berkilau saat terkena pantulan lampu di atas kami.     

"Terimakasih untuk ajakan makan malamnya, aku merasa tersanjung." Aku membuka pembicaraan, dia langsung menengok ke arahku dan menatap mataku dengan dalam.     

Tidak ada senyum hangat yang dia tunjukkan padaku, hanya ada tatapan menelisik dan juga sesuatu yang dia pendam di dalam lidahnya yang kelu. Itu pemikiranku saja, entah Edwards benar-benar sedang ingin tau sesuatu tentangku, atau tatapan matanya memang seperti itu?.     

Aku tau kenapa dia selalu memenangkan tender besar dalam sebuah proyek, karena aku yakin para investor selalu tunduk pada tatapan matanya yang begitu tajam. aku saja yang terbiasa melayani Tamuku bisa menciut, hanya karena tatapan matanya saja.     

"Tidak usah berterimakasih, aku senang bisa makan malam bersama. Malam ini istriku pergi bersama teman-temannya, dan keluargaku punya acara masing-masing. aku cukup bingung ingin melakukan apa, jadilah aku mengajakmu." Setelah Edwards berbicara seperti itu, dia mulai meminum wine di dalam gelasnya. Namun tatapan matanya tetap mengarah padaku, namun sekarang terlihat lebih tenang.     

"Senang bisa menemani dirimu malam ini, apakah kita perlu bercerita sesuatu? atau kau hanya ingin di temani sebagai partner saja?." Tanyaku, aku hanya ingin tau apa keinginannya. aku sudah di bayar mahal untuk makan malam ini, tentu aku harus tau apa keinginan Klienku.     

"Apa yang bisa kau berikan?." Tanyanya padaku, kami saling bertatapan dan aku mulai berpikir.     

Apa yang aku bisa berikan padanya? Dalam hal apa? aku jadi semakin Bingung.     

"Aku bisa menjadi apa saja, pekerjaanku menuntut aku untuk serba bisa. Teman, sahabat, pacar, istri, kakak, adik.. Aku bisa menjadi semua itu dan memberikan sesuatu yang berbeda padamu. Tergantung apa yang kau mau malam ini dariku, aku akan berikan sesuai permintaan saja, Aku tidak mau sampai salah melangkah dan membuat partnerku kabur." Kataku dengan jujur, Dia tiba tiba Tertawa dan menganggukan kepalanya paham.     

"kalau begitu, malam ini aku mau kau jadi teman dan Kekasihku. berikan sesuatu yang bisa membuatku bahagia, apapun itu.. aku mau malam ini sampai hari berakhir, kau yang memulai semuanya." kata kata Edwards sangat jujur, aku yang mendengar hal itu seperti merasakan bagaimana Kesepian Edwards selama ini.     

apakah istrinya benar-benar hanya memikirkan diri sendiri? Sampai Edwards terlihat menyedihkan seperti ini. aku buru-buru langsung Tersenyum dan mengangguk setuju..     

Setidaknya aku bisa menjadi hal yang di inginkan Edwards malam ini, kami memang tidak saling mengenal, tapi kami bisa menjadi dua orang yang saling berhubungan.     

Karena kami saling membutuhkan, Aku butuh uang dari Edwards. dan Edwards butuh aku sebagai teman dan kekasihnya. kedua hal yang mungkin bisa membuat kami saling di untungkan.     

Tapi aku rasa, aku yang paling beruntung disini..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.