Hasrat Wanita Bayaran

Memulai kesibukan



Memulai kesibukan

0Nyonya Christopher menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kenangan semasa muda bangkit kembali karena insiden ini. persetan dengan rambu-rambu lalu lintas, keselamatan keluarganya adalah hal yang utama untuk dirinya saat ini. Musuh sialan itu sudah berani mengusik ketenangan keluarganya, aku jamin dirinya akan mengerang kesakitan saat batang lehernya aku atahkan dengan kedua tanganku.     
0

doa dalam hati dan umpatan silih berganti terucap dari bibir ini, rasanya aku ingin menghancurkan seluruh orang di dalam ruangan tadi. sudah lama rasanya tangan ini tidak merasakan retakan tulang, kupingku sedikit terasa ringan karena mendengar jeritan banyak penjaga yang aku hancurkan mukanya.     

mereka tidak pernah tau siapa yang mereka hadapi saat ini, aku adalah keturunan mafia berdarah dingin. hidupku terbiasa dengan darah dan teriakan kesakitan, karena suamiku saja mampu merubahku menjadi lebih tenang dan tidak gegabah dalam menjalankan banyak hal. sialan memang, seperti sebuah penyakit kanker. Rasa ingin membunuh ini sudah menjalar cepat di sela-sela hatiku, aku ingin kematian mereka.     

Tapi karena hal ini, rasanya jiwa yang dulu sudah mulai terpanggil dan memberontak untuk keluar. aku sudah sampai di depan pintu rumah yang berisi cucuku dan Juga Kedua adik Queen. Ya.. salah satu anakku memang mengatakan Bahwa Kedua adik Queen dan Satu cucuku bernama Elizabeth, mereka keluar bersama saat terjadi penembakan di gedung itu. Aku tidak tau anakku itu tau dari mana, intinya aku harus menyelamatkan Mereka lebih dulu. Karena merekam lebih rentan untuk disakiti.     

Aku mengecek sekali lagi isi peluru dan mengantongi beberapa pisau kecil di saku celana dan jaket yang aku pakai. sepertinya dilihat dari banyak orang yang berlalu lalang, akan menjadi pertengkaran hebat setelah ini. mata elangnya menelisik satu persatu orang yang berpura-pura sedang menyamar.     

aku menunggu dengan sabar, detik berlalu begitu cepat. dengan langkah pasti aku keluar dari mobil sangat anggun, mungkin orang-orang di sekitar tidak akan tau bahwa aku ingin sekali membunuh seseorang, aku merenggangkan otot tangan yang sudah tidak sabar mematahkan leher dan tulang belulang para musuhku.     

aku masuk kedalam dan sudah banyak orang yang sedang bercengkrama, aku tidak bisa mempercayai siapapun saat ini. siapapun bisa menjadi musuh, Walaupun teman sekalipun. Kenapa Kedua adik Queen dan cucuku berada di tempat seperti ini? ini terlihat seperti pasar siang. Maksudnya, Tempat yang ramai dengan banyaknya penjual makanan. ketiga anak itu bersembunyi dengan baik, mereka bisa melakukan apapun ternyata. Hebat! aku rasa Keluarga Berenice memang sudah mengajarkan anak-anak mereka cara kabur dan bersembunyi dari Musuh.     

"Hei? Nyonya Christhopher? beruntung sekali melihatmu disini. sudah lama kita tidak bertemu Bukankah ini hari pernikahan anakmu?." suara seorang perempuan yang memang seumuran denganku datang sambil menepuk pelan pundak ku. aku hanya tersenyum semanis mungkin.     

"ah.. Hai.. maaf aku sibuk mengurus anakku belakang ini. bagaimana kabarmu Dian?" perempuan ini adalah teman masa SMA. aku memang tidak terlalu dekat dengaynya, namun cukup mengenal karena kita mempunyai bisnis yang sama.     

"ah aku baik, aku sedang melihat anakku yang bermain disini. Kau sendiri sedang apa? tumben sekali datang ke tempat Seperti ini." Tanyanya lagi.     

"ahhh.. Itu, aku hanya sedang ada urusan saja". aku berucap setulus mungkin, tidak ingin meninggalkan kecurigaan sama sekali.     

aku melirik satu persatu pedagang yang sedang berjualan, Mencari tau dimana Ketiga anak remaja yang saat ini mungkin bersembunyi, aku Berjalan pergi dari wanita tadi. Melihat ke arah jam tangan, benar.. pelacak mengatakan cucuku Ada di sekitar sini, dimana dia?     

Sekali lagi aku mengawasi sekitar, memastikan aku menangkap keberadaan cucu dan kedua adik Queen.     

aku melihat cucuku yang sedang mengobrol dengan salah satu temannya, mukanya langsung tersenyum seperti tidak ada beban. sakit rasanya melihat cucuku satu satunya harus bersembunyi sementara waktu setelah ini, masalah ini akan semakin membesar jika aku tidak mencari dalang utamanya.     

"Elizabeth!". ucapku sedikit berteriak, dia melihat ke arahku dan berlari pelan. dirinya meninggalkan temannya tadi. Dan tidak lama dua anak lainnya berlari mengikuti Elizabeth, aku tau mereka adalah Adik-adik Queen.     

"Nenek? Nenek baik-baik saja? bagaimana yang lain? kami kabur saat mendengar suara tembakan, Kakak Lucifer berkata jika terjadi sesuatu, kami harus lari dan jangan menengok ke belakang." Elizabeth sudah ada di depanku, wajahnya memang terlihat lelah sekali, namun tetap terlihat ceria Karena aku menjemputnya.     

"Bagus Nak! Kalian hebat. Ayo kita pergi, yang lainnya sudah menunggumu disuatu tempat yang cantik". aku menggandeng tangan Elizabeth dan salah satu anak wanita lainnya, aku tidak tau nama adik Queen itu, kami sudah berjalan sedikit cepat namun tetap menyeimbangkan langkah kaki.     

"Benarkah? aku tidak sabar berada di tempat itu. ayo cepat Nenek.." Dia menarik tanganku agar lebih cepat, ini kesempatan bagus untuk keluar dari tempat ini. Mobilku terparkir di tempat yang sama, beberapa langkah lagi kami sampai di mobil dan berlalu pergi.     

Namun 10 langkah sebelum sampai mobil, alarm dari jam tanganku mendeteksi adanya sebuah peledak disekitar kami. dengan cepat aku menarik mereka semua ke arah lain dan menjadikan tubuhku sebuah tameng, kami berlari dan suara ledakan kencang terdengar mendengung dikedua telingaku.     

DUARRRRR     

DUARRRRR     

Kami sedikit terlempar, namun aku berhasil membuat Mereka bertiga baik baik saja, aku dapat mendengar suara detak jantung cucuku bertalu kencang. Dan wajah kedua adik-adik Queen yang sudah sangat ketakutan.     

"Kalian baik-baik saja?." Tanyaku pada Mereka, mereka hanya mengangguk tanpa bisa mengeluarkan suara.     

"Nenek? suara apa itu?". aku hanya mengelus pelan kepalanya dan menepuk pundaknya. melihat kebelakang dan ternyata mobil punyaku yang meledak. sialan! orang-orang ini menunjukkan batang hidungnya terang-terangan.     

Aku menarik tangan Elizabeth, dua adik Queen juga langsung mengikuti diriku. Kami berjalan dengan cepat meninggalkan tempat ini, aku memberikan sinyal darurat melalui jam tangan tadi. kepada siapa aku harus mencari bantuan saat ini?. semua orang tidak bisa dipercaya, dan semua orang bisa menjadi musuh.     

suamiku sibuk dengan kedua calon besan kami, dan Lucifer sibuk dengan Queen. Lalu Anak-anakku yang lainnya? mereka juga sedang bersembunyi dan menyusun rencana. sekarang dirinya harus semaksimal mungkin membuat Cucuku tetap aman. aku berjalan ke arah lorong sepi, melihat persediaan peluru.     

"Kalian bertiga, sekarang buka bajunya Ya.. pakai rompi ini". mereka bertiga hanya mengangguk tanpa bertanya lagi, ini adalah rompi anti peluru yang dibuat khusus untuk keluarga Christopher. aku tidak ingin sampai cucuku kenapa-kenapa, karena aku tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini.     

"Sudah Nek, Elizabeth haus Nek." Kata anak otu     

"kita akan cari minum nanti ya, saat ini kita perlu berlari sedikit lebih cepat. kau bisa kan berlari Nak? seperti lomba lari saat kau memenangkan lomba musim semi kemarin. Kalian berdua juga bisa berlari kencang kan?." Tanyaku pada mereka.     

"Ya kami bisa." Mereka menjawab dengan sangat yakin.     

"anak-anak pintar, ayo kita mulai lombanya. kalian harus menutup kepala dengan tas ini ya.. lalu lari sekencang mungkin mengikuti diriku. apapun yang terjadi di belakang jangan menengok, dan jika aku bilang untuk lari terus, kalian harus lari sayang". Ujarku dengan sangat tegas.     

"Ya!." Kata mereka sekali lagi dengan yakin.     

"oke!! let's play!." aku dan mereka bertiga mulai berlari menyusuri jalan yang di lalui lalu lalang banyak orang. suara kendaraan berpacu cepat begitu pula dengan instingku yang menelisik ke segala arah.     

memegang erat tangan cucuku, aku tau dirinya kuat berlari. namun mungkin tidak akan bertahan lama, aku harus menemukan satu kendaraan yang bisa membawa kami keluar dari tempat ini.     

seseorang menabrak pundakku, aku tak menoleh sama sekali. pandanganku harus tetap fokus kedepan. membiarkan banyak orang melihat kami dengan pandangan aneh.     

di depan ada satu gang sempit, terdapat mobil pick up yang terparkir. aku mengajak mereka berbelok kearah gang itu dan sedikit beristirahat sebentar.     

melihat ke sekeliling, suasana tampak sepi. aku memecahkan kaca mobil dan dan membuka pintunya.     

"ayo semuanya!! naik!! kita harus meninggalkan tempat ini". mereka bergantian naik dengan lincah, tidak sia sia Cucuku berlatih boxing dan melatih kecepatan kaki setiap Minggu pagi. Dan aku rasa adik-adik Queen juga punya kehebatan yang sama.     

aku masuk kedalam pintu sampingnya dan membuka kunci mobil dengan cara manual. sudah banyak mobil yang kubobol selama hidupku. mobil biasa seperti adalah hal yang mudah untuk dilakukan.     

"Nenek? sebenarnya kita pergi dari siapa?" pertanyaan Elizabeth membuatku berhenti saat ingin menekan pedal gas.     

"Akan aku ceritakan setelah semua ini berakhir, sekarang kau hanya perlu memasang sabuk pengaman dengan kencang dan sedikit menutup mata jika takut, akan ada sedikit pertunjukan Nak. Oh ya.. Kau anak laki-laki, pegang Pistol ini dan pegang dengan erat. kau tau cara memakai pistol?." Tanyaku pada anak laki-laki yang sejak tadi diam saja. Dia langsung mengangguk, mereka mengerti tanpa banyak bertanya lagi, mungkin saat ini dalam benak anak tersebut menyimpan banyak pertanyaan. padahal dirinya sudah berjanji akan mengerti isi hati cucunya, namun kondisi seperti ini membuat dirinya juga tidak bisa melakukan apapun.     

aku menekan pedal gas dengan kecepatan sedang lalu berbelok kearah jalan raya yang ramai, menunjukkan sedikit keahlian mengemudi. persetan dengan beberapa polisi yang sudah bersiaga melihat mobil ini yang kacanya pecah.     

sudah berapa tahun lamanya, aku tidak pernah mengemudi ugal ugalan seperti ini. suamiku benar benar menjaga sekali diriku untuk tidak menjadi liar.     

Tapi karena situasi saat ini, akhirnya bakat yang sudah lama terpendam bisa kukeluarkan lagi.     

saat belokan pertama, aku sengaja menekan pedal gas kuat-kuat. sirine polisi langsung mengejar mobil yang aku bawa. aku hanya tertawa dan merasa bebas. angin menerpa wajahku, merasa seperti muda lagi. hidup di jalanan membuatku rindu.     

aku melirik mereka bertiga yang tetap tenang di kursinya, anak-anak itu memang mirip denganku. wajah tenangnya adalah salah satu kehebatan untuk bertahan disituasi mencengkam seperti ini.     

Sirine polisi bertalu di setiap sudut jalanan. mereka mencoba untuk memberhentikan mobil yang kubawa. ahhh kita buat mereka kesal karena cara mengemudi yang aku lakukan.     

satu lesatan senjata api menebus pintu belakang mobil, sialan! musuhku ini benar-benar mencari mati rupanya. andai saja dirinya mengendarai mobil kesayangannya, sudah dipastikan penembak itu kulindas dengan ban mobilku.     

Mobil pick up seperti ini hanya mobil sederhana yang tidak bisa melakukan apa apa selain berkendara.     

"Anak-anak!!! pegangan yang kencang, kali ini Nenek tidak akan menurunkan pedal gas". aku membelokkan mobil dengan lincah ke sudut jalan menuju hutan. aku harus membuat orang-orang yang mengejarku pergi dari sini.     

mencari jalan keluar melalui jalur hutan, jalanan yang berkelok-kelok membuat mereka yang mengikutiku kesulitan. aku sangat hafal persis jalanan disini.     

Tinggg....     

satu telepon masuk di jam tangan yang kupakai, suamiku menghubungi dengan sinyal darurat.     

"Hallo sayang, kau dimana?" itu suara suamiku. nadanya terdengar khawatir, ahhh sudah tua seperti ini namun cintanya padaku seperti masa muda. mendengar nada suara seperti ini mengingatkan tentang pertama kali diriku menjalankan tugas sebagai mafia dan suami ikut untuk menjagaku, aku merindukan masa masa ini..     

sangaattt...     

"Aku dalam kondisi tidak baik, tapi aku menikmatinya". ucapku pelan dan sedikit menyunggingkan senyum, tetap fokus dan sesekali melihat kebelakang melihat banyaknya mobil yang mengikuti. suara tembakan lagi lagi melesat cepat dibelakang mobil yang aku kemudikan.     

"kau gila!? kau lagi lagi nyaman disaat kondisi hampir mati? ingat sayang, kau membawa cucumu. dan dirimu tidak muda lagi!". Katanya sangat sangat khawatir saat ini     

"apa? coba katakan sekali lagi? maksudmu aku sudah Tua? aku tetap cantik dan sehat, dan kau mengatakan aku tua! dasar Tuan tidak berperasaan!!." Aku membentaknya dengan kencang.     

"sayang, bukan itu maksudku. kau ini harus menjaga baik dirimu dan cucumu, aku mohon berhati-hatilah. aku hanya ingin kau sampai dengan selamat tanpa kurang apapun". Ujarnya lagi     

"ya...ya, terserah kau saja. aku ingin menikmati semua yang kurasakan sekarang, astaga suara tembakan di belakang mobil ini seperti musik pesta yang kudengar setiap pagi". Kataku Tertawa kencang.     

"astaga istriku! menyetir lah dengan benar dan bawa cucuku dengan selamat. berhentilah main-main!!". Dia berteriak tapi aku tidak hiraukan.     

"Terserah kau saja, aku tidak akan mendengarkan nasihatmu kali ini. dan ya, tunggu aku 15 menit dari sekarang di perbatasan, aku akan sampai tepat waktu, Bye bye.. sayangku". aku mematikan telepon dan kembali fokus menyetir. satu motor berhasil menyalip mobilku, aku membanting stir ke motor itu dan membuat motor itu terpelanting dengan keras.     

"jangan lihat Nak kalau takut, fokus saja kedepan". aku mengatakan itu kepada cucuku tersayang, aku tak ingin dia melihat darah yang bercucuran tadi. mungkin akan lebih banyak darah setelah ini.     

Setelah hal itu satu mobil menabrak belakang body mobilnya dengan kencang, sedikit tersentak karena tabrakan mendadak itu. aku hanya melihat tubuh Ketiga anak remaja yang maju kedepan karena tabrakan itu.     

"kalian tidak apa-apa Nak?" tanyaku sedikit khawatir.     

"Kami baik-baik saja Nek." Kata mereka bersamaan.     

"Bagus!! kalian hebat!." aku mengusap puncak kepalanya dan tersenyum bangga.     

sedikit lagi, belokan kedua nanti aku harus membuat mereka masuk kedalam jurang agar tidak mengikuti mobilku.     

menekan pedal gas sekali lagi, dan mobil yang aku bawa terasa terbang karena tidak stabil. belokan didepan tinggal beberapa ratus meter, namun satu mobil hitam mencegah jalanku dan membuatku sedikit kehilangan kendali. sial!!!     

aku tidak mungkin membanting stir kedalam jurang, namun pilihan ada dua. keluar dari dalam mobil atau jatuh kedalam jurang.     

apa yang harus kupilih?     

ahhhh sialan! ada tiga anak yang harus aku selamatkan..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.