Hasrat Wanita Bayaran

Apakah itu cinta?



Apakah itu cinta?

0"Ah begitu, aku mengerti.. ayo kita pergi, keburu siang." aku mencoba untuk terlihat baik-baik saja, seperti apa yang biasa aku lakukan. Aku menggandeng lengannya dan kami berjalan ke luar dari pintu bersama-sama.     
0

Ada banyak kesakitan yang lebih dalam dari ini, aku hanya perlu menahannya sampai aku bisa melepaskan. Melepaskan semua keadaan masa lalu dan juga Masa kini yang semakin menyayat-nyata hati.     

Ketika kami sudah sampai di depan pintu dan keluar, Langkah kaki terhenti karena melihat Violet yang berjalan ke arah kami. Senyum di bibir Violet seakan-akan mengatakan Bahwa kebahagiaan aku dan Edwards harus berhenti disini.     

"Sayang? Kalian mau kemana? Kebetulan kau sudah keluar, aku mau mengajak dirimu memeriksa kandungan. Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit di perut." ucapan Violet berhasil membuat Edwards melepaskan tangannya dari genggamanku. aku di tinggalkan dengan langkah pelan, Edwards langsung memegang pipi Violet dan memberikan tatapan khawatir.     

"Kau baik-baik saja? Ayo kita ke Rumah sakit." Kata Edwards dengan begitu lancar, tanpa hambatan sama sekali di balik suaranya.     

"Choon-hee? Kau tidak apa di tinggal? sepertinya Kalian mau pergi ya?." Violet menatap mataku dengan lekat, aku yang di pandang seperti itu hanya tersenyum kecil.     

"Tidak masalah, kami hanya ingin makan di luar saja. Memeriksa kandunganmu lebih penting dari makan di luar." senyum manis tertampil di wajahku, aku mencoba untuk bertahan pada rasa sakit yang perlahan-lahan menjalar hingga ke sudut-sudut hati terdalam.     

"Kau yakin Choon-hee? Atau kita ke rumah sakit bersama saja? lalu kita makan Siang bersama." Edwards bertanya padaku, sebuah tanya yang benar-benar aku benci. Kenapa dia bertindak seolah-olah kami bisa di satukan? kenapa dia bertindak seolah-olah aku baik-baik saja saat dia bersama wanita lain?.     

"Ya, tenang saja.. aku bisa pergi sendiri, aku sedang tidak ada jadwal pemeriksaan. Kalian bisa pergi bersama." Kataku dengan santai, Akhirnya Edwards dan Violet pergi dari hadapanku. aku memegang ujung kaus yang saat ini sudah aku remas dengan sangat kencang.     

Aku Tertawa kecil ketika kepergian punggung Edwards yang semakin menjauh, di samping punggung indah itu ada punggung lain yang bersandar disana. aku Tertawa cukup lama, namun aku tidak merasa bahwa air mata di pipiku sudah mengalir, aku mengusapnya dengan perlahan. Mencoba untuk baik-baik saja, Lalu aku berbalik badan untuk kembali ke dalam kamar.     

Namun langkahku terhenti, saat Melihat Daniel yang memandang diriku sambil memasukan tangannya ke dalam kantung celana. aku berusaha untuk tidak terlihat sedih, menatap arah lain dan Tersenyum kembali ketika menatapnya. "Kau mau berangkat kerja?." Tanyaku basa-basi.     

"Tidak, aku libur hari ini. Aku harus menjaga Daddy, karena Mommy pergi bersama dengan Azzhura. Kau mau ikut denganku?." pertanyaan Daniel membuatku tidak yakin, aku sedang tidak baik-baik saja. hanya ingin menangis sepanjang hari di dalam kamar, Merasa bahwa bertemu dengan orang lain tidak akan membuat hatiku baik-baik saja.     

"Aku..."     

"Lebih baik ikut denganku, daripada menangis tidak jelas." Daniel langsung berjalan ke arahku, dan memegang Tanganku. padahal aku belum sempat menjawab apa yang dia tanyakan. kami akhirnya berjalan bersama ke arah kamar Tuan Brandon, Daniel membuka pintu lebih dulu. Lalu dia membawaku masuk ke dalam sana, pintu di belakang kami tidak di tutup. Aku merasa tenang karena Daniel tidak menutup pintunya.     

Aku melihat Daniel yang sudah membuka gorden kamar ayahnya dan membiarkan Cahaya mentari masuk ke dalam. Suasana jadi lebih terang dan hidup, aku memandang sekali lagi wajah Daniel. entah kenapa aku melihat banyak kesakitan di wajahnya. dia seperti memendam banyak cerita hidup yang tidak baik.     

"Duduklah, kau tidak lelah berdiri terus?." Kata Daniel, mendengar hal itu aku langsung mengangguk dan ikut duduk di sampingnya.     

Kami sama-sama terdiam dalam waktu yang lama, Tuan Brandon terlihat masih tertidur. Dengkuran halus itu membuatku yakin bahwa Lelaki yang berumur itu sedang tertidur dengan begitu nyenyak.     

"Daddy hidup pada cinta yang salah, dia Menyingkirkan wanita yang benar-benar mencintainya dan memilih wanita yang begitu naif." Aku diam saja, Belum mengerti Dengan apa yang di katakan oleh Daniel saat ini.     

"ah begitu..." kataku pelan.     

"Dulu sekali, Saat Mommyku pertama kali mengambil posisi Nyonya Douglas, dia mengambilnya dengan cara yang sangat kasar. Menyingkirkan semua penghalang tanpa belas kasih, Yang dia katakan pada kami adalah Cinta! Cintanya yang begitu besar pada Tuan Branson. awalnya aku percaya bahwa dia hanya ingin memperjuangkan sebuah cinta yang begitu besar itu. Tapi saat ini, Ketika aku tau apa itu cinta. Aku tidak yakin bahwa Mommy benar-benar mencintai Daddy. aku hanya merasa bahwa dia mencintai uang saja..     

Yang aku pikirkan sampai saat ini adalah, kenapa Daddy Brandon mau meninggalkan Clarissa? Istri pertamanya yang begitu sempurna, Seorang wanita yang cantik dan berpendidikan. Seorang ibu yang luar biasa dan istri yang sangat setia, aku mempertanyakan semua itu sampai detik ini dan belum tau jawabannya. Aku Tidak tau apa yang membuat Daddy membuka hatinya pada perempuan lain, salah satunya adalah Mommyku. Kenapa? apakah Kesempurnaan seorang Wanita saja tidak cukup? membuat laki-laki bertahan? Apakah satu wanita bukanlah hal yang benar-benar mereka inginkan?     

Hidup ini hanya sekali, kenapa banyak orang yang berlomba-lomba mencari Dosa dan cinta. aku heran saja, pada keadaan yang malah memperburuk keadaan.     

bagaimana menurutmu Choon-hee? Apakah cinta saja tidak cukup mempertahankan sebuah hubungan? Apakah kesempurnaan saja tidak cukup membuat kita tetap baik-baik saja pada satu pasangan?." Pertanyaan Daniel benar-benar Membuatku bingung, aku hanya duduk diam sambil memperhatikan Wajah Tuan Brandon yang sangat pucat.     

"aku tidak punya jawaban tentang cinta, aku tidak punya jawaban atas kenapa orang memilih yang lainnya. Padahal dia tau sedang jatuh cinta, aku juga tidak tau apakah cinta saja cukup membuat seseorang bertahan." aku berkata dengan nada pelan, memperhatikan Cahaya matahari yang sekarang sudah menerpa wajahku dengan sangat terang. aku merasakan kehangatan dari sinar itu, merasakan bagaimana kehangatan itu sama seperti kehangatan saat di peluk oleh Edwards. Tapi bedanya kehangatan ini begitu hampa, sedangkan pelukan Edwards begitu nyaman.     

"Kau tidak punya jawaban, Karena kau memang bingung? atau kau belum pernah merasakan apa itu cinta?." sekali lagi Pertanyaan dari Daniel membuatku terdiam, aku hanya tertawa kecil dengan Pertanyaan itu. aku hanya bisa terdiam dan bingung ingin menjawab apa.     

apakah aku pernah jatuh cinta? sebelumnya memang belum, tapi hari ini aku tau apa itu cinta. aku tau Bahwa perasaan nyaman yang aku Rasakan dengan Edwards, adalah perasaan cinta yang perlahan-lahan tumbuh. seperti tunas yang akan tumbuh subur ketika Di siram oleh semua Perhatian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.