Hasrat Wanita Bayaran

Kemarilah



Kemarilah

0Aku keluar dari taksi, melihat Mall besar di depanku sambil tersenyum senang. akhirnya aku punya waktu untuk memanjakan diri sekali saja, ya sebenarnya aku saja yang tidak pernah meluangkan waktu untuk membuat diriku sendiri senang. Aku hanya memikirkan uang dan uang, untuk saja aku selalu peduli pada kesehatan, jadi aku tidak mudah sakit walaupun bekerja semalam penuh.     
0

langkah kakiku memasuki Loby mall, Melihat ke sekeliling. Banyak sekali pasangan muda mudi yang berjalan bersama sore ini, seumuran mereka memang harus di habiskan dengan waktu yang bermanfaat. Di bandingkan harus bekerja dan lupa waktu, Hingga tak terasa umur semakin tua.     

Mungkin beberapa tahun lagi aku bekerja, setelahnya aku akan fokus mencari masa depanku sendiri dan memiliki satu rumah kecil di pedesaan. aku akan membeli sebuah peternakan, untuk memenuhi kebutuhan hidupku dari berternak.     

Lalu sisa harinya akan aku Habiskan dengan memasak dan mencari Informasi tentang keberadaan ibu. Banyak hal yang mau aku lakukan, banyak pemikiran masa depan di otakku. Tapi sampai saat ini, semua keinginan itu belum terwujud satupun.     

Aku membuka Handphoneku kembali, Mencoba untuk menelpon temanku Bella. Bertanya padanya, Dimana dia sekarang. karena aku sudah memasuki lift dan menuju lantai atas Mall ini, dimana tempat Bioskop seharusnya.     

Menunggu beberapa saat, namun tidak di angkat-angkat. aku masih terus mencoba, saat pintu lift terbuka. aku keluar dari sana dan mulai berjalan untuk masuk ke lobby bioskop.     

"Kemana Bella?." kataku pelan, Aku melihat ke sekitar, siapa tau Bella sudah datang dan lupa melihat Handphonenya sendiri.     

Aku mulai menyusuri satu persatu lorong yang ada di dalam Lobby, Namun tidak aku temukan orang yang mirip Bella. aku mencoba untuk menelpon sekali lagi, berharap di angkat.     

saat aku menunggu beberapa saat. "Hallo?." Tanyaku pelan, ketika mendengar nada tersambung.     

"Hallo, Choon... maafkan aku karena harus mengatakan hal ini, tapi aku benar-benar tidak bisa datang ke Sana. Aku baru mendapatkan kabar bahwa kakakku kecelakaan, aku harus pulang ke desa malam ini juga. Padahal aku sudah bersiap dan Hampir menaiki taksi untuk ke Bioskop, tapi Ibuku baru saja Mengabari aku. aku juga lupa memberitahu dirimu karena sangat panik, maafkan aku ya Choon. Aku akan ganti Permintaan maaf ini di lain hari, Sekarang aku harus tutup teleponnya. karena aku harus segera berangkat." Setelah mendengar hal itu, Sambungan telepon langsung terputus.     

Aku hanya bisa menghela nafas pelan. "Kenapa nasibku sial sekali hari ini? dua kali sambungan telepon dariku di putus secara sepihak, kenapa rasanya sesak? Seperti di putuskan oleh kekasih?." Aku berkata sendiri dengan layar Handphoneku.     

lalu aku meniup pelan ujung poniku yang tertata rapih sebenarnya, aku memandang ke arah beberapa pasangan yang sedang memesan tiket bioskop. padahal aku ingin sekali bersenang-senang hari ini. tapi sialnya malah batal, susah sekali sih jadi aku.     

apakah aku harus pulang ke apartemen sore ini? Ya, mau kemana lagi aku? Hidupku hanya tempat apartemen dan Tempat bekerja. Aku bahkan hanya punya teman dekat satu saja, itupun hanya Bella. teman dekat perempuan.     

kalian tau kan bagaimana rasanya kesepian saat ini? aku jadi berpikir ribuan kali, jika aku mau berhenti bekerja tiba-tiba. tanpa rencana terperinci dan Benar-benar terarah, Akan jadi apa hidupku nanti? Teman tidak punya, apalagi sanak saudara.     

Kurasa aku harus benar-benar pulang dan menunggu kedatangan Edwards di dalam apartemen saja, Aku melangkahkan kakiku memasuki Lift kembali, berdiam diri sambil memandang kesana-kemari.     

Aku keluar dari lift dan menyetop taksi, Masuk lagi ke dalam dan diam lagi. Lurus sekali jalan hidupku, seperti tidak ada gelombang yang mau menghampiri. Perjalanan yang hanya memakan waktu 20 menit saja, terasa berjam-jam setelah kesepian begini. Ada apa dengan diriku? Biasanya juga aku selalu sendirian, mungkin bedannya sekarang aku sedang tidak bekerja ekstra, aku hanya bekerja saat di butuhkan saja oleh Edwards.     

Ya, Begitulah perjanjian dari Edwards. Dia tidak mau melihatku di booking pria lain, katanya Tuan Edwards yang terhormat mau perempuan yang bersih tanpa sentuhan tangan pria lain sebelumnya. Kenapa dia bisa berpikir seperti itu? padahal aku sudah sering di sentuh pria lain, apa lagi Bunga merah di balik selangkangan milikku. Itu selaku disentuh dan di nikmati banyak pria, Tapi hanya pria-pria yang memiliki banyak uang saja.     

Taksi yang aku tumpangi sudah sampai di depan Apartemen, Aku keluar dari sana dan membayar lebih. melangkahkan kakiku sudah payah untuk memasuki Lift dan menelan tombol lift.     

aku bersandar ke sisi Lift, melihat pantulan diriku di dinding lift yang terbuat dari kaca. Aku cantik, seksi, sedikit pintar, dan Begitu profesional. Tapi kenapa tidak ada yang mau jadi pacarku?     

aku yang tidak pernah kau pacaran, kenapa aku bertanya pada diriku sendiri kenapa aku tidak punya pacar? Itu namanya bodoh dan Gila. Aku mendesah pelan, Ketika pintu lift terbuka aku langsung melangkah keluar dan berjalan menuju pintu apartemen milikku sendiri.     

Aku membuka pintunya dengan sidik jari, Memutar knop pintu dan menutupnya lagi. Aku melemparkan saja tas yang aku pakai, lalu membuka sepatu dan melemparkan juga.     

aku baru sadar bahwa ruangan terlihat gelap, karena gorden aku tutup. Aku berjalan ke arah sisi Jendela, membuka gorden lebar-lebar. terlihat langit sore yang berwana sangat Oranye Di atas awan. aku tersenyum ketika melihat awan dan langit, mengingatkan aku pada Edwards.     

Edwards lagi Edwards lagi..     

Aku kemudian berbalik badan untuk berganti baju, namun gerakan kakiku langsung terhenti dan mulutku tidak sabar berkata. "Edwards? Kau disini? maksudku, kenapa anda bisa masuk ke kamarku Tuan Edwards?." tanyaku dengan tatapan mata yang begitu terkejut. Edwards sedang berbaring di atas tempat tidurku tanpa sehelai benangpun. dia benar-benar telanjang bulat, Juniornya sedang lesu dan tidak berdiri tegap. tapi yang membuatku menelan ludah susah payah adalah dua kelereng yang cukup sekal, di sekelilingnya di tumbuhi bulu-bulu halus. seingatku, Beberapa hari yang lalu bulu halus itu belum selebat seperti hari ini.     

"Kau sudah pulang, kau bilang 3-4 jam kau akan kembali ke apartemen. kenapa baru satu jam kau sudah kembali.." Pertanyaan itu membuatku menghela nafas pelan. aku juga butuh jawaban untuk itu, tapi aku tidak mungkin berkata pada Edwards bahwa temanku ada urusan lain kan? Maksudku, menceritakan dengan detail apa yang terjadi.     

"Temanku membatalkan begitu saja, saat aku sudah sampai Disana." Jawabku seadanya, aku mengikat rambutku dan membuka pakaian yang ada di tubuhku, aku hanya memakai celana pendek hitam dan Tenktop saja Sekarang.     

lalu berjalan ke arah lemari untuk mengambil baju, Edwards hanya memperhatikan saja dari kejauhan. "Tidak usah pakai baju, Kemarilah dan ambilkan minyak aroma terapi. aku butuh pijatan dan pelukan hangat." Suara serak Edwards membuatku tidak bisa berpikir Dengan jernih lagi, ajakan itu seperti pengumuman lotre yang aku menangkan. Apa yang akan terjadi pada Tubuhku Nantinya? jika aku hanya bisa menyentuh tanpa bisa merasakan?.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.