CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Bukan Pangeran Nizam yang Jenius



Aku Bukan Pangeran Nizam yang Jenius

0"Kau kesakitankah ? " Bisik Pangeran Abbash sambil memeluk Lila dengan penuh kasih sayang.     
0

"Iya ini rasanya sangat sakit" Kata Lila sambil menggigit bibirnya. Ah Pangeran Abbash jadi tergoda Ia segera meraup bibir lembut dihadapannya. Tetapi Lila tidak membalas ciumannya, Ia malah gemetar ketakutan. Ia takut kalau tiba –tiba Pangeran Abbash menyentuhnya lagi. Bukankah kata dokter Ia tidak boleh bercinta dulu karena takut akan kembali robek.     

Melihat respon Lila yang begitu pasif Pangeran Abbash melepaskan ciumannya. Ia menatap istrinya dengan keheranan.     

"Mengapa Kau hanya diam saja. Kau tidak membalas ciumanku ? " Kata Pangeran Abbash dengan mencebik.     

"Aku takut Kau akan menyentuhku lagi " Kata Lila sambil tersipu – sipu malu.     

"Lho ? memangnya kenapa ? Kan Aku suamimu yang sah. Mengapa Aku tidak boleh menyentuhku" Kata Pangeran Abbash sambil mengerutkan keningnya.     

"Ih Yang Mulia sih tidak tahu. Semalam Yang Mulia begitu tega malah tertidur untungnya ada Bastnah dan Dokter yang memeriksa dan mengobati. Kata Dokter sebaiknya Kita jangan dulu bercinta sampai lukaku sembuh" kata Lila sekarang dia yang cemberut     

"Oh.. Kau terlukakah ? "Pangeran Abbash pura – pura terkejut padahal dia tahu pasti kalau dia memang melukai istrinya dengan begitu parah.     

"Lihat sendiri kalau tidak percaya " kata Lila seakan tidak sadar apa yang diucapkannya.     

"Oh..b aiklah mari Aku lihat apakah terluka betulan atau tidak " Kata Pangeran Abbash sambil langsung menarik selimut Lila. Lila memekik sambil merapatkan kakinya. Ia salah bicara. Harusnya Ia tidak menyuruh suaminya untuk melihatnya bukankah lukanya di tempat yang paling memalukan.     

"Jangan .. jangan Yang Mulia. Ini sangat memalukan. Aku salah bicara" kata Lila sambil menggelengkan kepalanya dengan pipi memerah. Pangeran Abbash menghembuskan nafas pura – pura kesal. Padahal Ia tadi sudah melihat sendiri lukanya.     

"Aah.. Lila padahal Aku hanya ingin melihatnya saja dan memastikan kalau Kau baik – baik saja" Kata Pangeran Abbash dengan memasang wajah kecewa.     

"Jangan Yang mulia nanti terluka lagi. Kasihanilah Aku. Ini juga rasanya sakit sekali. Mengapa Yang Mulia begitu tega semalam ?" kata Lila     

"Habis rasanya enak " Kata Pangeran Abbash dengan jujur.     

"Ih.. Yang Mulia membuatku sangat malu" Kata Lila.     

"Ha.. ha.. ha.. tidak sayang. Jangan takut. Aku tidak akan memaksamu dulu. Kita akan bercinta kalau kau sudah siap. Tapi ngomong – ngomong kalau Aku boleh bertanya Lila. Mengapa Kau seperti tidak pernah disentuh oleh suamimu. Tubuhmu begitu kaku dan seperti masih seorang gadis. Kau tidak terlalu berpengalaman dan tubuhmu tidak terlalu meresponku dengan baik sehingga terjadilah pendarahan. Sebenarnya apa yang terjadi ? " kata Pangeran Abbash dengan penuh keheranan.     

"Tidak begitu.. itu mungkin karena tubuh Yang Mulia terlalu ...mmm.. " Lila tidak melanjutkan pembicaraanya karena Ia merasa malu. Pipinya menjadi kemerahan. Pangeran Abbash menjadi gemas. Ia mencawil pipi Lila.     

"Kau sangat menggemaskan. Kau seringkali tersipu – sipu malu dan itu malah membuatku suka " Kata Pangeran Abbash. Lila malah menutup kedua wajahnya.     

"Kau tidak akan terluka kalau seandainya Kau mampu mengimbangiku. Mungkin akan sakit tapi tidak akan sampai robek begitu parah " Kata Pangeran Abbash.     

Lila terdiam, Ia sebenarnya sangat malu dengan kisah hidupnya tetapi kali ini Ia ingin mencurahkan isi hatinya kepada suaminya sendiri apalagi suaminya yang bertanya kepadanya.     

"Suamiku begitu mencintai Putri Alena. Dia menikahiku tetapi hatinya terisi penuh oleh Putri Alena " Kata Lila dengan sendu.     

"Tetapi mengapa Kau bersedia menikahinya kalau kau tahu dia mencintai Putri Alena. "     

"Aku adalah wanita dari kalangan rendah. Seorang wanita miskin yang tidak memiliki ayah.. Apakah kau tahu itu ?" kata Lila. Sebenarnya Ia tidak bermaksud untuk bertanya agar memperoleh jawaban karena Ia tadinya yakin kalau Pangeran Abbash tidak tahu sejarah hidupnya. Ia hanya melemparkan pertanyaan retoris yang tidak memerlukan jawaban. Tetapi alangkah kagetnya Ia ketika Pangeran Abbash menjawab.     

"Aku tahu itu. Kau sejak dalam kandungan tidak mengenal Ayahmu. Kau wanita yang pernah bekerja di club malam sebagai pelayan sekaligus penterjemah jika ada tamu asing. Kau sarjana hukum bahkan sudah mengambil master di Amerika. Kau membantu Putri Alena lolos dari hukuman karena fitnahan Sisca."     

Lila sangat terkejut mendengar Pangeran Abbash begitu detil menyebutkan tentang dirinya dan dia tidak tahu apa – apa tentang suaminya.     

"K.. kau tahu dari mana ?" Kata Lila.     

"Aku mencari informasi sendiri. Aku tidak mungkin menikahi seseorang yang tidak aku kenal "     

"Lantas mengapa Kau bertanya tentang kondisiku dengan Edward "     

"Aku tidak bertanya tentang kondisi real dirimu. Aku bertanya tentang perasaanmu. Mengapa Kau menikahinya kalau tahu kau tidak mencintainya dan mengapa kau juga bersedia menikahiku padahal kau tidak tahu apa – apa tentang diriku. Apakah dirimu memang wanita yang lemah atau wanita yang tegar ? " Kata Pangeran Abbash ingin tahu kondisi Lila yang sebenarnya.     

"Aku mungkin orang yang tidak mampu menghargai diriku sendiri. Ketika menikahi Edward Aku merasa kasihan kepadanya. Mungkin ada sebagian yang mengatakan kalau Aku menikahinya karena harta. Tetapi itu tidak benar.     

Aku menikahinya karena begitu terenyuh akan nasib cintanya apalagi waktu itu dia mengatakan bahwa ingin menikahiku agar dia dapat menolong wanita pujaannya. Ia ingin membantu Putri Alena tanpa menimbulkan kecurigaan yang Mulia Nizam.     

Kau boleh menyebutku wanita bodoh yang mau diperalat tetapi Aku selalu ingin melihat orang lain tidak tersakiti. Cukup biarlah Aku yang tersakiti" Kata Lila membuat Pangeran Abbash tercengang.     

Mengapa prinsip wanita ini begitu sangat bertolak belakang dengan dirinya. Bagaikan api dan air. Bagaikan langit dan bumi. Bagaikan cahaya dan kegelapan. Ia hidup dengan menyakiti orang lain agar dia mendapatkan kesenangan.     

" Lalu sekarang apa alasanmu menerima pernikahan ini ? Jangan katakan kalau Kau mencintaiku ? "     

Lila tertawa kecil melihat Pangeran Abbash begitu penasaran.     

"Kau tidak bisa menebaknya kah ? Ayo buat analisa ! " kata Lila sambil tersenyum     

"Aku bukan Pangeran Nizam yang memiliki kapasitas otak yang mengerikan. Aku hanya pangeran yang cerdas bukan jenius. Aku tidak bisa menganalisa sejauh itu" Kata Pangeran Abbash sambil cemberut.     

"Aku tidak membandingkanmu dengan Pangeran Nizam. Aku hanya ingin tahu saja. "     

"Entahlah.. mungkin kau ingin perlindunganku. Atau karena Putri Alena yang menyuruhmu atau apa.. Aku tidak bisa menerobos isi hatimu walaupun Aku bisa meraksukimu tetapi Aku tetap tidak bisa membaca pikiranmu." Kata Pangeran Abbash.     

"Aku sebenarnya tidak terlalu peduli dengan diriku sendiri. Ketika Edward meninggal karena menyelamatkan Pangeran Nizam maka Aku merasa hidupku sudah hancur. Aku ingin sekali mati menyusul dia. Karena Edward berjanji bahwa jika dia terlahir kembali dia akan mencintaiku dengan segenap jiwanya.     

Tetapi kemudian Aku terigat dengan anakku. Aku tidak mungkin hendak membunuh bayiku yang belum lahir. Aku lalu bertekad untuk tetap hidup dan akan membesarkan anakku seorang diri. Aku bahkan tidak ingin menikah lagi. " Sampai disini Lila kemudian terdiam air matanya lalu menetes satu persatu membuat Pangeran Abbash langsusng mendekapnya dengan penuh kasih sayang.     

"Jangan menangis ada Aku disisimu. Kau tidak boleh banyak mengeluarkan air mata lagi kecuali air mata bahagia. Kalau Kau begitu bersedih mengingat kisah hidupnya sudah jangan dilanjutkan. Biarkan saja cerita itu terkubur jauh dimasa lampau " Kata Pangeran Abbash sambil mengelus kepala Lila.     

"Tidak!! Aku ingin berbicara terus terang kepadamu. Aku ingin sebuah hubungan dimulai dengan kejujuran " Kata Lila kepada suaminya.     

" Hmmm baiklah. Tapi jangan menangis lagi. Aku tidak tahan melihat air matamu " Kata Pangeran Abbash dengan lembut tetapi Lila malah mendelik.     

"Tetapi semalam kau tidak perduli dengan air mataku. Kau terus menyiksaku padahal Aku sudah berteriak – teriak minta ampun " Kata Lila sambil cemberut.     

"Itu sih beda lagi. Lain ceritanya. Aku sedang mengawang – ngawang mana bisa dihentikan walaupun kau menangis darah " Kata Pangeran Abbash sambil tertawa tetapi tawanya langsung berhenti karena perutnya dicubit oleh jemari lentik Lila.     

"Aakh.. Mengapa kau ini ? Semalam kau mencakar punggungku. Sekarang kau mencubit perutku..sakit tau tidak ?" Pangeran Abbash merajuk dengan lucunya. Lila sekarang yang gemas.     

"Iya.. maafkan Aku... Aku lanjutkan ceritanya ya.. biar Aku lega. " Kata Lila meminta izin untuk melanjutkan ceritanya dan Pangeran Abbash langsung menganggukan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.