Hasrat Wanita Bayaran

kelahiran bayi



kelahiran bayi

0(Author POV)     
0

Choon-hee dan Edwards sudah tiba di salah satu rumah kecil dekat pantai, dengan segala kemewahan dan kecanggihan teknologi kedokteran, Edwards meminta dokter spesialis untuk datang ke rumah kecil itu berserta perlengkapan mereka. Mungkin lebih tepatnya, rumah sakit di pindahkan ke rumah kecil tersebut. Hanya untuk apa? menuruti permintaan istrinya yang mau melahirkan di pesisir pantai.     

Seperti ingin pergi berperang, agen khusus dengan perlengkapan penuh alat tempur juga sudah di sediakan di tempat itu. Edwards hanya bersiaga saja jika sewaktu-waktu ada hal-hal yang tidak di inginkan.     

Saat ini Choon-hee dan Edwards duduk di pinggir pantai, mereka berdua saling berpegangan tangan. Apalagi yang bisa Edwards berikan? selain ini semua? dia bahkan merasa detik berlalu dengan sangat menyakitkan.     

"Saat aku menutup mata nanti, apakah aku masih bisa melihat semua keindahan ini?." Tanya Choon-Hee pada suaminya.     

"Jangan berkata seperti itu, aku sudah siapkan dokter terbaik. Kau akan baik-baik saja." Ujar Edwards pelan.     

"Mungkin." Kata Choon-hee lagi, beberapa menit mereka habiskan dengan mulut yang sama-sama bungkam, Edwards hanya bingung ingin mengatakan apa di saat seperti ini. dia sedang kesakitan dan ketakutan. dia benar-benar resah dan hatinya sejak tadi terasa begitu nyeri.     

"Choon-hee, ayo.. Waktunya menjalani operasi persalinan." Kata Lita, suara wanita itu juga terdengar pelan. Choon-Hee yang mendengar hal itu hanya tersenyum kecil, Bibirnya memang sudah sangat pucat. Matanya tidak bisa melihat dengan baik, ini waktunya?.     

Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa Choon-hee harus melahirkan anaknya sekarang? Karena jika terlambat sedikit saja, anaknya akan mati di dalam kandungan, karena kanker itu akan menjalar cepat hingga membunuh bayinya juga. Padahal kandungannya baru 8 bulan, tapi Lita dan dokter yang lainnya berkata Bahwa bayi itu akan baik-baik saja jika di keluarkan sekarang juga.     

Edwards membantu istrinya untuk bangun, dia menggendong tubuh istrinya yang sudah sangat rapuh. angin menerpa kencang tubuh mereka, seperti memberikan salam perpisahan pada wanita yang ada di pelukan Edwards.     

mereka masuk ke dalam rumah yang sudah di sulap Seperti ruangan operasi kelas VVIP. Edwards percaya bahwa semua kecanggihan dokter sudah tersedia disini, tapi Edwards hanya bertanya-tanya. apakah Tuhan masih menginginkan istrinya baik-baik saja?     

Edwards menaruh istrinya di atas ranjang tempat tidur, dokter Lita langsung menyuntikkan cairan penenang untuk Choon-hee. Masih sambil berpegangan tangan, Edwards tidak mau meninggalkan istrinya sama sekali.     

"Kami akan bersiap, 5 menit lagi operasi akan kita mulai. Aku Berharap kau bisa membersihkan tubuh lebih dulu dan memakai pakaian Khusus Tuan Edwards." ujar Dokter Lita pada Edwards.     

"Baiklah, aku akan lakukan." Edwards mengecup Sebentar tangan istrinya yang sudah mulai kehilangan kesadaran, Edwards meneteskan air matanya. dia menangis dalam diam saat membersihkan tubuhnya dan berganti Pakaian. dia menangis seperti anak kecil yang akan kehilangan ibunya lagi.. ya.. lagi, dia akan kehilangan sosok yang sangat dia sayangi.     

Dengan berat hati dia menghapus air matanya, dia kembali ke ruangan itu setelah melakukan apa yang Lita katakan. saat dia kembali, dia sudah melihat sepuluh dokter beserta perawat yang berkumpul di ruangan ini. Mereka akan bergantian melakukan prosedur operasi sesuai yang di butuhkan.     

Dokter Lita dan yang lainnya berkumpul, kami melakukan doa untuk keselamatan ibu dan bayinya. Sekarang Edwards benar-benar ingin percaya adanya Tuhan, karena saat ini hanya Tuhan saja yang bisa menyembunyikan istrinya dan memastikan anaknya lahir dengan selamat.     

Setelah melakukan doa, Dokter Lita mulai menghela nafasnya dan dia maju bersama dua perawat dan dua dokter lainnya. Memulai operasi pertama, mengeluarkan bayi di dalam kandungan Choon-hee.     

Edwards hanya bisa berdiri di samping istrinya, yang berada di antara sadar dan tidak sadar. Tapi Edwards tau istrinya masih paham bahwa suaminya ada di sekitarnya.     

detak jarum jam seperti genderang perang, yang bertabuh dengan keras dan perlahan-lahan menyakitkan. Edwards hanya bisa berdiri dengan lutut yang lemas, tangannya sejak tadi mengelus jari-jari Choon-hee yang perlahan terasa dingin. Lebih dingin dari sebelumnya, tidak ada kata yang tepat untuk mengekspresikan keadaan saat ini. sebab rasa takut dan Kesedihan itu sudah terlalu besar untuk di perlihatkan.     

Lihat saja bagaimana mata Edwards sejak tadi meneteskan air mata, lihat saja bagaimana Dokter Lita yang tangannya sedikit bergetar dan nafasnya benar-benar terasa berat. Saat pisau operasi itu menyayat kulit perut Choon-hee selapis demi selapis. Lalu mulailah ketegangan terjadi setelahnya, bayi yang masih berada di dalam kantung ketuban terlihat jelas oleh mata para Dokter. Pada umumnya, kantung ketuban akan pecah sebelum bayi keluar dari rahim. Ada juga kasus ketuban yang pecah lebih dini sebelum waktunya melahirkan. Sama halnya dengan melahirkan caesar. Dokter akan merobek lapisan ketuban dengan pisau bedah untuk mengeluarkan bayi.     

Kantung ketuban adalah kantung elastis tipis yang membungkus bayi di dalam rahim. Kantung ini berisi bayi, plasenta, dan cairan ketuban. Kantung ketuban berfungsi melindungi bayi dari trauma benturan selama ia masih dalam kandungan sampai detik-detik persalinan. Biasanya, kantung ini akan pecah dan cairannya akan mengalir keluar untuk memungkinkan bayi keluar. dengan menelan ludah susah payah, Dokter Lita merobek perlahan lapisan kantung ketuban itu, dengan bantuan dokter lainnya. Bayi yang telah terlihat langsung di keluarkan dari perut Choon-Hee, mata Mereka terkejut. saat ternyata ada dua bayi di dalam kandungan itu, salah satunya langsung menangis dan di berikan pada Perawat.     

Tapi saat yang satunya di keluarkan, bayi itu hanya diam saja. Dokter lainnya langsung melakukan beberapa prosedur untuk membangunkan sang bayi, lebih tepatnya menepuk pelan dada bayi dan memukulnya agar menangis. Berulang kali dokter itu melakukan prosedur tersebut, hingga bayi yang Tadi tidak menangis sekarang sudah berteriak kencang..     

Dokter Lita ikut menangis, saat kedua bayi itu selamat. "Tuan Edwards, selamat. Anda menjadi seorang ayah dari dua bayi yang sehat. Anak laki-laki dan perempuan. Kami akan langsung melakukan prosedur lain, anda bisa melihatnya setelah bayi itu dalam kondisi stabil." Ujar dokter Lita, Edwards hanya bisa mengangguk dan mengusap air matanya yang tidak berhenti-henti keluar..     

dia Belum bisa melihat bayinya dengan baik, karena dua perawat langsung membawa bayi itu ke ruangan sebelah, melakukan prosedur yang di maksudkan oleh dokter Lita.     

disini Edwards masih setia mendampingi istrinya, perjalanan itu belum berakhir. Lita harus menjahit kulit Choon-hee lagi dan memastikan Tidak terjadi masalah serius.     

Namun baru saja mereka semua berharap tidak terjadi masalah serius, tiba-tiba saja darah mengalir cukup banyak dari robekan yang telah di buat. Dokter Lita langsung meminta beberapa bantuan dari dokter spesialis lainnya.     

Pada umumnya, wanita yang menjalani persalinan pervaginam mengalami perdarahan sebanyak 500 cc atau sekitar dua cangkir. Pada proses persalinan caesar, kehilangan darah mungkin bisa dua kali lipat. Pasalnya, rahim memiliki salah satu suplai darah terbesar dari semua organ di tubuh. Dalam setiap persalinan sesar, pembuluh darah besar dipotong saat ahli bedah membuka dinding rahim untuk mendapatkan akses ke bayi. Ketika seorang wanita kehilangan darah lebih banyak, bisa jadi ada beberapa komplikasi yang menyertainya.     

Edwards langsung memegang tangan Choon-Hee yang sudah sangat lemas, dia menutup matanya sambil berdoa dengan penuh harap.     

"Pasien kejang-kejang!." Kata salah satu perawat, Edwards memang merasakan tubuh Choon-hee yang bergerak tidak karuan. dia masih memejamkan matanya, Edwards masih berdoa dan menangis penuh arti. Dia berdoa, dia benar-benar berdoa pada sang Tuhan.     

"Tuan Edwards, bisa kau menyingkir sebentar. kami harus menangani nyonya Choon-hee dengan baik." salah satu dokter dengan berat hati menyuruh Edwards untuk mundur ke belakangan.     

Edwards hanya bisa pasrah, dia mundur ke dekat pintu. lalu melihat semua dokter mulai melakukan banyak hal. Darah sudah mengalir sangat banyak, tubuh istrinya tidak berhenti kejang-kejang. bunyi alat detak jantung juga terdengar begitu memilukan.     

Edwards menahan dadanya, dia memukul-mukul keras dadanya yang juga ikut sakit. "Choon-Hee bertahanlah sayang, anak kita kembar. anak-anak kita akan sangat membutuhkan dirimu disini." Ujar Edwards dengan suara pelan, lelaki itu kembali berdoa. memejamkan matanya dan mengucapkan semua yang kau dia ucapkan. yang dia harapkan dan yang dia inginkan.     

Beberapa menit penuh ketegangan, Edwards yang tadinya masih mendengar suara ribut-ribut dari alat dan suara dokter. Sekarang semuanya mendadak hening, terlalu hening. pundaknya tiba-tiba di tepuk oleh seseorang.     

Pada saat itulah Edwards membuka matanya dengan perlahan. "Tuan Edwards, maafkan kami. Kami tidak mampu melawan kehendak Tuhan, Nyonya Choon-hee dinyatakan meninggal dunia. Mengalami pendarahan dan komplikasi lainnya, disebabkan oleh Kanker yang sudah sangat parah juga, tubuhnya sudah lelah dan berakhir untuk berjuang." dokter Lita berkata sambil menahan air mata.     

Edwards langsung melangkah ke depan istrinya yang sudah tidak bernafas lagi. Matanya memandang sendu, istrinya pergi? dia benar-benar pergi?.     

"Dimana Tuhan? saat aku meminta dengan sangat, saat aku percaya akan keberadaannya. Tuhan pergi?." Tanyaku pelan, dokter Lita sudah melepaskan masker serta sarung tangan yang penuh darah. dia memegang pundak Edwards sekali lagi.     

"Tuan Edwards.. Tuhan mencintai Istrimu lebih dari kau mencintainya." Dokter Lita mengelus pelan pundak Edwards, mereka semua berduka dan menundukkan kepala dengan sangat damai.     

salah satu perawat membuka jendela dengan lebar, membiarkan angin pantai masuk ke dalam ruangan itu. Disana.. di ruangan yang sangat kecil, telah pergi seorang wanita cantik yang sangat kuat dalam hidupnya.     

disana.. Seorang istri, ibu, dan seorang perempuan paling baik hati telah meninggalkan dunia itu dengan sangat menyakitkan.     

Edwards tidak menangis, dia tidak punya air mata untuk menangisi istrinya yang sudah tidak bernyawa. "Pada akhirnya kau benar-benar pergi Choon-hee? kau meninggalkan aku dan anak-anak kita? kau tidak mau melihat mereka dewasa?." Tanya Edwards lagi.     

Lelaki itu menghela nafasnya, lalu dia menatap jendela yang terbuka lebar. angin menerpa wajahnya, kesakitan itu tidak terasa lagi. Karena hati Edwards saat ini sudah mati bersama kepergian istrinya.     

** TAMAT***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.