Hasrat Wanita Bayaran

kebahagiaan Zurich dan Bella di mulai?



kebahagiaan Zurich dan Bella di mulai?

0(Author POV)     
0

Zurich menatap dalam wajah Bella yang saat ini sedang Merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sakit. Bella memang akan melakukan beberapa perawatan untuk kejiwaannya. Walaupun Bella tidak tau apakah dia benar-benar memiliki penyakit mental. Tapi demi menuntaskan semua rasa penasaran Zurich, akhirnya Bella mengalah saja.     

Mereka memang sudah tau kabar penyerangan itu, tapi mereka tidak bisa melakukan apapun. Mereka sudah berlayar dengan kapal cepat, mereka hanya bisa melihat pulau itu terbakar dengan Sangat Sadis.     

Zurich menatap mata Bella yang hanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar rumah sakit, Tidak ada kemewahan, kehormatan, ataupun ketenaran dari Nama yang dia sandang saat ini. Zurich masih belum memenuhi janjinya sebagai kekasih yang bisa membahagiakan wanitanya, sekali saja.. saat Tuhan membuka pintu surga nanti, Zurich ingin memasukan Bella terlebih dahulu dan meminta Tuhan mengangkat semua dosa Bella dan di limpahkan pada Zurich. dia merasa tidak berguna, dia ingin kesembuhan, ingin Kebahagiaan diberikan pada kekasihnya yang sudah sangat mengenaskan ini.     

Zurich ingin dunia memberikan seluruh cintanya pada diri Bella, Seorang Perempuan, seorang Calon ibu yang tidak pernah merasakan keberuntungan.     

Mengelus pelan Perut Bella, ada bayi yang hidup di dalam sana.. Apapun harus Zurich pertahankan, apapun caranya.     

"Kau menangis?". Tiba tiba suara Bella menginterupsi gerakan Zurich yang mengelus perut wanita itu. "Bayiku baik baik saja". Kata Bella lagi. Zurich terdiam sebentar. Bella tau dia hamil? tapi kenapa tidak katakan pada Zurich?.     

"Kau?". Zurich bingung ingin berkata apa.     

"Aku sudah sempat mengetes kehamilan, karena aku ingin sekali anakmu.. setelah seminggu berada di dekatmu, setiap pagi aku selalu meminta pelayan membeli tespack. Dan aku selalu mengetesnya, aku sudah tau bahwa aku hamil.. sebenarnya aku ingin memberitahu dirimu dengan cara romantis, tapi aku tidak sempat". Zurich menggerakan tangannya dan menyentuh wajah istrinya.     

"Maaf, aku tadinya tidak ingin memberitahu dirimu bahwa kau hamil.. aku hanya tidak ingin kau merasa kehilangan lagi". Kata Zurich merasa bersalah.     

"Kenapa kau harus minta maaf? kau tau? Nyonya Berenice pernah bercerita bahwa setiap kesakitan yang kita rasakan itu adalah kasih sayang Tuhan pada kita. Rasa sakit itu perlahan mengikis dosa-dosa kita, aku tau saat ini Tuhan sebenarnya sangat menyayangi diriku dan anak kita. Tuhan hanya sedang menguji seberapa kuat kita menjalani hidup ini.. Kau jangan menyalahkan Tuhan lagi, karena sekarang aku merasa senang dengan semua rasa sakit yang ada". Bella mengelus balik wajah Zurich, mereka saling bertatapan cukup lama.     

"Aku tidak tau, apakah aku akan benar benar menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi. Tapi Tuhan selalu mengambil Kebahagiaan kita". Zurich berucap pelan, mengelus tangan kekasihnya dan tidak membiarkan kehangatan ini berlalu.     

"Jangan... Semakin kita menyalahkan Tuhan, maka dosa kita bertambah banyak.. Aku sedang menikmati saat saat ini, saat dimana Tuhan angkat dosa-dosaku melalui sakit yang Tuhan berikan. Aku juga senang, karena sekarang ada kau yang berada di sampingku". Bella tersenyum, wajahnya mengarah pada Zurich, dia mengecup pelan bibir lelaki di depannya itu     

"Aku akan mencoba untuk tidak menyalahkan Tuhan, semua kulakukan untukmu.. walaupun kutau semua orang akan menganggap aku bodoh, bodoh karena mempertahankan dirimu, bodoh karena memilih dirimu, bodoh karena ingin sekali memaksa dirimu istriku. Aku hanya tau, jika Perempuan lain yang menjadi istriku saat ini. Pasti mereka tidak akan sanggup dan tidak akan pernah sanggup hidupnya dalam kesakitan.. Tapi kau? kau selalu berusaha memperbaiki hidupmu, kau yang tadinya menyalahkan Tuhan, sekarang mulai mencintai Tuhan.. semakin kau merasakan kesakitan, semakin kau mendekatkan keyakinan pada Penciptamu. Kau istimewa, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mendapatkan kekasih seperti dirimu. Kau mengaku salah saat kau salah, kau bertobat untuk semua kesalahan itu." Zurich mencium punggung tangan kekasihnya.     

"Terimakasih karena kau menganggap aku istimewa, aku semakin percaya pada sang pencipta karena Tuhan selalu membuat hubungan kita yang sudah renggang, menjadi utuh lagi. Apa kau tidak merasa? setiap masalah yang membuat kita bertengkar, masalah itu malah membuat kita semakin dekat. masalah itu juga yang membuat kita percaya satu sama lain.. masalah itu yang membuat kau mencintai diriku, masalah itu yang membuat cinta kita menjadi kuat. Semua masalah tidak selalu berakhir sedih, karena pada akhirnya akan ada pelangi setelah hujan.. Akan ada bunga yang mekar setelah hujan, akan ada kau setelah kesedihan". Bella tertawa di akhir kalimatnya, Zurich ikut tertawa dan mencium kening kekasihnya pelan.     

"Kau semakin cantik saat berkata manis seperti ini, aku baru sadar bahwa setelah banyak masalah yang ada. masalah itu juga mengubah pola pikir kita, mengubah hubungan kita.. yang tadinya berjarak sangat jauh, sekarang menjadi dekat". Zurich semakin salut dengan semua pemikiran Bella, di sebuah kesakitan yang seperti ini, dia masih mau berpikir hal yang positif dan tidak menyalahkan siapapun. bibirnya tersenyum semakin lebar dan tidak ketakutan sama sekali. dia tau bahwa ada pintu maaf yang menantinya di depan sana.     

"Hatiku semakin tenang saat ini, entah karena aku semakin dekat dengan Tuhan. atau karena Tuhan yang memang menenangkan hatiku.. tapi aku hanya ingin Tuhan memberiku kesempatan menjadi ibu yang utuh bagi anak di dalam kandunganku ini, aku meminta kesempatan sekali saja pada Tuhan. untuk menyusui bayiku dan menggendongnya, setelah itu.. setelah itu aku menyerahkan semuanya kepada Tuhan lagi". Zurich mengangguk di depan wajah kekasihnya, dia menghapus air matanya yang menetes perlahan. Berharap yang sama, berharap bayi mereka bisa benar benar lahir ke dunia ini.     

"Semoga saja.. semoga Tuhan mendengar". Zurich mengecup lagi punggung tangan Bella dan menundukkan kepalanya merasakan semua detik yang semakin cepat berlalu. merasakan detak jantung kekasihnya yang masih bisa Zurich dengar saat ini.     

"Apa kau sudah makan?" Tanya Bella yang tau bahwa saat ini Kekasihnya pasti memiliki beban pikiran yang sangat banyak.     

"Belum, aku tidak sempat makan.. apa kau ingin makan sesuatu?". Tanya Zurich yang sudah mengangkat wajahnya dan menunggu jawaban Bella.     

"aku ingin salmon panggang dengan saus BBQ, tapi aku mau yang masih hangat.. apa aku boleh makan ikan?". Tanya Bella.     

"Aku akan tanya Dokter, jika dia memperbolehkan. maka aku akan berikan salmon panggang untukmu. Kau sangat lapar ya?." Zurich berkata sambil tertawa.     

"Tidak juga, entah kenapa saat membayangkan salmon panggang. Air liurku ingin menetes". Bella tertawa saat berkata seperti itu, Zurich hanya tersenyum dan mengelus kepala Kekasihnya.     

"Tunggu sebentar ya, dokter sedang pergi keluar. mungkin beberapa menit lagi dia akan kembali". Bella mengangguk saat Zurich mengatakan itu, kedua sepasang kekasih itu akhirnya hanya diam dengan pikiran masing masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.