Hasrat Wanita Bayaran

Ledakan besar



Ledakan besar

0(Choon-Hee POV)     
0

Setelah kami berpelukan, aku melepaskan pelukan Tersebut dan menyuruh semua orang masuk ke dalam.     

"Bella? sementara waktu kau akan melakukan beberapa terapi mental oleh dokter ya, setelah memastikan kau baik-baik saja. Kau bisa kembali ke Mansion keluarga Berenice." Aku berkata dengan sangat lembut, dia mengangguk dan di bantu oleh Zurich untuk pergi dari ruangan ini.     

aku melihat kepergian Bella dengan senyum yang sangat tulus, dia menengok ke arahku sekali lagi. aku mengangguk dan memastikan dia percaya bahwa kami akan selalu menerimanya.     

"Kau memberikan kesempatan padanya?." Tanya Edwards padaku, aku menengok ke arah Edwards dan mengangguk.     

"Tidak ada salahnya kita memberikan kesempatan pada orang yang benar-benar ingin berubah dan mengakui kesalahannya. Bella hanya salah jalan, dia terlalu lama hidup dalam kebencian, dia terlalu lama hidup pada dunia yang tidak pernah mengharapkan dirinya. Itu kenapa dia mau melakukan hal-hal yang buruk." aku langsung memeluk suamiku itu, dia terlihat ingin pergi berperang. entah siapa yang akan dia bunuh dengan semua senjata api di tangannya.     

Edwards membuang senapan di tangannya kesembarang arah, dia lalu menggendong diriku dan mengecup pipiku berulang kali. aku hanya bisa tertawa saja merasakan apa yang dia lakukan padaku. Aku balik mencium bibirnya, dia langsung Tersenyum sangat tampan.     

"Kau memang berhati malaikat, kau punya banyak cara untuk memenangkan hati orang lain. aku selalu bangga dengan semua hal yang istriku ini lakukan, ayo kita pulang. Biar ibumu mendapatkan perawatan yang lebih baik setelah ini." Mendengar ucapan Edwards sekali lagi aku mengangguk, dia mulai menurunkan aku dari gendongannya dan Kami berjalan bersama untuk keluar dari ruangan bawah tanah tersebut.     

Edwards sesekali melirik ke arahku, dia memegang tanganku dan kami cukup gembira Karena bisa bersama-sama lagi. Kami keluar dari balik pohon, di depan kami ada dua helikopter yang akan kami tumpangi untuk pulang ke Mansion keluarga Berenice..     

Aku melihat ibuku yang sudah masuk ke dalam helikopter lebih dulu, lalu helikopter itu mulai bergerak naik meninggalkan tempat ini. Aku Menengok ke atas dan tersenyum senang, karena pada akhirnya ibu bisa baik-baik saja.     

"Mommy akan di bawa ke rumah sakit?." Tanyaku pada Edwards. Baru saja aku menengok ke arah Edwards, dan saat itu terjadi bunyi ledakan yang cukup kencang berasal dari atas.     

DUARRRRR...     

DUAR.....     

Edwards langsung memeluk diriku dan mendorong tubuhku ke salah satu pohon, helikopter yang di tumpangi ibuku meledak di langit. Aku sudah menatap dengan pandangan datar, tanganku bergetar saat satu demi satu puing-puing helikopter jatuh ke bawah tanah.     

Beberapa mayat terlihat terbakar dan mati gosong, aku melihat satu demi satu semuanya berjatuhan. "Siapkan Perahu!!!." kata Edward berteriak.     

Saat dia berteriak, helikopter kami satunya lagi langsung meledak. Benar-benar begitu kencang, hingga aku merasakan angin kencang menerpa tubuhku. puing-puing dari ledakan mengenai Tubuhku dan Edward.     

aku dapat merasakan sensasi nyeri di salah satu kakiku, saat aku membuka mata lagi. aku melihat sesuatu menancap di ujung kaki, aku melihat darah yang mengalir deras dari sana. Tanganku juga sudah terkena beberapa besi kecil yang melukai dengan sangat kasar.     

"Edwards.." Kataku pelan, aku melepaskan pelukan darinya. saat aku menatap wajah Edwards yang sudah pucat dan dia tersenyum penuh arti.     

aku meraba punggungnya, aku dapat merasakan banyak sekali puing-puing yang menancap di punggung Edwards. Aku belum bisa berkata apa-apa lagi hingga aku mendengar semua Pengawal berkata     

"Mayday!!! Mayday!! Mayday!! Lindungi Tuan Edwards dan Nona Choon-Hee!!."     

"EDWARDS!!!!! EDWARDS TIDAK!!!." aku menangis histeris, apalagi saat aku lihat Edwards Sudah tidak sadarkan diri dan mendorong tubuhku ke tanah.     

Beberapa pengawal langsung membantuku menarik tubuh Edwards, aku masih bergetar takut. saat melihat tubuh suamiku sendiri sudah berlumuran darah segar. dua pengawal membawa Edwards dari sana, salah satunya menarik tanganku untuk pergi. saat aku melihat bahwa itu adalah agen Lee dan di belakangnya ada Agen Ree yang sudah menatap cemas ke arahku.     

DUAR....     

BOOMMMMMM...     

DUAR...     

DUAR...     

Suara suara ledakan itu seperti menghancurkan pulau ini, aku tidak tau lagi apa yang terjadi. aku hanya merasa diriku di bawa cepat menuju salah satu perahu, aku di Berikan pelampung dan Agen Lee langsung mendayung perahu itu dengan cepat. Edwards di tidurkan di pahaku, yang lainnya membantu mendayung, aku dapat merasakan hawa dingin yang menerpa tubuhku dengan cepat. angin malam di sebuah lautan membuat suasana menjadi sangat aneh.     

mataku melihat pulau itu sudah terbakar di sana-sini, beberapa pengawal lainnya ikut pergi menggunakan perahu lainnya. Ada 5 perahu yang sudah mendayung untuk pergi dari pulau itu. aku masih terdiam, saat Ree memberikan selimut tebal padaku dan mengelus pelan punggungku.. aku tetap diam, karena aku masih syok pada semua hal yang terjadi.     

"Cepat cari bantuan, kita butuh helikopter dan Dokter! dimana dokter yang kita bawa tadi?." Lee mulai bertanya dengan nada kesal.     

"Dokter berada di dua helikopter tadi, dan dua-duanya meledak. Kami tidak temukan mereka selamat." Salah satu pengawal berkata dengan nada menyesal.     

"Beritahu Tim yang lain, siapkan Perahu yang lebih cepat atau bawakan helikopter lagi untuk kita. Tuan Edwards dalam bahaya!." Lee terlihat ketakutan, dia mendayung tapi sambil melihat ke sekeliling. aku tau dia bukan Takut akan keadaan saat ini, tapi dia tidak berhasil menyelamatkan ibuku, ya.. aku tau dia takut karena tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.     

Aku memegang tangan Edwards, masih dengan berdiam diri aku mengelus pelan tangannya yang sudah sangat dingin. Aku memberikan selimut lain padanya, lautan yang Sepi dan dingin membuatku Seperti terdampar di sebuah tempat yang aneh.     

Hampir tiga puluh menit kita berputar-putar di sana, aku tidak tau apakah kita mencapai pulau lain atau Kita akan tersesat ke lautan yang lebih gelap lagi. Ree terlihat Mengusap tangan Edwards agar tetap terasa hangat, sedangkan aku hanya menatap wajah Edwards yang semakin pucat.     

Hingga kami mendengar suara kapal yang menyalakan lampunya, tak berapa lama beberapa Speatboat menghampiri kami dan membantu Edwards untuk di bawa ke kapal yang lebih besar. aku di tuntun oleh Ree untuk naik ke atas Speatboat dan mulai bergerak cepat untuk sampai ke kapal besar.     

Banyak orang yang langsung membantu kami naik ke atas kapal itu, aku di berikan selimut tebal yang lainnya. sedangkan Edwards langsung di bawa masuk ke ruangan lain, beberapa dokter sudah melihat kondisi Edwards dan memberikan pertolongan pertama. aku melihat ke sekeliling, ini adalah kapal Tentara angkatan laut. terlihat jelas kapalnya yang sangat luar biasa besar dan canggih.     

Aku di bantu untuk masuk ke ruangan juga, orang-orang perawat sudah melihat beberapa luka di tubuhku. aku tetap diam, mataku menatap kosong ke satu titik. yaitu telapak tanganku yang bergetar hebat. aku berharap ini mimpi, tapi rasanya tidak. Karena rasa sakit ini terasa jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.