Hasrat Wanita Bayaran

Memberitahu Edwards



Memberitahu Edwards

0masih tentang kebersamaan, aku dan Edwards berpegangan tangan di atas ketinggian ribuan kaki dan di dalam jet pribadi. sejak tadi aku melihat Edwards yang tertawa-tawa kecil saat melihat video kami bercanda. dia senang sekali melihat wajahku yang beberapa kali dalam pose tidak siap.     
0

Edwards terlalu bahagia, aku cukup senang melihatnya saat ini. "Lihat.. Lihat.. wajahmu lucu sekali, saat kau makan sangat banyak! hahahhahaha..." dia kembali tertawa, aku hanya mengangguk dan semakin mengeratkan genggaman tangan kami.     

Sebenarnya sejak tadi aku sudah merasakan mual dan kepalaku pusing sekali, aku tau ini bukan hal yang bisa di anggap baik-baik saja, penyakit yang aku derita sudah pada tahap paling parah. saat Pengecekan terakhir kemarin, Lita berkata bahwa aku sudah tidak bisa berpergian lagi. aku harus dirawat dan harus menjalani beberapa pengobatan, tapi aku tidak mau. lebih tepatnya aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku yang berharga hanya untuk berada di ranjang rumah sakit. Aku mau melihat dunia bersama suamiku yang sangat aku cintai.     

Sebenarnya, Kanker serviks stadium 4 adalah tingkat keparahan tertinggi dari kanker serviks. Dalam kondisi ini, kanker serviks sudah masuk dalam tahap stadium lanjut. Pada kanker serviks stadium 4, sudah terjadi metastasis, yang berarti sel kanker telah menyebar ke organ atau jaringan tubuh yang lain. Kanker serviks atau kanker leher rahim stadium 4 terbagi dalam dua tahap, yakni stadium 4A dan stadium 4B.     

Pada kanker serviks stadium 4A, kanker menyebar ke organ yang letaknya dekat dengan serviks, yaitu kandung kemih hingga rektum (bagian akhir dari usus besar). Sedangkan pada kanker serviks stadium 4B, kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain yang lebih jauh seperti tulang, hati, paru-paru, dan kelenjar getah bening di luar panggul. Pembagian stadium untuk kanker serviks mengadaptasi sistem FIGO, yang merupakan federasi internasional dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Sistem ini membagi stadium kanker berdasarkan kedalaman tumor, lebar tumor, dan sejauh mana kanker telah menyebar.     

Dan aku telah memasuki stadium 4B. sudah Terlalu parah jika harus menjalani pengobatan, aku juga tidak akan bisa melahirkan secara normal. proses melahirkan nanti akan mempertaruhkan nyawaku dan bayiku. Kenapa aku terlalu keras kepala? karena aku sangat ingin menemani Edwards di detik-detik terakhir hidupku. aku mau dia tau bahwa aku akan selalu bersama dengannya, kapanpun dan dimanapun dia akan selalu melihat diriku dan senyum di bibirku.     

Walaupun aku yakin, kepergian diriku nanti akan membunuhnya. membuatnya mati dan kehilangan arah, tapi aku bisa apa? kematian sudah di takdirkan bukan?.     

"Choon-hee? astaga!!! hidungmu! hidungmu berdarah! kau baik-baik saja? sayang.. kau baik-baik saja?." suara Edwards yang panik membuatku tersenyum kecil, aku mengusap hidungku yang memang teryata mengeluarkan darah. aku juga merasa tubuhku tidak benar-benar bisa bergerak dengan baik. terasa dingin dan aneh, nyeri di semua bagian tubuhku. tidak bisakah Tuhan berikan sedikit waktu lagi? aku mau meninggal dunia di tempat yang indah, bukan di tempat yang berada di ketinggian seperti ini.     

"Lita! kemari!." Kata Edward lagi, aku dapat melihat dokter Lita yang sangat panik. Dokter Lita memang ikut dalam perjalanan kami saat ini, Karena dia benar-benar mengkhawatirkan kondisiku. aku tersenyum padanya, dia hanya bisa menangis pelan sambil memberikan beberapa cairan suntikan ke tubuhku.     

"Choon-hee, kau harus beritahu Edwards apa yang terjadi." Kata Lita dengan suara pelan, Walaupun pelan aku tau Edwards dapat mendengar semuanya. apakah ini saatnya? aku mengatakan pada Edwards apa yang terjadi?.     

"Apa? apa yang diberitahukan padaku? ada apa sebenarnya?." Tanya Edwards bingung, dia menatap mataku. aku hanya bisa mengelus pelan pipinya. "Choon-Hee? jangan membuatku takut! ada apa? apa yang kalian rahasiakan selama ini? Apakah kalian benar-benar menyembunyikan hal penting dari diriku? apakah anak kita baik-baik saja?." Tanya Edwards dengan resah, aku merasa bersalah karena menyembunyikan semuanya cukup lama.     

"Edwards, apakah kau akan memaafkan aku jika kau tau yang sebenarnya?." Tanyaku pelan, dan Edwards langsung mengangguk.     

"aku akan tinggalkan kalian sebentar, tiga puluh menit lagi kita akan mendarat di tempat tujuan. aku harap kalian mempersiapkan diri." Dokter Lita menghapus air matanya dan dia memilih pergi.     

Edwards kembali memegang tanganku, lalu dia memeluk diriku dengan erat. aku tau dia ketakutan, dia benar-benar takut saat ini.     

"Aku mempunyai penyakit sangat mematikan, Kanker Serviks stadium akhir. Sebenarnya aku mengetahui ini lima bulan yang lalu, saat kita sama-sama di rumah sakit. Lita mengatakan Semuanya, Tapi aku berkata padanya untuk menyimpan rahasia ini darimu dan yang lainnya, aku hanya tidak mau kau bersedih. aku juga tidak mau terkurung di dalam ruangan rumah sakit dan membuatku Frustasi. aku mau keliling dunia seperti apa yang kita lakukan selama ini, aku senang dan aku bahagia. rasanya semua keinginan di hidupku sudah terpenuhi satu persatu. aku merasa Bahwa takdirku telah berakhir, aku benar-benar merasa dunia ini memang sudah cukup bagiku." aku berkata sangat pelan, melepaskan pelukan dari Edwards dan menatap matanya.     

wajahnya sudah sangat pucat, aku tau saat ini dia benar-benar merasa bingung dan sedih. Bibirnya bahkan sudah bergetar, perlahan tapi pasti. aku melihat Air matanya turun, dia Menangis sedih di depanku. aku hanya bisa diam saja, aku masih memegang tangannya dengan erat, memberikan semua kekuatan yang aku miliki.     

"apakah kau tidak bisa sembuh?." Tanyanya dengan pelan.     

"Aku ingin anak kita terlahir dengan selamat, aku berjuang sejauh ini tidak mau melakukan kemoterapi dan sejenisnya, karena aku mau melahirkan bayiku. aku rela menukar nyawa demi anak kita, kelak dia akan menemani dirimu saat aku tidak ada lagi. kau tidak akan benar-benar sendirian, kau akan Bersama anak kita. dia akan menjadi tempat kau kembali, apakah kau mau mengurusnya dengan baik?." Aku bertanya, tidak benar-benar Bertanya. Karena saat ini aku dapat melihat Edwards yang menggelengkan kepalanya Dengan tidak terima dan dia menangis semakin kencang.     

"Kenapa? kenapa kau rela menukar nyawamu dengan bayi kita? padahal jika kau sembuh nanti, kita bisa membuat banyak bayi." Kata Edward dengan nada yang sangat Frustasi.     

"Tidak, sekalipun aku sembuh. rahimku pasti di angkat dan aku tidak akan bisa hamil lagi, itupun jika aku sembuh. jika tidak? rasanya sia-sia saja kita mengorbankan anak kita, bukan begitu? jika anak kita benar-benar sehat dan baik-baik saja. kau masih memiliki orang yang bisa selalu ada di dekatmu. aku hanya ingin kau menjaganya dengan baik, apakah kau mau menjaganya untuk diriku? Edwards.. maukah kau?." Tanyaku dengan sungguh-sungguh.     

"Sialan! kenapa? kenapa kau berikan aku pilihan yang tidak benar-benar bisa aku pilih?." Edwards langsung memeluk diriku dengan erat, dia menangis dengan sangat kencang. menyayat hati siapapun yang mendengarnya, bahkan beberapa pengawal memilih pergi dari dekat kami. mereka memberikan ruang untuk Edwards melampiaskan semua kesedihan hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.