Hasrat Wanita Bayaran

Menemukan suami Pendamping



Menemukan suami Pendamping

0Tiga Ribu Tahun Setelahnya     
0

2023-     

Sinar mentari mengusik mata perempuan cantik yang baru saja turun dari mobil mewahnya, bermerk Lamborghini Huracan Evo AWD. Kaki jenjangnya yang putih mulus terlihat berkilau ketika mentari menyinari.     

Dia adalah Arabella Muticus, Langkah kakinya memasuki gedung tinggi pencakar langit di depannya. Suara high heels yang dia pakai begitu mengusik beberapa pasang mata yang melihat. Bukan karena suara yang mengganggu, namun karena high heels yang dia pakai adalah keluaran terbaru, dari salah satu brand terkenal di Perancis..     

Tinggi badanya sekitar 170cm, Dengan berat badan proposional. Lekukan pinggangnya tercetak sempurna di dalam balutan dress ketat berwarna biru tua, Kalung berlian yang menggantung di leher putihnya. tentu saja mendapat lirikan kagum dari beberapa karyawan yang menunduk hormat.     

Rambutnya berwarna Perak kecoklatan, panjang rambutnya sepinggang. Mempunyai bola mata Biru ocean dan hidung mancung, Bulu matanya lentik, bibirnya kecilnya merah seperti Ceri di musim panas.     

Ketika senyumnya menyapa para karyawan, terlihat lesung pipi dan gigi putih bersih yang rapih. Membuat dirinya seperti seorang Dewi yang sempurna.     

Sang kuasa seperti membuatnya secara hati-hati dan penuh cinta, Tidak ada kekurangan yang terlihat oleh mata telanjang. Hanya ada kelebihan dan kelebihan saja.     

Langkah kakinya memasuki Lift khusus para petinggi. Hanya ada Arabella seorang, Pintu lift tertutup dan mulai naik dengan cepat tanpa menimbulkan gerakan yang berarti...     

Matanya Birunya itu menatap cermin di depan, Jika orang lain melihat kesempurnaan, maka Arabella melihat dirinya seperti wanita yang banyak kekurangan. sudah hampir dua tahun semenjak dirinya mendapatkan semua ingatan tentang masa lalu, Namun sampai hari ini, Arabella belum menemukan pendampingnya sama sekali.     

Dirinya sudah beberapa kali batuk darah, Itu pertanda bahwa tubuhnya sudah melemah dari waktu ke waktu.     

Dimana Arabella harus mencari sang Merak Putih? padahal seluruh lelaki di bumi ini sudah banyak Arabella temui, Dimana kekasihnya itu? kenapa sampai hari ini, Arabella belum bisa merasakan cinta pada satu lelaki sama sekali.     

Apakah hidupnya akan berakhir, sebagai merak yang mati karena sendirian?     

Se-tragis itu hidupnya?.     

Arabella Muticus dulunya adalah seorang Puteri penerus kerajaan Muticus. di umurnya yang ke-25, Arabella menemukan cinta sejatinya atau biasa di sebut sebagai Pendamping hidup.     

Arabella adalah Merak asli dari keturunan Merak hijau, dan merupakan satu-satunya keturunan yang tersisa.     

Setelah kematiannya ribuan tahun yang lalu, Arabella seperti berada di persimpangan jalan yang tak berakhir. Sampai pada akhirnya dia menemukan lorong terang dan melihat dunia..     

ingatan Arabella tentang masa lalu, Datang ketika umurnya menginjak 22 tahun..     

seluruh kejadian dan masa lalu yang terkubur itu, satu persatu masuk ke dalam ingatan dan membuat Arabella bersedih..     

Tidak ada yang tau apa kelanjutan dari kisah cintanya ini, Selama ini Arabella kesepian dan terus mencari-cari.     

Namun benang cinta antara dirinya dan Cris belum juga terlihat..     

Pintu Lift terbuka, Arabella mulai melangkah keluar dan berjalan santai ke ruangan kerjanya.     

Dia sudah hidup di jaman yang sangat modern, Perusahaan besar yang dia datangi saat ini adalah perusahaan milik Ayahnya di dunia modern, Salah satu perusahaan terbesar di jagat Eropa.     

menguasai bidang properti serta teknologi mutakhir saat ini, Arabella mempunyai satu kakak laki laki yang gila kerja. Bahkan mereka jarang bertemu, Walaupun berada di perusahaan dan rumah yang sama.     

Sekretaris Arabella sudah menyapa kedatangan dirinya dan membuka pintu ruangan, Ruangannya sudah terasa dingin dan aroma kopi tercium hangat.     

Ara memang selalu meminum kopi di pagi hari, Salah satu kopi terbaik yang di datangkan dari sumatera, Indonesia..     

Menaruh tas yang di bawanya, dan mulai duduk di kursi kebesaran.. Arabella mengambil cangkir kopinya lalu memutar bangku hingga menatap ke jendela..     

Di pagi hari seperti ini, Arabella akan senang memandangi mentari dan awan yang cerah..     

Seperti sebuah kebiasaan untuk menenangkan hatinya yang selalu gundah dan resah..     

Menyesap kopi itu perlahan dan menghirup aroma yang menenangkan, di tambah lagi dengan alunan musik klasik yang selalu menyala di Ruangannya, tentu membuat pikiran lebih rileks dan santai.     

Detik berganti menit, Menit berganti jam..     

sudah satu jam lebih Arabella terdiam di depan jendela besar, Matanya tidak lelah memandangi langit.     

Ketukan pintu membuatnya tersadar dan memutar lagi kursi kebesaran, Melihat siapa yang datang..     

wajah sekretarisnya yang tersenyum manis, membuat Arabella mengangkat sebelah alisnya bingung. Senyum itu seperti senyum yang akan mengatakan hal buruk.. atau lebih tepatnya, sesuatu buruk telah terjadi.     

"Katakan Saja Devira." ujar Ara pada sekretarisnya.     

"Maafkan saya karena pagi-pagi begini membawa berita tidak baik, Semalam saya mendapatkan informasi bahwa anak perusahaan yang berada di Jerman mengalami masalah. Ada seseorang yang menaruh Bom di atap perusahaan dan menyebabkan kerusakan parah. Kakak Anda Tuan Aaron, tidak bisa datang kesana untuk sementara waktu, Karena dia sibuk mengurus bisnis di Amerika. Jadi terpaksa Nona yang diperintahkan, untuk datang melihat keadaan disana.."     

Ucapan Devira membuat Ara langsung menghela nafasnya pelan, apalagi sekarang? perusahaan di Bom? Really?     

Siapa orang bodoh yang sedang bermain-main dengan keluarga Caldwell?     

Arabella memang terlahir di keluarga Besar Caldwell, salah satu keluarga yang menggerakkan roda perekonomian dunia.     

Jadi, Jika ada orang bodoh yang sengaja merusak nama baik keluarga Caldwell. tentu saja orang itu berasal dari dua kategori.     

Yang pertama, Seseorang yang kekayaannya sama dengan Keluarga Caldwell.     

Yang Kedua, Seseorang yang tidak punya pikiran.     

sudah..     

Itu saja...     

"Kapan aku akan berangkat kesana?." Tanya Ara     

"Sekarang juga Nona." Ucapan Devira membuat Ara hampir menumpahkan gelas di tangannya. Kenapa sekretarisnya bisa sangat kurangajar begini?     

Devira selalu mengatakan Sesuatu dengan cara mendadak dan hal itu berhasil membuat Ara terkejut, Jika ada nominasi Orang yang bisa membuat kejutan besar. Maka Devira akan menjadi pemenangnya.     

Dia itu memang sering sekali melakukan banyak hal dengan cara mendadak, mungkin itu sudah menjadi kebiasaannya dan kebiasaan itu membuat Arabella sakit kepala!     

"Aku akan buang dirimu dari atap gedung!." Ara berkata dengan nada sinis, Devira hanya tersenyum dan mundur perlahan keluar dari ruangan Arabella.     

Setelah pintu tertutup, Ara kemudian bangun dari duduknya dan mulai merapihkan beberapa keperluan kerja yang memang harus dibawa, seperti Laptop dan segala pernak-perniknya.     

Setelah memastikan semuanya masuk ke dalam Tas yang sama, Arabella mulai melangkah keluar. Namun kakinya terhenti ketika jantungnya mendadak nyeri, memegang sebentar dadanya dan berusaha bernafas dengan baik.     

Arabella merasa bahwa sekarang dunia sedang berguncang, Rasa sakit di jantungnya sama seperti rasa sakit ketika dirinya menusukkan jantung ini dengan tusuk konde.     

Pertanda apa ini? apakah pertanda baik? Atau ada hal buruk yang terjadi?.     

*****     

Bab 2     

Bandara Internasional Berlin-Brandenburg.-     

Arabella memakai lagi kacamata hitam dari merk {G*C*I}. Terik matahari yang tidak terlalu menyengat tetap mengganggu pandangan mata Ara, dirinya memang tidak terlalu menyukai hawa panas. Namun tidak juga menyukai hawa yang terlalu dingin, suhu harus stabil, untuk menjaga kulitnya yang sudah melakukan banyak perawatan ini.     

Beberapa Pengawal bersiap di sekitarnya, salah satu petinggi perusahaan (Jerman) milik keluarga besar Caldwell datang menghampiri Ara. Senyumnya yang sopan menyambut Ara dengan penuh hormat.     

Ara memperhatikan sebentar pakaian pria itu dari atas sampai bawah, Pria tampan dengan tinggi sekitar 180cm dan kulit coklat yang eksotis. Alis matanya begitu tebal dan rahangnya yang terbentuk tajam, hidung mancungnya sangat sesuai dengan bentuk wajah tampannya itu, Ara baru tau ada salah satu petinggi yang mempunyai wajah seperti Dewa. belum lagi tatapan matanya, yang bisa menjerumuskan banyak pasang mata, ke lubang khayalan terdalam.     

Ara Melipat tangannya di depan dada, memperhatikan bola mata Pria itu yang berwarna hijau seperti tumbuhan.. Pria itu masih berdiri di depan Ara, tanpa berani menatap mata Ara Sama sekali.     

"Siapa Namamu?." Tanya Ara pelan.     

"Namaku Steve Nona." Jawabnya dengan suara serak yang tegas dan begitu berat.     

Ara mengangguk sebentar, lalu mulai melangkahkan kakinya lagi untuk menaiki mobil yang sudah di siapkan.     

Satu pelayan membuka pintu mobil, Ara masuk dengan gerakan anggun. tak lama, pintu mobil yang ada di depan juga terbuka dan duduklah Pria bernama Steve tadi. Dia duduk di samping supir dengan tenang tanpa menimbulkan gerakan yang berarti.     

Ara diam saja, Mobil mulai meninggalkan lapangan bandara dengan kecepatan sedang. Matanya biru Ocean miliknya sudah memperhatikan setiap jalanan yang di lewati, Ara memang jarang sekali pergi ke Jerman. Dirinya di sibukkan dengan Perusahaan utama yang berada di Swiss.     

Perjalanan tidak terlalu lama, Sekitar 15 menit. Ara sudah sampai di depan Hotel mewah dekat pusat kota. Pintu di sampingnya terbuka, Dirinya mulai melangkah keluar dengan pelan. Beberapa petugas dan pelayan sudah menyambut dengan hormat.     

Ara hanya tersenyum kecil, Di sampingnya Steve sudah berdiri dengan tubuh tegak. membantu Ara untuk menaiki tangga menuju lobby Hotel, Ara memegang erat tangan besar yang terasa kasar sekali. Ara tidak mengerti apakah tangan Lelaki akan terasa sekasar ini? setau Ara, Pria yang sering ditemuinya tidak pernah mempunyai telapak tangan yang sangat kasar.     

Namun Ara tetap diam saja, mereka menaiki tangga dengan perlahan dan hati-hati. Ara memang sedang memakai High Hells yang sangat tinggi, itu kenapa dirinya cukup kuat memegang tangan Steve.     

"Selamat Datang Nona Arabella Caldwell, Mari saya antarkan anda ke Kamar yang sudah di siapkan." Salah satu manager hotel menyambut Ara dengan sopan, Ara hanya mengangguk dan mengikuti saja. Tangannya sudah terlepas dari genggaman Steve.     

Steve kini ada di belakang Ara, Mereka mulai Menaiki Lift, yang akan mengantarkan Ara ke lantai kamarnya paling atas.     

Mereka hanya bertiga, keheningan mulai tercipta. dua pria berada di depan Ara. Perbedaan tinggi mereka cukup signifikan, Manager ini juga sudah berumur sekitar lima puluh tahunan.     

Sedangkan Steve, sepertinya masih berumur Tiga puluh tahunan. Wajahnya yang datar itu, tidak bisa membuat Ara menebak berapa umur sebenarnya.     

Lift berdenting, pintu terbuka dan Manager hotel berjalan lebih dulu. Pintu besar di depan Ara langsung terbuka, ketika kartu emas di tempelkan ke arah gagang pintu.     

Kamar besar yang mewah langsung terlihat, Gorden Otomasi Langsung terbuka. memperlihatkan langit sore yang sangat indah, pemandangan yang langsung menghadap ke arah gedung-gedung tinggi lainnya. membuat kesan mewah tersendiri.     

"Apakah ada yang bisa saya bantu lagi Nona?." Tanah Manager hotel dengan sopan.     

"Bawakan aku Jus buah Persik, Dan Beberapa Kue coklat." kata Ara.     

"Baik Nona, mohon di tunggu. Saya Pamit keluar, jika anda membutuhkan hal lainnya, langsung beritahu saya." Mendengar hal itu, Ara hanya mengangguk dan mulai berjalan ke arah jendela besar di depannya.     

Pintu sudah Terdengar tertutup, Tidak ada suara lagi yang terdengar oleh pendengaran Ara. Tapi Ara tau bahwa sekarang Steve tetap berdiri didepan Pintu, menunggu perintah Ara.     

Ara Membiarkan saja, mata Ara tetap memandang langit. dirinya memang sangat menyukai, jika ada jendela besar dan menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada.     

Matanya tampak berbinar dan menikmati setiap detik yang berlalu, tangan kecilnya menyentuh setiap rasa dingin yang di ciptakan dari kaca bening itu.     

"Steve." Panggil Ara pelan.     

"Iya Nona." Jawab Steve.     

"Apakah kau merangkap menjadi pengawalku?." Tanya Ara bingung.     

"Ya Nona." Jawaban Steve membuat Ara tanpa sadar tertawa.     

"Kukira aku salah menebak, kenapa kau harus menjadi pengawalku juga? apakah kakakku yang menyuruh dirimu?.", Tanya Ara Lagi.     

"Ya. Nona.." Jawab Steve.     

"Oh begitu.." Ara mengangguk pelan, kemudian mulai duduk di atas sofa berwarna abu abu dan merebahkan punggungnya dengan nyaman.     

"Carilah tempat duduk Steve, jangan berdiri terus.. aku jadi merasa tidak nyaman melihat orang berdiri terlalu lama. Lebih tepatnya, aku tidak suka di pandangi terus menerus seperti barang yang pecah." Ara mengatakan semua itu sambil tersenyum kecil, dirinya memang tidak terlalu suka di perhatikan begini. Kakaknya pasti menyuruh banyak hal pada Steve.     

"Maaf Nyonya.." Kata Steve pelan, membuat Ara menengok dan mengangkat sebelah alisnya menunggu apa yang akan dikatakan oleh Steve.     

"Kenapa?." Tanya Ara pada akhirnya.     

"Aku tidak bisa duduk, Bukan tugasku untuk berleha-leha." Jawaban yang terkesan datar tanpa ekspresi itu, membuat Ara mengangguk mengerti.     

"Kalau begitu, bisakah kau menceritakan Beberapa hal? sesuatu yang menyenangkan mungkin, aku bosan berdiam-diam saja. Sekretarisku tidak bisa ikut, karena dia harus menggantikan aku memimpin beberapa Rapat, jadi sekarang aku tidak punya teman mengobrol." Ara berkata panjang lebar, Menunggu Steve menceritakan sesuatu yang bisa membuat mereka berdua saling mengobrol.     

"Maaf Nona, Tapi perintah dari Tuan Muda Caldwell adalah tidak menerima obrolan apapun, jika itu tidak menyangkut pekerjaan dengan Nona Arabella Caldwell." Ucapan Steve membuat Ara hampir tersedak ludahnya sendiri, Apa!? kakaknya bahkan memberi peringatan seperti itu?     

"memangnya kenapa kita tidak boleh mengobrol hal lain?." Tanya Ara tak terima.     

"Tuan muda berkata bahwa adiknya suka meminta kencan, pada setiap lelaki yang dirasa menarik perhatiannya, dan Tuan Muda Caldwell juga berpesan padaku, untuk tidak menerima tawaran apapun dari Nona." Steve Berkata dengan tegas, tatapan matanya mengarah ke depan dan tidak menatap mata Ara sama sekali.     

[Ckckckck Kakaknya sialan! Dan Steve yang terlalu kaku! padahal semua lelaki yang bertemu denganku, selalu meminta obrolan panjang, ya walaupun Ara akan mencampakkan laki-laki itu, jika Ara merasa sudah tidak tertarik].     

****     

Bab 3     

(Arabella Pov)     

Aku menatap Wajah Steve yang sejak tadi masih tetap setia berdiri di sampingku, saat ini aku sedang makan. dan yang bergerak sejak tadi adalah mataku, bukan mulutku. kalian tau kenapa? karena aku begitu penasaran pada lelaki Seperti Steve.     

Tubuhnya yang bagus, Matanya yang tajam, Kesetiaannya menjaga diriku. Ya, katakan saja dia memang setia. karena memang dia tidak Bergerak sama sekali dari Tempatnya, sejak dia datang ke dalam kamar hotel ini.     

Aku tidak mau menyuruhnya pergi, karena aku merasa masih perlu asupan pria tampan untuk saat ini. sebelum aku melihat kenyataan dunia yang tidak adil, Mengingat setelah ini aku harus mengurus banyak pekerjaan.     

"Steve, kau tidak makan? Makan bersamaku tidak masalah.. aku tau kau belum makan sejak tadi, jangan pikirkan tentang Perkataan Kakakku. dia sudah berlebihan dan aku sedikit terganggu dengan apa yang kau lakukan saat ini." Ujarku pelan, aku menyuap salad sayur ke dalam mulut. masih dengan memperhatikan wajah Steve yang begitu datar.     

Sangat datar namun aku terpesona! Katakan bahwa aku memang murahan soal pria tampan. tapi wanita mana yang tidak jatuh hati ketika melihat Steve? Dia itu seperti pemain di Film mafia, Wajahnya dan tubuhnya seperti bisa membunuh kita hanya dengan sekali gerakan dan sentuhan.     

Membicarakan tentang sentuhan, diriku merasa bertanya-tanya. Tentang bagaimana sentuhan yang bisa aku dapatkan, jika berhasil menaklukkan hati Steve.     

"Tidak apa Nona, Aku senang berdiri disini.. Apakah anda mau saya keluar? Saya bisa langsung keluar sampai Nona selesai makan." Katanya pelan, dia berkata tanpa melihat ke arahku. aku hanya bisa menghela nafas pelan mendengar apa yang dia katakan.     

Dibandingkan semua Pria yang aku temui, Steve memang terkesan cuek dan jual mahal. Entah dia terlalu dingin dan kaku, atau memang dia sangat profesional dalam pekerjaan.     

Tapi aku tidak suka keduanya, aku mau lelaki yang ada di dekatku bisa merasa nyaman dan bisa membuat diriku tau. apakah dia calon suamiku atau bukan? Aku selama ini memang mencari calon suamiku sampai ke pelosok dunia. Tapi sudah banyak pria yang aku kencani dan tidak ada satupun dari mereka, yang merupakan Jodohku.     

Kalian tau bagaimana cara mencari Jodoh? Itu seperti memilih buah apel yang rasanya manis. Kalian harus merasakan lebih dulu, cicipi dan nikmati.. ketika kalian menemukan rasa yang sesuai, barulah kalian akan membelinya lalu di bawa pulang.     

Tapi tunggu! Tidak seperti itu! Nyatanya mencari Pasanganku tidak semudah itu!     

Jika memang semudah itu, aku sudah membeli banyak buah apel di seluruh dunia!     

Ah!!! Rasanya kepalaku sakit sekali, jika memikirkan tentang Pasangan hidup.     

"Tidak perlu Steve, aku senang melihat wajahmu dari dekat seperti ini. Tetaplah berdiri disana, apakah kau akan tetap diam saja? Jika aku menyentuhmu?." Tanyaku sedikit menggoda, aku harus mengeluarkan beberapa trik khusus agar bisa mendapatkan perhatian Steve.     

Biasanya Pria akan mudah di hipnotis dengan sedikit kata-kata manis, aku berharap hati Steve memang mudah sekali di sentuh.     

"Terlalu lancang, ketika seorang Nona berkata hal yang tidak pantas pada bawahannya." Telak! Aku hampir tersedak sayuran di dalam mulutku. ketika mendengar apa yang di katakan oleh Steve.     

Untuk pertama kalinya aku merasa bahwa dunia memang kurangajar, bagaimana bisa aku yang cantik jelita dan begitu manis. harus di tolak mentah-mentah oleh pria seperti Steve?     

Ini namanya Penolakan! memangnya ini namanya apa lagi? aku di tolak!     

Sialan!     

Aku menaruh sendok dengan kasar di atas piring, lalu mulai bangun dari kursi dan berjalan perlahan-lahan ke arah Steve. dia tetap memandang arah depan, belum bereaksi berlebihan ketika aku Mendekatinya.     

"Katakan sekali lagi? bagaimana bisa kau begitu lancang mengatakan semua ini padaku? Kau punya nyali besar ya..." Ujarku kesal, Namun wajah Datar Steve membuatku tertohok keras. Dia tetap diam tanpa merasa takut apalagi meminta maaf padaku.     

"Terlalu Lancang, Ketika Nona...."     

"Hentikan!!!." Kataku berteriak, dia benar-benar melanjutkan apa yang aku perintahkan. sialan!     

Dia seperti robot! malah sikapnya terlalu dingin untuk menjadi robot yang pintar.     

Aku berdiri di depannya, lalu aku menatap matanya dari dekat. dia menatap mataku juga, tanpa berkedip dan seolah menantang diriku dengan sangat yakin.     

Apa yang Membuatnya bisa seyakin ini? Memangnya dia tidak takut aku pecat? aku bisa saja membuatnya kehilangan pekerjaan dan juga kedua kaki dan tangannya. Namun rasanya aku menyayangkan hal itu terjadi, Jika aku membuatnya menderita. maka aku akan melewatkan berkencan dengan Pria yang aku sukai ini.     

Siapa tau saja dia jodohku, Bukan begitu?     

Jadi sekarang aku harus lebih sedikit Sabar dan Mendekatinya perlahan-lahan.     

Jika kalian berpikir aku sangat Terobsesi dengan Lelaki, kalian bisa katakan seperti itu. Aku memang sangat terobsesi dengan Lelaki tampan, tampan dan tubuhnya berotot seksi.     

Tapi jika kalian tanya apa alasannya?     

Ya itu karena Dulu Calon suamiku memang tampan, rupawan, Berotot, seksi, penyayang, lemah lembut, dan membuatku jatuh cinta padanya setengah mati.     

Jadi aku harus mencarinya hingga kemana saja, Aku yakin Bahwa dia ada di suatu tempat dan melupakan diriku. Melupakan masa lalu kami yang sudah terkubur ribuan tahun, Namun.. walaupun semuanya terasa sulit. aku tetap ingin mencari, aku mau mencari dan terus mencari cinta sejatiku.     

Siapa namanya dan siapa dia sekarang, aku benar-benar tidak peduli. Aku hanya Ingin menemukannya dan melanjutkan kembali Pernikahan kami yang telah lama tertunda.     

"Jangan terlalu kaku denganku, aku bukan ingin berkencan dengan semua Pria yang aku temui. aku hanya ingin memastikan Bahwa pria itu jodohku atau bukan, itu tidak salah kan?." Aku hampir memukul mulutku sendiri, karena bisa-bisanya berkata hal konyol seperti ini dengan sangat lantang di depan Steve.     

Steve kan orang baru, bagaimana bisa aku berkata begitu? Astaga! Arabella! Kau benar-benar terlihat murahan sekarang.     

Murahan dan Bodoh.     

Paket lengkap sudah!     

"Aku sudah tau Semuanya dari Tuan Besar, Itu kenapa aku di tugaskan disini untuk menjaga Nona. Beliau berpesan agar aku tidak jatuh pada pesona Nona dan tidak membiarkan Nona berkencan pada Pria manapun di negara ini. Karena Nona disini untuk mengurus masalah yang terjadi, bukan mencari Jodoh." Ujar Steve dengan suara pelan.     

Aku berdecih kesal, mendengar apa yang di katakan oleh Steve. membuatku yakin Bahwa kakakku memang sangat sialan! bagaimana dia bisa menceritakan kebodohan dan hal buruk diriku kepada Orang baru seperti Steve?     

Apakah Steve ini adalah orang kepercayaannya? tapi tetap saja, walaupun kepercayaan. seharusnya Kakaknya itu bisa membedakan mana informasi yang bisa di berikan dan mana yang tidak.     

Soal kencan ini kan adalah masalah Pribadiku, kenapa dia umbar-Umbar.?     

***     

Judul buku,     

Hasrat Cinta: Menemukan Suami pendamping     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.