Hasrat Wanita Bayaran

Kecerdikan Edwards



Kecerdikan Edwards

0"Aku rasa itu yang mereka pikirkan saat ini, Apapun itu. aku hanya ingin memberitahu saja padamu, bahwa seharusnya kau cukup berhati-hati saat melawan Keluarga Berenice." Laila duduk di bangku yang berhadapan langsung dengan Edwards, dari cara wanita itu duduk saja sudah bisa di jelaskan bahwa wanita sangat berbeda dengan Laila..     
0

Edwards Tersenyum dan mengangguk perlahan. "Kau sedang mengancam diriku secara langsung ya?." Edwards menodongkan pistolnya tepat di kening Laila dan menatap wajah wanita itu dengan lekat. "Katakan dimana Laila yang asli, aku yakin kau bukan Laila." Ujar Edwards lagi.     

Wanita itu langsung Tertawa kecil dan menepuk-nepuk kedua tangannya karena merasa senang dengan keadaan yang terjadi saat ini.     

"Aku tidak tau bahwa kau akan Langsung mengetahui tentang diriku, bagaimana kau tau secepat ini?." Tanya wanita tersebut.     

"simpel saja, Laila tidak pernah berani duduk berhadapan langsung dengan diriku. siapa kau? kenapa memakai topeng dengan wajah Laila?." Edwards masih dengan santai Menodongkan pistolnya dan tidak melepaskan kewaspadaannya sama sekali, ada beberapa hal yang Edwards pikirkan sekarang. tentang rencana wanita itu dan tentang keselamatan Laila yang Sebenarnya.     

"Ohhh begitu, kalau jika tau begini. aku tidak akan langsung duduk di depanku, aku masih mau bermain-main dengan Dirimu dan melihat seberapa bodoh seorang Edwards dari Keluarga Douglas. Tapi Ternyata kau sangat pintar, pantas saja perusahaan Douglas selalu maju dengan begitu pesat. Coba kau tembak aku, aku mau lihat seberapa berani dirimu." Tidak perlu di tantang, Edwards mengarahkan pistolnya ke lengan wanita palsu tersebut dan menarik pelatuk. namun tidak ada peluru yang keluar sama sekali, Edwards membulatkan matanya. badannya sudah mau bergerak mundur dan menjauh dari wanita tersebut, namun wanita itu langsung menyentuh kening Edward dengan tongkat kecil yang di pegangnya.     

"Sekali lagi bergerak, maka tongkat ini akan mengeluarkan peluru kecil yang akan menebus isi otakmu." Kata Wanita Tersebut.     

Edwards terdiam di Tempatnya, dia hanya bisa menghela nafas dan memaki dalam hati, dia kurang waspada dan sangat bodoh dalam melihat situasi yang ada. Pikirannya sejak semalam hanya berfokus pada Choon-Hee saja, jadi dia kurang waspada pada keadaan sekitar. sampai-sampai tidak mengenali wajah Laila yang asli.     

"Apa yang kau mau?." Tanya Edwards, setelah beberapa saat mereka berdua hanya saling bertatapan.     

Edwards sangat tau Bahwa kecanggihan teknologi sekarang bisa membuat topeng yang mirip sekali dengan wajah seseorang, hanya perlu gambar orang tersebut dan darahnya, maka teknologi bisa membuat topeng wajah dengan sangat sempurna, yang jika tidak di kenali dengan baik, maka kita akan mudah tertipu dengan topeng wajah seperti itu.     

"Tanda tangani surat perceraian ini, maka aku akan pergi dengan baik-baik dan perusahaanmu akan baik-baik saja.." mendengar ucapan dari bibir wanita itu, Edwards langsung tertawa kencang. tawanya benar-benar menggelegar di seluruh ruangan, dia Tertawa dan menatap wajah wanita yang sangat berani sekali mengatur-ngatur Edwards.     

"Oh ya? jika aku tidak mau tanda tangani surat cerai itu? kau mau apa? pasti kau di kirim langsung oleh Nyonya Berenice ya? ckckckck.. kalian selalu bergerak Seperti tupai, sangat cepat dan tidak terlihat, aku akui kalian sangat pintar. Tapi jangan harap aku akan mengikuti kemauan kalian, kau tau kenapa? karena aku bukan seseorang yang bisa kau perintahkan begitu saja, aku bisa memberikan nyawaku, Hartaku, dan segala yang kau punya untuk Choon-hee. Jadi jika kau sekarang mengancam diriku, itu sia-sia saja. aku tidak takut mati." Edwards berkata sambil memencet tombol merah di mejanya. Ruangan di tempat kerjanya langsung berbunyi dan dari atas langit-langit keluar besi-besi yang bergerak turun menutup setiap tembok.     

Wanita yang tadi mengacungkan Tongkat ke depan wajah Edwards langsung merasa tidak aman. semua ruangan sudah tertutup besi-besi tebal, seperti penjara yang tidak akan bisa di tembus dari luar ataupun dalam. Edwards Tersenyum kecil saat melihat wajah panik dari wanita di depannya.     

"Aku tidak akan mati sendirian, tapi akan mati bersama dengan dirimu. Lebih tepatnya, tidak ada yang bisa keluar dari sini hidup-hidup. kau tidak pernah tau sedang berhadapan dengan siapa, mungkin selama ini kau merasa Bahwa aku selalu bergerak secara perlahan-lahan dan jarang sekali terlihat terburu-buru. Tapi tidak dengan semua masalah istriku, aku akan bergerak tanpa berpikir lagi. aku akan hancurkan siapapun yang mau Menghancurkan diriku." Dengan cepat Edwards menarik tangan wanita tersebut dan memegang dengan sangat kencang.     

"ahh!!!sakit!!!." Wanita itu sudah berteriak, dia merasa tulang belulangnya hampir patah hanya dengan sekali gerakan yang di berikan oleh Edward. bahkan tongkat yang tadi dia pegang sudah terjatuh ke atas meja.     

"Kau lihat? Aku tidak selemah itu, kau datang sendirian atau kau sudah meminta bantuan!? tidak ada yang bisa menyelamatkan dirimu dariku." sekali lagi Edwards membuat wanita itu gemetar ketakutan.     

Baru saja Edwards selesai bicara, dari arah jendela besar di sampingnya sudah ada beberapa orang yang datang untuk menyelamatkan Wanita ini, tapi karena pagar besi yang Edwards pasang itu membuat orang-orang di dinding kaca itu tidak bisa berbuat banyak. Mereka mencoba memecahkan kacanya dengan semacam alat canggih, setelah kaca itu pecah mereka mencoba untuk mematahkan besi-besi tersebut, tapi apapun yang mereka lakukan, itu tidak akan merubah apapun.     

Edwards mengeluarkan pisau lipat dari balik celananya, wanita didepan Edwards sudah mencoba melepaskan diri dengan teknik bela diri yang cukup hebat. Namun Edwards tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi, dia langsung mematahkan tangan wanita tersebut dan terdengar bunyi yang cukup nyaring. kratak!!..     

"Ahhhh!!." Suara wanita itu menggema di seluruh ruangan Edwards.     

"AGEN Ree.." Seseorang dengan panik memanggil nama wanita itu, Edwards hanya tersenyum kecil Karena melihat kesakitan di balik wajahnya.     

Dengan cepat Edwards menarik satu tangan wanita tersebut yang lainnya, dan.. Trakk..."     

"Shit!!!." Kedua tangan wanita bernama Agen Ree itu telah patah. Edwards melepaskan tubuh wanita tersebut dan menendang cukup kencang, hingga wanita itu tersungkur ke arah sofa. Wajahnya terbentur ujung meja dan menyebabkan rasa sakit yang mendalam.     

"Kau lihat? kemampuan yang kau punya tidak bisa menjatuhkan diriku seinci saja." Kata Edwards lagi.     

"Lepaskan dia!!." suara lelaki membuat Edwards menengok ke arah kaca, Edwards menarik kepala wanita tadi dan membuatnya berdiri. Wajahnya sedikit memerah di sebagian, Edwards menepuk pelan wajah itu dan dengan sekali gerakan Edwards menyayat leher wanita tersebut di depan agen rahasia yang lain.     

"Tidak!!!! Tidak!!!." Suara lelaki kembali terdengar.     

"Katakan pada keluarga Berenice, jangan pernah bermain-main dengan Diriku dan kembalikan istriku. atau kalian semua akan mendapatkan kematian yang setimpal." Setelah Edwards mengatakan hal itu, dia melepaskan wanita yang sedang sekarat Tersebut ke atas lantai. Teman-teman wanita itu masih melihat beberapa saat. sampai salah satu dari mereka memilih untuk pergi dan menyudahi misi kali itu. hanya ada empat orang sebenarnya, dan ke-empat-empatnya langsung pergi.     

Edwards Tersenyum kecil, dia kemudian menjentikkan satu jarinya dan keluarlah robot kecil Berbentuk burung dari ruangan rahasia. "Obati wanita itu, aku mau tau apakah dia bisa berguna untukku atau tidak." Edwards memang tidak langsung membunuh wanita tersebut, hanya sayatan pelan di leher tanpa melukai syaraf yang penting. robot burung tersebut langsung mengeluarkan ujung besi dan menarik tubuh wanita tersebut ke dalam ruangan rahasia lagi.     

Setelah itu Edwards menghela nafasnya panjang, dia mengacak rambutnya karena merasa dunia ini sedang tidak berpihak baik padanya. dimana Laila saat ini? itu yang jadi pertanyaan Edwards.     

dia menekan tombol hijau dan semua besi-besi yang membentuk seperti penjara telah bergerak naik ke langit-langit ruangan. Edwards kemudian keluar dari ruangannya dan mengeluarkan handphone untuk menelepon salah satu agen rahasia yang bekerja menjaga sistem keamanan Perusahaan.     

"Kode merah, Awasi Perusahaan utama dan gunakan sistem pengenalan wajah serta iris mata bagi semua karyawan yang akan masuk ke perusahaan!." Setelah mengatakan hal itu Edwards memantikan sambungan telepon dan masuk ke dalam lift. Beberapa pengawal terlihat panik ketika Tuannya tiba-tiba saja berteriak marah dan wajahnya sangat menyeramkan.     

******     

Di lain tempat, ke-empat agen rahasia milik Keluarga Berenice sudah keluar dari zona merah. Mereka memang berhasil keluar hidup-hidup, namun satu rekan mereka telah mati disana. Salah satu lelaki membuka penutup Wajahnya, dia sudah menangis dalam diam. wanita yang ada di dalam sana tadi adalah kekasihnya, sedang hamil anaknya dan mereka akan menikah dua bulan lagi. Nyonya Berenice memerintahkan mereka untuk terakhir kalinya, jika mereka berhasil mendapatkan tanda tangan Edwards untuk bisa bercerai dengan Choon-hee, maka mereka akan di bebas-tugaskan selama setahun dan di bayar penuh. tentu itu adalah tawaran yang sangat menjanjikan, tapi nyatanya apa? Edwards dari keluarga Douglas Tidak sebodoh yang mereka lihat. Sangat susah di tebak dan begitu cerdas, padahal mereka sudah melakukan semuanya sangat hati-hati dan terstruktur dengan baik.     

Mereka hanya tidak tau Bahwa ada sistem penjara di dalam ruangan Edwards, itu tidak diketahui oleh Mereka sama sekali. itulah yang membuat misi ini gagal, padahal tinggal sedikit lagi Semuanya berjalan dengan sempurna. namun Karena kesalahan kecil, semuanya berantakan.     

"Aku akan membunuh Edwards dengan kedua tanganku! aku BERSUMPAH dia akan mati di tanganku!!." Lelaki yang sedang kehilangan itu sudah sangat lemas, dia merasa nyawanya ikut tertarik saat melihat kekasihnya di bunuh tepat di depan matanya.     

"Kita akan mencari cara untuk kembali dan mencari jasad Agen Ree. kau tenang saja, Ree adalah rekan kita. aku akan membantu dirimu membalas dendam, biar kita saja yang merasakan kesedihan ini. jangan sampai Nyonya Berenice tau, aku yakin dia akan langsung memecat dirimu secara tidak hormat, kegagalan kita kali ini pastilah hal yang sangat tidak ingin dia dengar. kita harus tetap profesional dan mencari alasan lain tentang terbunuhnya Agen Ree." salah satu rekan mereka berbicara dari hati ke hati, semuanya memang merasa kehilangan. Mereka selama menjadi Tim selalu berlima, baik susah maupun senang selalu bergerak secara bersama-sama.     

Jika yang satu mati, maka yang lainnya merasakan kematian itu juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.