Hasrat Wanita Bayaran

Kepintaran Nyonya Christopher



Kepintaran Nyonya Christopher

0******     
0

Gak kerasa, Novel ini hampir 4 bulan. Sebenarnya Author mau buat sekuelnya dari sisi Queen dan Qabel, Itu kenapa di bab-bab terakhir lebih banyak Tentang Queen. Karena menurut Author, Tentang Choon-hee dan Edward sudah ketebak bahwa mereka akhirnya akan hidup bahagia..     

Jadi.. Akhir bulan ini, Tepat 31 July 2021. Novel "Hasrat Wanita Bayaran" Akan Author buat Tamat! Dan akan berlanjut dengan Cerita Queen dan Qabel. Tentang bagaimana kehidupan mereka menjalani waktu dengan keadaan masa lalu dan saat Mereka harus beradaptasi dengan Ibu Mereka, Choon-Hee tentu saja. Ada beberapa konflik yang nantinya akan bersifat pribadi banget, tentang penyakit mental sang anak yang terbiasa di tuntut dewasa dan selalu sempurna. Tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik, agar mereka tidak menjadi anak yang nakal..     

Author juga mau ambil sisi cerita dari sebagian kehidupan orang kaya, yang gak selamanya bahagia. Jadi ada beberapa poin yang akan author tonjolkan di cerita selanjutnya, Tapi semuanya akan author buat dengan lebih sederhana. Jadi pembaca juga bisa memahami dengan baik, tanpa harus banyak berpikir.     

Yang masih kangen sama Choon-Hee dan Edward, tenang saja!di cerita selanjutnya akan tetap author selipkan adegan Choon-hee dan Edward!.     

Hehehehe...     

Tapi Author bingung buat judul bukunya, Menurut kalian judul bukunya yang bagus apa ya? Kasih saran di kolom komentar ya..!     

Author Tunggu     

Terimakasih semuanya!     

******     

(Nyonya Christopher Pov)     

aku melihat suamiku yang ada di bekakang, dia sepertinya memperhatikan setiap jengkal tubuhku, mata mesumnya memandang seperti harimau sedang memangsa musuhnya.     

"Jaga matamu Tuan Christopher yerhormat, kau lihat ada tiga anak remaja disini". ucapku sedikit sarkas, laki laki tua mesum itu membuatku panas dingin karena tatapannya.     

"aku hanya memperhatikan apakah ada luka di kulit mulusmu sayang". Katanya mengelak, kami masih merangkak dengan pelan.     

"Berhentilah menjadi bocah kecil, sekarang lebih baik kau gendong cucumu saja!. biar aku yang jalan di depan. jika kau terus berbicara seperti ini. aku yakin beberapa langkah lagi kepala kita sudah di lubangi oleh timah panas". aku melirik ke arah Elizabeth agar naik ke atas tubuh Kakeknya, cucuku itu terlihat mengantuk dan kelelahan. apalagi sejak tadi kita tidak menemukan air untuk dia minum.     

Suamiku yang memang masih gagah di umurnya yang tidak muda lagi membuatku ingin memeluk ya saat ini, namun tidak. bisa besar kepala dia jika aku memeluknya terang-terangan.     

aku berjalan didepan secara perlahan melewati dedaunan kering yang dikelilingi pohon menjulang tinggi. memangnya ada apalagi di hutan selain pohon?     

memegang pistolku dengan erat, rasanya tanganku gatal untuk bergulat dengan laki laki bertubuh besar, yang membuatku harus menggelinding dari atas jurang tadi. ngomong-ngomong insiden tadi, jika suamiku tau aku membahayakan nyawa cucunya. bisa habis aku diikat di tempat tidur, mengingat sifat mesumnya dan kekonyolan itu.     

Semoga saja dia lupa menanyakan, bagaimana aku bisa ada di dasar jurang, untungnya aku pelompat handal, dan semoga saja tidak ada memar di tubuhku atau cucuku. jika ada titik biru saja, aku yakin mulut suamiku juga tidak akan berhenti mengoceh.     

"Dimana kau menaruh kendaraanmu sayang?". tanyaku padanya, aku tetap melihat kesekeliling takut-takut ada yang memata-matai kami.     

"Sepertinya tidak jauh dari sini, aku menaruhnya dibawah ilalang". Katanya padaku     

"ilalang? memang apa yang kau bawa? sepeda?". Tanyaku sedikit bingung     

"Motor lama kita". aku mengingat-ingat motor mana yang dia maksud.     

"Motor Tua warna merah itu? yang jok belakangnya bergambar hello Kitty?". tanyaku.     

"iya memangnya dirumah lama kita ada apa lagi? motor Harley? mimpi". dengusnya kesal. aku meliriknya sebal, jika saja tidak dalam situasi harus tetap tenang seperti ini, aku pasti sudah menyumpal mulut sialannya dengan bibirku.     

Kehidupan kami dulu memang sederhana dan jauh dari gelimangan harta, memiliki motor itu saja sudah sangat membahagiakan. walaupun kami berdua dari kedua keluarga kaya raya. namun karena kami menginginkan kebebasan saat masih muda dulu. itulah yang membuat kami membuat rumah itu dan menjalani kehidupan seperti orang biasa saja saat berada disana.     

Suamiku mengajarkan banyak hal tentang hidup dan kesederhanaan, membuat diriku bebas dalam dunia ini, mengejar mimpi tanpa bantuan siapapun. berjalan bersama melewati semua hal, cinta memang seperti itu. kebebasan adalah bentuk cinta sesungguhnya.     

Aku memegang pelan telapak tangan suamiku, memberikannya senyum manis. mukanya terlihat bingung namun tetap membiarkan tanganku berada disitu, inilah yang membuatku tidak bisa berpaling darinya. dia selalu mengerti perasaan dan isi hatiku, tapi mungkin tidak akan pernah mengerti saat diriku ingin balapan liar. batinku kesal.     

Aku melihat sepeda motor yang memang tertutupi ilalang, aku dengan cepat mengambil motor itu dan menaikinya. matanya menelisik tajam saat aku menghidupkan mesin motor.     

"Sudahlah sayang, ini bukan waktunya memberikan wajah bodohmu itu. naik dan kita harus pergi dari sini sebelum orang orang dibelakang kita mengetahui suara motor dan menjatuhkan kita dengan hujan peluru". Suamiku mendengus kesal, Elizabeth sudah tidur dalam pelukannya. dia pasti tidak akan bisa berteriak ataupun berkomentar banyak hal dalam kondisi seperti ini. walaupun aku tau dalam hatinya sudah kesal dan ingin mengumpat kata kata kasar.     

Dia mengeluarkan papan seluncur yang ada di belakang motor itu, Ada pengait yang berada di papan seluncur Tersebut. Dia Duduk di sana sambil memegang pengait, Sedangkan dua adik Queen duduk di belakangku sambil memeluk pinggangku dengan erat.     

aku mulai mengendarai sepeda motor dengan kencang, melewati jalan bebatuan dan ilalang disana sini. sudah lama aku tidak mengendarai motor, apalagi membawa suamiku seperti ini. pegangan di pinggang semakin terasa erat, Ketukan beberapa kali di belakang juga terdengar nyaring, aku hanya tertawa licik dan terus menarik grip gas dengan kencang.     

"Jika kulit cucuku lecet karena cara berkendaramu, aku pastikan akan kubuat kau mengerang di tempat tidur sayang". dengusan di belakang sana membuatku merinding gemas. suara seksi suamiku disaat seperti ini membuatku hampir hilang akal. jika saja tidak embawa cucu dan dua remaja lainnya, aku sudah membuang motor ini dan merubuhkan tubuh suamiku di ilalang. merobek bajunya dan mengecup setiap jengkal tubuhnya, astaga terkutuk pikiran kotorku saat ini.     

"Sayang, kau benar-benar meremehkan ucapanku? heh". Suaranya yang tertahan karena tidak ingin berteriak, aku tidak mengindahkan ucapan suamiku. ancamannya benar benar ingin aku buktikan nanti.     

aku membelokkan sepeda motor hingga sampai di belakang rumah lama kami, mengerem dengan perlahan dan menstandarkan motor. Aku turun memasang wajah gembira, tapi tidak dengan suamiku yang terus saja mendengus tak suka.     

"kau seperti banteng sayang". ucapku sambil tertawa.     

"Aku pastikan kau akan meminta ampun nanti malam, menyebalkan". katanya, dia meninggalkan aku dan berjalan cepat menuju depan rumah. aku hanya mengikutinya dan bersenandung pelan. hari ini membuat jiwa mudaku bangkit dan menyenangkan, aku menyukai saat saat aku bisa bebas berkendara dan menghancurkan beberapa muka musuhku tadi.     

"Nenek, Hebat sekali!." Kedua adik Queen Tersenyum sambil memberikan jempol mereka. aku langsung Tersenyum bangga pada mereka, hanya mereka yang paham bagaimana rasanya Bersenang-senang.     

kami masuk kedalam rumah, Diruang tamu sudah duduk pasangan Choon-Hee dan Edward. aku tertawa melihat wajah mereka yang biasa biasa saja, tidak seperti suamiku yang sejak tadi tegang dan memerah. entah mengapa dia begitu khawatir dengan kehebatan istrinya ini.     

"kau sudah sadar Queen?". tanyaku pada calon menantuku itu, walaupun wajahnya terlihat pucat namun dia sudah tersenyum dan menghampiri diriku. memeluk erat tubuhku dan mencium keningku, dia benar benar calon menantu yang sangat manis. bagaimana aku bisa tidak mencintai dirinya yang sangat menghormati dan menyayangiku seperti ini? tapi tunggu, kami saja tidak pernah bertemu. bagaimana bisa aku berpikir mencintainya? konyol sekali.     

"Aku khawatir saat kalian tidak ada disini, syukurlah Nyonya baik baik saja. Lucifer mengatakan bahwa kau menjemput adik-adikku karena ledakan itu. terimakasih Ya.." Kata Queen padaku     

"Iya, maaf Karena semuanya jadi berantakan, jadi kami memutuskan membawamu kemari. lagipula suasana disini bagus untuk kita, kau sudah jalan jalan keluar?." tanyaku, sepertinya Lucifer tidak menceritakan hal yang sebenarnya kepada calon menantuku ini. tapi ini lebih baik daripada dia mengetahui hal yang sebenarnya.     

"Nanti saja, bagaimana aku bisa berjalan jalan diluar saat kau dan yang lainnya belum pulang". Katanya lagi.     

"Sekarang kami sudah disini, kau boleh melihat lihat taman bunga bersama Lucifer. jangan terlalu memikirkan hal yang tidak perlu Nak, kau harus menjaga kesehatan saat ini. aku akan menelpon dokter nanti, kau tetap harus di periksa." Kataku padanya.     

"Ya, Anda juga harus istirahat ya. Aku akan tenang kalau kita sama-sama sudah istirahat Terimakasih sekali lagi." Ujar Queen dengan nada yang sangat lembut, dia begitu pucat dan lemah sekali.     

"Ya tentu, setelah ini aku akan membersihkan diri dan beristirahat. kau sudah makan?". tanyaku.     

"Belum, Ibuku akan memasak nanti katanya. tapi dia menunggu kau datang, mungkin kita akan makan bersama nanti." Dia tersenyum sekali lagi.     

"Baiklah, pergilah keluar bersama Lucifer ya... Lucifer? antarkan Queenmelihat taman bunga, jangan terlalu jauh dan berhati-hati ya". aku menyuruh Lucifer untuk mengajak calon menantuku ini keluar, ada beberapa pembicaraan yang harus aku ceritakan kepada Choon-hee, Edwards kami dan suamiku. aku tidak ingin Queen mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini.     

Setelah mereka berdua keluar, aku mendudukkan diriku di sofa. Choon-hee dan Edwards hanya memandangku dalam diam. suamiku kembali dan duduk di sampingku setelah mengantarkan ketiga anak remaja tadi untuk membersihkan diri dan untuk tidur dikamar.     

di awali dengan keheningan, arah pembicaraan ini akan bercabang kebanyak hal. mulai dari mengapa orang orang itu mengincar Queen? atau apakah Queen hanya umpan namun mereka mengincar orang lain dalam keluarga ini.     

"Mereka adalah perakit Bom khusus daerah Asia. aku melihat lambang di dada kiri baju mereka. aku tidak mengerti bekerja untuk siapa dan apa tujuannya, kita harus meminta bantuan sehabat kita yang lain untuk masalah ini". suamiku membuka perkataan tanpa basa basi, itu memang tabiatnya sejak dulu.     

"Aku mengerti, aku akan menghubungi beberapa rekan kita dulu. tapi aku tidak ingin mereka mengetahui keberadaan kita sekarang, kita harus bergantian pergi ke kota dan menghubungi mereka. serta memastikan tak ada yang mengintai kita". Giliran Edwards yang berbicara.     

"kurasa kita tidak usah bergantian untuk menghubungi orang luar. dua orang harus keluar dari sini dan menghubungi rekan, namun dua orang itu tidak boleh kembali sampai dirasa semua aman dan kita tidak Dimata-matai. terlalu berisiko jika mereka mengetahui tempat persembunyian ini." Choon-Hee mengatakan sesuatu yang benar, disaat seperti ini kita harus memiliki rencana khusus. apalagi kita tidak mengetahui siapa sebenarnya musuh kita sesungguhnya.     

"Aku setuju denganmu, kita akan pilih dua orang keluar dari tempat ini. siapa yang akan pergi?" tanyaku kepada mereka bertiga.     

mereka diam sebentar, aku juga berpikir siapa yang harus pergi disaat seperti ini.     

"lebih baik aku dan Edward yang pergi, kalian berdua jaga anak-anak. selain itu, pastikan Lucifer terus bersama Queen, itu baik untuk hubungan mereka, siapa tau dengan begini mereka semakin dekat." saran suamiku ada benarnya juga, disaat seperti ini kedekatan anak dan menantuku adalah hal yang bagus.     

"Aku setuju".     

"Aku juga".     

"Aku ya"     

kami setuju dengan saran suamiku, aku percaya tingkat waspada mereka berdua. Edwards tidak hanya bakat dalam bela diri, namun dia juga sangat pintar dalam melacak sistem komputer, hal itu sangat berguna diluar sana. aku lebih baik memantau calon menantu dan anakku disini, membuat mereka semakin dekat dan saling jatuh cinta. momen yang pas, memang benar kata orang dulu. dibalik kesulitan pasti tersimpan kebahagiaan.     

harus ada pengorbanan dalam kehidupan ini, dan jika ini adalah pengorbanan agar anak dan calon menantuku bisa saling mencintai, aku rela setulus hati.     

"Baiklah, besok pagi aku dan Edward akan pergi ke kota. sekarang lebih baik kita istirahat". ucap suamiku.     

Lalu kami berempat bangun dari duduk, aku dan suamiku naik ke lantai atas. dimana itu memang kamar khusus kami, aku ingin menyegarkan tubuhku yang sangat lelah ini. mandi air hangat untuk merenggangkan otot otot yang tegang, dan mungkin sedikit pijatan dari tangan hangat suamiku itu     

"Aku ingin langsung mandi, kau ingin ikut denganku?" tanyaku pada suamiku saat dia sudah menutup pintu kamar.     

"Tentu sayang, aku ingin memberikan hukuman atas dirimu yang mengacuhkanku tadi. akan kubuat kau tidak bisa bangun besok pagi". suamiku menggendong diriku dengan gerakan cepat kekamar mandi, aku hanya tertawa dan membiarkan diriku terbang kelangit. cinta memang aneh, tidak ada rasa khawatir jika kita bersama dengan orang yang kita cintai. memulai semua bersama dan mengakhiri ini juga bersama. itu adalah cinta..     

Aku tertawa saat dia mengangkat diriku dan kami mulai mandi bersama sedikit menenangkan pikiran dan bersenang-senang Tidak ada salahnya kan? Aku suka ketika kami bisa saling bertukar pikiran dan perasaan dengan sebuah keromantisan dan juga kehidupan seksual yang indah.. Terkadang, Bercinta adalah hal yang harus di lakukan.. Ya.. Kewajiban ketika dalam keadaan sulit seperti ini.     

Kehangatan itu akan membuat pikiran lebih baik, otak lebih segar, dan dunia ini akan jadi terasa baik-baik saja..Kita butuh cinta dan kehangatan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.